Setiap perjalanan memiliki kisah dan ceritanya sendiri. Begitu juga dengan perjalanan saya kali ini dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Islam Karimov di Tashkent, Uzbekistan.  Bandara ini juga lebih akrab dikenal dengan nama Bandara Vostochny.  Melanglang langsung ke jantung Asia Tengah ini melengkapi kawasan yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya.  Dengan naik Uzbekistan Airways, pengembaraan kali ini juga sekaligus melengkapi koleksi pengalaman negeri  asal maskapai penerbangan.  Selain maskapai dari Asa Tenggara. Asia Timur, Timur Tengah, Afrika, Eropa Barat, Eropa Timur, Amerika Utara, Amerika Latin dan juga Australia dan Oseania,  kini saya pun akan naik maskapai dari negara berakhiran STAN di Asia Tengah.
Setelah menunggu cukup lama untuk boarding karena hampir bersamaan waktunya dengan pesawat Garuda tujuan Sydney dan All Nippon Airways menuju Haneda, saya memasuki kabin pesawat Boeing 787-800 Uzbekistan Airways. Â Sekilas mirip dengan beberapa pesawat Dreamliner lain yang pernah saya jajal. Konfigurasi tempat duduk di kelas ekonomi 3-3-3 dengan jarak antar seat yang cukup lega.Â
Dan Inflight Entertainment pun sudah menyala menunjukkan rute Jakarta Tashkent dengan nomor penerbangan HY 542. Â Waktu penerabnagan sekitar 8 jam dengan jarak tempuh lebih 6000 kilometer. Â Penumpang malam itu cukup ramai dan ternyata banyak juga rombongan tur yang diundang ke Uzbekistan. Â Â Kebetulan di sebelah saya duduk seorang Kiayi yang bercerita bahwa ini adalah kunjungan keduanya ke Uzbekistan setelah kunjungan pertama ada 2017. Â Selain Tashkent, tujuan utama adalah berziarah ke Samarkand dan Bukhara. Â Tujuan yang sama dengan niat perjalanan saya kali ini ke Uzbekistan.
Asyiknya secara tidak sengaja saya juga berjumpa dengan seorang sobat lama yang juga memiliki tujuan yang serupa. Â Wah sudah lama tidak berjumpa sekali berjumpa di dalam pesawat menuju Uzbekistan, demikian tulisannya dalam salah satu grup media sosial sambil menyertakan foto selfie.
Salah satu keunikan naik maskapai ini adalah pengumuman di kabin yang menggunakan bahasa Uzbek dan Rusia baru kemudian di terjemahkan e dalam bahasa Inggris.  Begitu pesawat didorong mundur alias push back meninggalkan garbarata. Seperti biasa peragaan keselamatan diadakan melalui video.  Dan yang saya saksikan di  layar benar-benar memukau dan berkesanÂ
Biasanya demo keselamatan di pesawat udara bisa dilakukan langsung oleh awak kabin atau dengan video. Â Kalau langsung oleh awak kabin, maka proses demo ini biasanya standar dan mirip antara satu maskapai dengan maskapai lainya dengan sedikit improvisasi. Â Awak kabin akan berdiri di beberapa titik di dalam kabin pesawat dan memperagakan bagaimana cara memakai seat belt, lalu menunjukkan posisi pintu emergency dan juga cara menyelamatkan diri dalam berbagai keadaan darurat termasuk pendaratan darurat di air. Â Saking rutin dan biasa, maka penumpang yang sudah bias terbang pada umumnya sudah tidak lagi memperhatikan dengan saksama demo keselamatan ini.
Akan tetapi ketika video keselamatan mulai ditayangkan di layar televisi yang ada di belang kursi di depan tempat duduk, saya langsung tertarik karena yang ditampilkan bukan suasana dalam kabin pesawat Uzbekistan Airwyas, melainkan suasana keindahan alam Uzbekistan dalam balutan tempo dulu lengkap dengan sosok-sosok berbusana tradisional yang memukau.Â
Menyaksikan video ini, kita seakan-akan diajak berwisata ke kota-kota kuno, padang pasir serta tempat-tempat menarik di negeri eks Uni Soviet di Asia Tengah. Uzbekistan Airways bukan saja telah berhasil membuat penumpang terpesona dan menyaksikan video keselamatan dengan penuh perhatian, tetapi sekaligus telah mempromosikan potensi wisata di negeri tersebut yang memang sangat berlimpah. Selain wisata alam, wisata religi dan Sejarah dengan nuansa khas Asia Tengah tampil dengan sangat elegan dalam video ini.