Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menembus Garis Batas 10: Menanti Senja di Registan Square

28 September 2023   11:10 Diperbarui: 28 September 2023   11:16 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah makan siang, jalan-jalan di Samarkand terus berlanjut dan kali ini kami berkunjung ke pusat kota yang sekaligus menjadi permata warisan budaya kota Samarkand, yaitu Registan Square.   Karena sudah cukup lelah berjalan kaki, walau jaraknya tidak terlalu jauh dari restoran tempat kami makan siang, diputuskan untuk naik taksi online saja.  Jumlah rombongan  yang 11 orang termasuk Daniyor dibagi tiga taksi dengan masing-masing empat dan tiga orang di setiap taksi.

Walau terlihat dekat dipeta jika berjalan kaki, dengan taksi tetap saja harus jalan memutar, sekitar 10 menit kemudian kami sudah tiba di Registan.  Seketika, saya langsung tersihir dengan pesona dan daya magisnya. Pemandangan ini sudah sering saya lihat sebelumnya di foto, gambar, maupun di internet. Namun menyaksikannya secara langsung tentu saja memberikan pengalaman dan rasa tersendiri yang tidak dapat dijabarkan dengan sejuta kata.

Kami toba di plaza di depan Registan Square dan dapat menyaksikan tiga bangunan monumental yang menjadi ikon Sejarah Samarkand sebagai pusat kekuasaan Kekaisaran Amir Timur dan penerusnya.  Keindahan arsitektur khas Asia Tengah dengan sentuhan Persia yang unik mencapai puncaknya di tempat ini. 

Di sebelah kiri, atau barat, saya menyaksikan dengan takjub kemegahan Madrasah Ulughbek, bangunan yang paling tua yang ada di Registan Square dan dibangun pada awal abad ke 15 oleh Ulughbek, cucu Amir Timur yang juga terkenal sebagai seorang matematikawan dan ahli astronomi.   Sebuah madrasah yang pada saat itu menjadi pusat pendidikan baik untuk ilmu agama, maupun filsafat, matematik, dan astronomi.   Tampak dua menara kembarnya yang gagah menjulang ke angkasa.

"Nanti kita akan masuk dan menikmati keindahan madrasah ini dengan lebih mendalam," demikian ujar Daniyor sambil kemudian menjelaskan mengenai bangunan yang ada di sebelah timur, yaitu Madrasah Sher Dor. 

Bangunan kedua di Registan Square ini dibangun hampir dua abad setelah Madrasah Ulughbek oleh penguasa atau  Emir  Samarkand kala itu pada abad ke 17.   Di masa itu, Samarkand termasuk wilayah Khan yang beribukota di Bukhara.   Emir Yalangtush Bahadur ingin membangun bangunan yang mirip dan berfungsi sebagai cermin dari madrasah di seberangnya. 

Madrasah Sher Dor: Dokpri
Madrasah Sher Dor: Dokpri

Walau sekilas mirip ternyata bangunan kedua yang Bernama Madrasah Sher Dor ini ternyata memiliki ciri khas yang unik. Di fasad depan madrasah ini dihiasi lukisan sepasang singa emas yang membawa matahari dipunggung dan mengejar seekor rusa menghias wajah depan madrasah ini.  Konon lukisan ini sangat kontroversial karena dalam ajaran Islam, sebenarnya dilarang menggambarkan makhluk hidup baik hewan maupun manusia.  Konon hanya di Madrasah di Samarkand ini yang ada?

Bangunan ketiga atau yang paling muda di kesatuan Registan Square adalah bangunan yang da di sebelah utara yang seakan-akan menjadi penghubung dua madrasah yang sudah ada terlebih dahulu. Ini adalah Madrasah Tilla Kori yang juga dibangun atas perintah Yalangtush Bahadur sekitar 10 tahun setelah Pembangunan Madrasah Sher Dor selesai.  Demikianlah pada pertengahan abad ke 17,  Madrasah Tilla Kori yang berari Madrasah Emas selesai dibangun dikarenakan interior madrasah ini sebagian besar dilapisi emas. 

Di bagian muka madrasah ini, tampak bangunan megah berlantai dia dengan deretan lengkungan khas yang bersusun serasi membentuk pemandangan yang memukau.   Di malam hari, kami sempat menikmati pertunjukan Cahaya laser  dilengkapi dengan musik dan lagu yang sangat memukau dan dikunjungi ribuan orang baik penduduk lokal maupun wisatawan yang berkunjung ke Samarkand. 

Pertunjukan Cahaya: Dokpri
Pertunjukan Cahaya: Dokpri

Iringan lagu bernuansa gabungan irama padang pasir dan Persia, dan India dengan lirik Samarkand Samarkand menggema dengan indah. Mengakhki acara malam hari kami sekitar pukul 9 malam di Registan Square.   Yah semenjak sejak siang hingga senja dan malam hari, kami memang menghabiskan hari pertama di Samarkand di kawasan Registan Square yang menjadi pusat kota Samarkand. 

Bahkan makan malam pertama di Samarkand dengan menu kuliner Uzbekistan yang lezat termasuk buah melon yang manis menggoda pun di lakukan di restoran tidak jauh dari Registan Square, hanya sekitar tiga atau empat menit berjalan kaki.  

Malam itu kami kembali ke hotel dengan taksi online dan setelah lelah seharian berkelana dari Tashkent hingga Samarkand, kami bermimpi indah untuk di esok hari kembali mengunjungi berbagai tempat menarik di Samarkand.

Oh yah sebelum lupa, pengembaraan kami secara lebih rinci di Registan yang dalam bahasa Uzbek bermakna padang pasir in akan diceritakan dalam beberapa kisah mendatang. Konon  Registan Square ini mengalami pasang surut sesuai jalannya Sejarah.  Mendekati abad ke 18 dan 19, sebagian besar bangunan sudah dalam kondisi yang kurang terawat karena kemunduran posisi Samarkand di Jalur Sutra. 

Namun walau pemerintah Uni Soviet sempat melarang kegiatan madrasah dan ajar mengajar di berbagai madrasah, namun para arkeologi di zaman Soviet pula yang bekerja dengan keras menyelamatkan dan merestorasi bangunan-bangunan ikonik di Registan Square ini sehingga masih dapat kiat saksikan keindahan dan kemegahannya hingga saat ini.

Restorasi terus berlangsung hingga mendekati zaman keruntuhan Uni Soviet. Konon mereka harus bekerja dengan mengumpulkan fragmen-fragmen eksterior dan interior dan kemudian menyatukannya kembali sehingga utuh seperti kita saksikan sekarang.

Demikian sekilas kisah mengenai Registan Square, yang menjadi ikon kota Samarkand sekaligus menobatkan kota ini dalam daftar Warisan Budaya Dunia UNESCO sejak 2001 lalu.   Dan di sini pula saya sering menyaksikan banyak pasangan penganti Uzbekistan yang berfoto prewed dengan busana barat yang cantik. Di sini pula kita menyaksikan lautan manusia dan wisatawan yang membanjiri kota Samarkand, apalagi dimasa puncak musim wisata seperti di awal musim gugur dengan cuaca Samarkand yang sangat bersahabat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun