Kubah ganda ini dibangun oleh Ulughbek, cucu Amir Timur untuk menghormati beliau. Tetapi ketika saya melihat papan informasi mausoleum dua kubah ini sebenarnya didedikasikan untuk ibu asuh Amir Timur dan putrinya.Â
Ah sayangnya, waktu saya tidak banyak di Sah I Zinda. Saya belum sempat mengagumi lebih banyak lagi bangunan makam yang indah. Waktu makan siang sudah tiba dan teman-teman sudah menunggu agar kami segera kembali jalan kaki menuju sebuah restoran di Tashkenaya Ulitsa. Masih perlu energi untuk sekitar 15 menit berjalan kaki.
Kembali ke legenda The Living King yang membuat penasaran ini. Ternyata legenda ini berasal dari kisah Qussam Bin Abbas tadi. Ketika beliau dipenggal kepalanya, ternyata beliau masih tetap hidup dan sambil menenteng kepalanya lalu turun ke ruangan bawah tanah yang ada sumber air kehidupan dan memberinya keabadian.
Bagi yang percaya akan legenda ini, beliau dianggap terus hidup di tempat ini hingga saat ini dan tempat ini melambangkan surga dengan taman yang indah, bunga-bunga yang harum semerbak dan burung-burung eksotik.
Mausoleumnya sekarang dianggap tempat suci dan menarik jutaan pengunjung dan penziarah dari seluruh dunia. Selain itu, ada lagi legenda yang mengatakan bahwa barang siapa yang berkunjung ke Shah-I Zinda dua kali dan ziarah ke mausoleum Qussam bin Abbas yang suci ini, maka akan diampuni dari segala dosanya.
Berbekal legenda ini dan juga karena belum sempat menikmati keindahan, kesakralan, dan juga kemisteriusan nekropolis ini maka saya berjanji akan datang lagi di lain waktu.Â
Saya berjanji, bila ada watu dan kesempatan untuk kembali lagi ke Samarkan dan berkunjung ke Shah-I Zinda. sebuah kompleks makam yang dijuluki The Living Kings dan menelusuri lebih mendalam lagi segala kisah, baik fakta maupun legenda tentang kota orang mati ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H