Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Pameran Tunggal Wayang Sari di Ruang Garasi, Transformasi dari Penyanyi Cilik ke Pelukis

27 Agustus 2023   09:17 Diperbarui: 27 Agustus 2023   13:43 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama Sari Yok Koeswoyo sebenarnya sudah lama terkubur dalam memori saya. Sudah lama sekali karena nama ini memang mengingatkan saya akan masa kecil dahulu. 

Masa di abad lampau ketika Sari bersama dengan sepupunya, Chicha Koeswoyo terkenal sebagai penyanyi cilik.  Kini tiba-tiba saja saya memiliki kesempatan untuk bertemu langsung sekaligus menghadiri pameran Tunggal Sari.  Pameran sebagai pelukis, sebuah profesi yang terus terang membuat saya kaget sekaligus kagum.

Bersama Koteka Trip 9, pagi menjelang siang, sekitar pukul 10 di hari Sabtu yang cerah 26 Agustus 2023, saya mampir ke Ruang Garasi, di Jalan Gandaria IV no 2 Jakarta Selatan.  Tempat yang benar-benar sebuah garasi rumah milik Kana Budi Prakoso, seorang pelukis yang dianggap adik sekaligus guru atau mentor Sari dalam melukis.  

Lakonmu Opo: Dokpri
Lakonmu Opo: Dokpri

"Gelar Karya Tunggal Sari Koeswoyo Lakonmu Apa," demikian tertulis pada sebuah spanduk yang digantung di pagar rumah. Sebuah karangan bunga dari Manan Foundation juga dipajang di halaman.  

Beberapa kursi plastik ada di sekitar halaman, dan Mbak Gana Stegman, yang jauh-jauh datang dari Jerman juga sudah ada di tempat.  Mbak Gana sebenarnya akan pulang ke Jerman sore nanti. 

Sambil menikmati kopi dan jajanan pasar berupa onde-onde serta bolang-baling, kami dengan saksama mendengarkan dongeng Sari mengenai lukisan wayang yang dipamerkan. 

Sari mengatakan memilih tema wayang untuk tetap mengapresiasi warisan budaya Jawa serta darah Jawa yang diwarisi dari ayahnya. Namun ketika ditanya aliran wayang apa yang diikutinya, sambil tersenyum manis Sari menjelaskan bahwa lukisannya memiliki aliran Wayang Sari.  Artinya tema wayang yang diambil tidak mengikuti aliran mana pun walau tidak keluar dari pakem wayang. Karena itu tidak mengherankan jika tokoh-tokoh yang dilukis Sari pun bisa meluas ke mana-mana termasuk tokoh legendaris dari Tanah Toba.  

Sari juga menegaskan bahwa dia ingin dingat dan dikenal sebagai dirinya sendiri tanpa embel-embel nama besar keluarga Koeswoyo.  Karena itu Sari adalah Sari karena dalam melukis dia tidak menggunakan nama Koeswoyo lagi seperti dulu Sari pernah terkenal sebagai penyanyi cilik. 

Portal Kehidupan: Dokpri
Portal Kehidupan: Dokpri

Ada lima lukisan kancas ukuran 120x140 cm yang dipajang di dinding garasi dan di Tengah-tengah juga ada Kumpulan lukisan kertas dalam ukuran kecil.   

Dongeng Sari dimulai dari lukisan paling kiri berjudul Mbok EmBik atau Mbok Emban. Lukisan kedua berjudul Wani Ditata bergambar seorang Perempuan dengan tangan-tangan yang mencoba mengatur.   Sementara lukisan ketiga berjudul Sudah waktunya atau Wis Wayahe. 

Warisan Temurun: Dokpri
Warisan Temurun: Dokpri

Namun yang membuat saya terkesan adalah lukisan keempat yang diberi judul Portal Kehidupan. Ternyata lukisan ini melambangkan bahwa semua makhluk hidup yang bernyawa dan dilahirkan harus melalui gerbang ini serta sebelumnya harus ada sesuatu yang dimasukkan yang dilambangkan dengan ular. Benar-benar sebuah lukisan yang kaya akan pesan dan makna akan peran seorang Perempuan.

Lukisan kelima merupakan karya yang teranyar dan juga konon paling lama digarap oleh Sari yang mengaku sering terinspirasi sesuatu ketika melukis. Dia juga menjelaskan mengenai stempel atau tandatangan yang ditulis dalam huruf Jawa Soko yang merupakan inisial namanya S.K.  Lukisan ini berjudul Warisan Temurun.

Dalam lukisan-ukisan kertas yang berukuran A4 atau lebih kecil, selain wayang, ada juga lukisan bertema bunga padma atau teratai. Menurut Sari padma ini memiliki makna yang istimewa karena hanya akan tumbuh dari lumpur.  Maknanya adalah bagaimanapun kondisi kita, tetap akan bangkit pada waktunya. 

Sari dan Lukisan: Dokpri
Sari dan Lukisan: Dokpri

Sementara mendengarkan dongengan Sari, Mbak Kana juga menawarkan Kembang Tahu ketika seorang pedagang keliling lewat. Wah ternyata cukup enak kembang tahu ini, apalagi setelah lama tidak sempat mencicipinya.  

Sudah lebih satu jam Sari bercerita diselingi canda dan gelak tawa yang santai. Apa lagi Sari sangat santai bercerita tentang kebiasaannya merokok alias ngudut untuk mencari inspirasi ketika menulis.   

Ketika ditanya apakah lukisan-lukisan ini dijual, Sari menjawab tentu saja dijual dan dananya akan diberikan kepada Yayasan sosial yang juga dikelola oleh dirinya. 

"Lukisan yang besar ini harganya 30 Juta sementara yang kecil ukuran kertas nanti bervariasi sekitar ratusan ribu saja," begitu kata Sari sambil menambahkan bahwa dia selama ini sering menghadiahkan lukisan nya kepada sahabat-sahabatnya dan lukisannya mungkin sudah tergantung di dinding rumah sahabatnya di berbagai tempat di pelosok dunia.

Chica: Dokpri
Chica: Dokpri

Acara di Ruang Garasi bertambah meriah ketika tiba-tiba datang lagu dua orang sepupu Sari yang juga terkenal sebagai penyanyi cilik. Siapa lagi kalau bukan Chica Koeswoyo dan adiknya Helen.  Sontak kami tidak melepaskan berbincang-bincang dan berfoto bersama dengan Chicha yang merupakan penyanyi idola dahulu.

Nah bagi pembaca yang berminat datang ke pameran di Ruang Garasi, bisa hadir setiap hari sampai akhir Agustus mulai pukul 11 pagi.  Jika ingin bertemu langsung dengan Sari ada baiknya kontak terlebih dahulu melalu media sosial.  Siapa tahu berminat membeli salah satu lukisan bertema wayang yang dipamerkan.

Siapa sangka, sosok Sari yang dulu terkenal sebagai penyanyi cilik, kini sudah bertransformasi menjadi seorang seniwati pelukis. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun