Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menembus Garis Batas 3: Kisah Daniyor dan Bung Karno di Samarkand

19 September 2023   15:18 Diperbarui: 19 September 2023   15:20 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mobil Chevrolet putih: Dokpri

Selamat Datang di Samarkand.  Demikian Daniyor, pemandu wisata lokal kami menyambut dengan ramah di mobil van yang menjemput rombongan kami di Samarkand Vokzal atau Stasiun Samarkand.  Daniyor adalah seorang pemuda berusia sekitar 25 tahun dengan penampilan yang menawan dan bahasa Inggris yang nyaris sempurna.  Sejenak penampilan Daniyor mengingatkan saya akan kunjungan pertama ke Istanbul lebih dari dua dekade yang lalu. 

"Kalau di Indonesia, semua pemuda Turki, bahkan sopir taksi, bisa menjadi Bintang telenovela," demikian komentar Mbak Naniek yang saat itu bepergian bersama saya ke Turki   Penampilan Daniyor ini juga menekankan bahwa orang Uzbek masih memiliki jalinan erat dengan orang Turki baik secara etnis dan genetik.  Walau terkadang di Asia Tengah ini, nuansa Mongol juga sering tampak dominan ada penampilan penduduknya.

"Selain sebagai seorang pemandu wisata, profesi asli saya sebenarnya adalah seorang dokter."  Daniel memperkenalkan dirinya dengan penuh percaya diri dan sekaligus meminta satu persatu anggota rombongan wisata menembus batas kali ini untuk memperkenalkan diri.  Dimulai dari Pak Hendra dan Bu Henny, juga Bu Ellen dan Samuel, sang keponakan yang pendiam, serta Mas Fadoli dan istrinya Mbak Wid yang dokter kandungan dari Malang serta diakhiri oleh Grace, perempuan muda petualang yang berasal dari Tomohon.  Tentu saja ada saya dan istri  serta Mas Agus sebagai pendamping perjalanan kami kali ini.

Daniyor : Dokpri
Daniyor : Dokpri

Daniyor kemudian memberikan penjelasan secara singkat mengenai kota Samarkand.  Sebuah kota yang menurutnya lebih terkenal di seantero dunia dibandingkan dengan negeri Uzbekistan. Ah saya jadi ingat akan Pulau Bali yang juga bernasib sama dengan Samarkand. Lebih dikenal di pelosok dunia dibandingkan dengan Indonesia.

Dapat berkunjung ke Samarkand, kota di Asia Tengah yang merupakan permata Jalan Sutra adalah suatu impian yang menjadi kenyataan buat saya. Sebelumnya saya juga pernah membaca beberpa buku tentang Samarkand, baik novel atau pun buku Sejarah. Salah satu yang saya ingat adalah buku karangan Hugh N. Kennedy yang berjudul The Great Arab Conquest: How the Spread of Islam Changed the World We lived in.  Dalam buku ini dikisahkan bagaimana penaklukan bangsa Arab dan penyebaran Islam pada abad ke 7 dan 8 yang mengubah peta dan Sejarah Asia Tengah yang disebut juga kawasan Transoxania.  

Dalam perjalanan dari stasiun ke hotel kami yang berada di dekat kawasan bersejarah Afrisiyob, Daniyor berkisah secarah singkat tentang Sejarah Samarkand dari penaklukan bangsa Arab, menyebarnya Islam, hingga kedatangan bangsa Mongol serta munculnya Amir Timur yang menjadikan Samarkan sebagai ibukota kekaisarannya yang agung dan megah. Hingga kemudian masuknya Samarkand ke dalam wilayah Rusia, era Soviet dan zaman kemerdekaan.  Pada saat ini Samarkand menjadi ibukota Provinsi Samarkand dan merupakan kota terbesar kedua di Uzbekistan setelah Tashkent dengan penduduk sekitar 1 juta orang. 

Bangunan di Samarkand: Dokpri
Bangunan di Samarkand: Dokpri

"Kalau anda perhaikan hampir smeua bangunan di Smarkand dicat dengan warna yang sama, yaitu warna kuning kecokelatan seperti yang kita lihat searang ini," Daniyor berkata sambil menunjuk kepada bangunan bertingkat 4 atau 5 yang ada di sepanjang jalan. DI jelaskan juga bahwa di kawasan ini tidak diizinkan untuk membangun pencakar langir atau bangunan bertingkat tinggi. Bangunan bertingkat tinggi bisa dibangun di luar wilayah kota lama Samarkand.

Selain itu, saya juga semat memperhatikan bahwa sebagian besar kendaraan yang lalu Lalang di jalan raya di Samarkand adalah mobil bermerek Chevrolet dan berwarna putih.  Ternyata hal ini disebabkan kebijakan pemerintah Uzbekistan yang memberikan monopoli khusus terhadap merek Chevrolet sehingga ada subsidi khusus terhadap merek ini. Sementara warna putih sendiri lebh disukai karena memang lebih menyerap panas yang menyengat terutama di siang hari di musim panas. 

Mobil Chevrolet putih: Dokpri
Mobil Chevrolet putih: Dokpri

Di hari pertama kami di Samarkand, saya cukup banyak berinteraksi dengan Daniyor ini, baik ketika dia menjelaskan tempat-tempat menarik di Samarkand dimulai dari kawasan University Boulevard atau Universiter Xiyobony hingga ke Patung Amir Timur, dan juga ke Gur-I; Amir atau Mausoleum Amir Timur, hingga ke Registan Square yang merupakan pusat kota Samarkand dimana terdapat bangunan-bangunan paling cantik dan menawan di kota paling bersejarah di Uzbekistan in

Bahkan di Madrasah Ulegh Bek, saya sempat bercakap-cakap berdua saja tentang kehidupan di Uzbekistan baik dari era Soviet seperti yang diceritakan oleh ayah Daiyor hingga zaman kemerdekaan sekarang ini. Daniyor juga bercerita banyak tentang pendidikannya di Fakultas Kedokteran di Universitas Negeri Samarkan alias Samarkand State Medical University atau Samarqand Davlat Tibbiyit Univesteti hingga penghasilannya sebagai dokter baru yang masih sangat minimum.  Daniyor mengaku bahwa dia bertugas di sebuah poliklinik dengan pengasilan yang pas-pasan dan baru saja dikaruniai seorang anak.   

Pekerjaan sampingan sebagai pemandu wisata ternyata memberikan penghasilan yang lumayan baik buat Daniyor mengingat potensi pariwisata di Uzbekistan yang sangat besar.  Belum lagi kebijakan pemerintah Uzbekistan yang mempermudah visa bagi wisatawan asing membuat negeri Asia Tengah ini menjadi salah satu tujuan wisata yang cukup favorit.

Ketika kendaraan kami melewati University Boulevard, Danyor juga sempat menunjukan adanya perguruan tinggi yang dibangun oleh pemerintah Tiongkok dengan bangunan yang memiliki ciri khas negeri itu.  Bahkan di Samarkand juga ada Confucius Institute tempat para mahasiswa belajar bahasa dan kebudayaan Tiongkok selain di Samarkand State Institute of Foreign Language.  

Bincang-bincang dengan Daniyor memang menarik karena pengetahuannya yang cukup luas termasuk ketika berbicara tentang presiden Sukarno dan sejarahnya dengan Uzbekistan yaitu ketika  Nikita Kruschev pernah mengundangnya ke Uni Soviet pada tahun 1956.  

Sewaktu kami makan siang dengan suguhan makanan khas Uzbek yang lezat, Daniyor berkisah bahwa  Sukarno berjanji akan datang dengan syarat dicarikan kembali makam Imam Bukhari. Daniyor kemudian bercerita bahwa ketika tiba dikompleks makam, Sukarno melepas sepatu dan merangkak menuju makam serta berdoa dan kemudian membaca beberapa ayat Al Quran sebagai penghormatan terhadap Imam Bukhari.  Kisah ini ternyata sangat legendaris di Uzbekistan dan diceritakan secara turun temurun sejak tahun 1956 hingga sekarang. Hal ini yang membuat nama Sukarno dan Indonesia cukup terkenal di Uzbekistan.

Hari pertama di Samarkand ini juga penuh dengan petualangan yang menarik. Karena selain dengan mobil van dimana kami semua dapat pergi ke suatu tempat secara bersama-sama. Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki dan juga terkadang dengan naik taksi online seperti Yandez.  Dengan taksi ini, rombongan harus dibagi tiga mobil yang dipesan oleh Danyor.  Dan dalam setiap mobil bisa muat tga atau empat orang dan yang pasti ada Daniyor di satu taksi, Mas Agus di taksi yang lain dan sisanya adalah saya dan wisatawan lainnya.   Alasan memilih saya adalah karena diangga bisa berbahasa Rusia sehingga paling tidak dapat berkomunikasi dengan sopir taksi dan tidak nyasar.

Kesempatan ini pula bisa digunakan untuk mempraktikkan bahasa Rusia saya yang sebenarnya masih sangat minim  Setidaknya saya dapat memuji mobil yang bagus ketika dapat taksi dengan kendaraan Mercedes Benz buatan Jerman dan bukan mobil Chevrolet. Juga sejenak berbincang-binacng tentang tiga orang anak yang dimiliki sopir taksi tersebut.  Keramahan orang Uzbek memang sangat terasa, bahkan di hari pertama kunjungan kami di Uzbekistan. Di mana lagi kalau bukan di Samarkand, kota legendaris di Jalan Sutra yang menghubungkan Tiongkok dan Eropa di masa lampau dan juga masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun