Kampung Toegoe sebagai asal muasal music keroncong yang dihuni keturunan Portugis sudah sering saya dengar, namun saya sama sekali tidak punya bayangan dimana letak dan bagaimana pergi berkunjung ke kampung ini hingga Wisata Kreatif Jakarta bekerja sama dengan Koteka Kompasiana atas sponsor Suku Dinas Parekraf Jakarta Utara pada akhir September 2023 lalu.Â
Dari halte TransJakarta Plumpang Pertamina, saya naik angkutan kesayangan ojek daring menyusuri jalan yang tidak terlalu luas namun termasuk paling mengerikan. Di Tengah jalan berdebu di Tengah panasnya kawasan Jakarta Utara, ojek online saya harus berjibaku di antara truk kontainer yang besar dan panjang.  Jakarta Utara yang kondisinya jauh berbeda dengan Jalan Sudirman Thamrin  yang memiliki kaki lima yang lebar dan nyaman dan banyak bangunan ikonik memanjakan mata.
"Gereja Toegoe yang ada kuburan ya Pak.? Abang ojek bertanya sambil mengemudikan motor melewati truk kontainer.Â
"Maaf Bang, saya juga tidak tahu, ikuti peta saja ke Gereja Toegoe," Jawab saya. Kata kuburan sempat membuat saya sedikit bergidik ngeri dan merinding. Sejenak bulu roma mulai berdiri di pagi yang panas ini. Suhu kota Jakarta memang sedang panas-panasnya. Bahkan ketika sekitar pukul 10 pagi bisa mencapai angka 37 derajat Celsius.
Ojek berhenti tepat di tepi jalan dan benar, di sini ada kuburan yang sekilas tidak menyeramkan. Di kejauhan ada bangunan gereja tua, yang tidak terlalu besar. Dan ketika turun, saya melihat Papan Nama warna hitam bertuliskan Gereja Protestan Tugu Anno 1748 dengan warna putih. Â Wah sudah tua sekali karena hampir 300 tahun usainya, ucap saya dalam hati.
Saya segera mendaftar sebagai peserta Tur Kampung Portugis Tugu ini. Â Sudah lumayan banyak peserta yang datang dan sebagian besar anak-anak remaja yang ternyata merupakan murid salah satu SMK di Pegangsaan Dua , Kelapa Gading didampingi salah seorang guru yang juga masih mudah yang kemudian saya kenal Bernama Pak Rudy.
Mbak Ira Latief dari Wisata Kreatif Jakarta kemudian membuka acara dan saya dimasukkan dalam kelompok pertama yang berjumlah sekitar 30 peserta. Â Pemandu wisata kali ini adalah Mpok Yuli, yang sudah lama saya kenal baik karena sering jalan-jalan bersama ke berbagai tempat menarik di kawasan Jakarta dan sekitar. Mpok Yuli juga salah satu pemandu favorit saya.
Â