Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bincang-Bincang tentang Cina, China, Tiongkok dan Tionghoa di Taman Mini

14 Agustus 2023   09:12 Diperbarui: 14 Agustus 2023   09:17 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada akhir abad ke 19 barulah muncul istilah Zhonguo yang digunakan secara informal untuk menyebut negara Qing atau Da Qing yang wilayahnya meliputi Tiongkok yang sekarang ini termasuk Mongolia dan tentu saja meliputi juga Tibet dan Xinjiang.  Baru kemudian setelah Tiongkok menjadi republik pada awal abad ke 20, negeri ini kemudian disebut secara resmi dengan Zhongguo yang berarti Negara Tengah.   Dan dalam dialek Hokian yang digunakan di Indonesia inilah kata Zhongguo disebut dengan Tiongkok.   Sementara Kata Tionghua merupakan dialek Hokian untuk kata Zhonghua yang merupakan kata sifat. Dalam Bahasa Inggris Zhongguo disebut dengan China dan kata Zhonghua identik dengan Chinese.   Jadi secara bahasa Tiongkok adalah nama negara sedangkan Tionghoa adalah sebutan untuk bahasa dan penduduknya.    Uniknya sebagian orang Tioonghoa di Indonesia menyebut diri mereka sebagai Orang Tang atau Tang Ren yang berubah menjadi Tenglang dalam dialek Hokian. Ini merujuk kepada Dinasti Tang yang dianggap sebagai salah satu zaman kejayaan orang Tionghoa.

Kata China atau Cina sendiri sudah ada sejak zaman Romawi  yang daam Bahasa Latin disebut Sina dan digunakan dalam bahasa Sansekerta untuk menyebut negeri Cina.  Tidak mengherankan jika dalam berbagai bahasa kata ini pula yang digunakan seperti dalam Bahasa Arab atau juga Persia. 

Dalam bicang-bincang ini juga dijelaskan bahwa ada dua cara untuk menyebutkan nama suatu negara atau bangsa , yaitu nama dalam atau endonim dan nama luar atau eksonim. Nama dalam adalah bagaimana rakyat suatu negara menyebut nama negara mereka serta nama eksonim adalah bagaimana cara orang luar menyebut negara tersebut. Pada kebanyakan kasus nama endonim dan eksonim ini bisa sama seperti Indonesia misalnya.   Akan tetapi banyak juga nama negara yang berbeda secara endonim dan eksonim. Misalnya saja negara Tiongkok atau China tadi.  Orang dalam atau orang Tiongkok menyebut negaranya sekarang ini dengan sebutan Zhongguo sementara orang luar menyebutnya China, atau Tiongkok (di Indonesia) dan bisa juga dengan sebutan lain seperti misalnya Khitay dalam Bahasa Rusia atau Assyin atau Syin dalam Bahasa Arab. Tentu saja kata Syin ini masih merujuk kata China.  Sementara kata Kitay dalam bahasa Rusia meruujuk ada istilah Cathay dalam bahasa Inggris.  Tentunya kita ingat sebuah maskapai penerbangan di Hong Kong yang Bernama Cathay Pacific yang merujuk kepada negeri Tiongkok di dekat Samudra Pacific.  Dalam Bahasa Jepang sendiri negeri ini disebut dengan Chugoku yang merupakan pelafalan kata Zhongguo dalam bahasa Jepang.

Sebagai contoh lain negeri Yunani yang secara endonim disebut Hellas namun orang luar menyebutnya sebagai Greece dalam Bahasa Inggris atau Al-Yunan dalam Bahasa Arab dan menjadi Yunani dalam bahasa Indonesia.  Demikian juga dengan Mesir yang dalam bahasa Arab Misr sedangkan dalam Bahasa Inggris menjadi Egypt.   Juga ada negeri Korea yang orang Korea sendiri menyebut negerinya dengan Hanguk atau Dae Han Min Guk alias Republik Korea untuk Korea Selatan dan Choson atau Joson untuk Korea utara. 

Kembali ke sebutan China, katanya ini dalam bahwa Inggris juga bisa berarti keramik karena negeri Tiongkok sejak zaman dahulu terkenal dengan keramikinya yang bisa dibuktikan dengan banyaknya temuan artefak keramik dari berbagai dinasti.  Bahkan artefak keramik dari Tiongkok juga banyak ditemukan di Indonesia .Kata Tiongkok dan Tionghoa ini sudah digunakan di Nusantara pada awal abad ke 20 sejalan dengan bangkitnya nasionalisme di Tiongkok pada saat itu, sementara kata Cina sendiri juga suda digunakan sebelumnya sehingga banyak kata dalam bahasa Indonesia yang menggunakan kata Cina seperti Pacar Cina atau Petai Cina.   Namun Agus juga menyebutkan bahwa dalam Sejarah, kata Zhina atau Shina pernah digunakan di Jepang untuk menyebut negeri Cina.  Akan tetapi kata ini kemudian memiliki konotasi sangat negatif  ketika terjadi perang Tiongkok Jepang termasuk invasi Jepang ke Tiongkok menjelang Perang Dunia Kedua. Ketika itu jutaan rakyat Tiongkok harus tewas termasuk berbagai peristiwa tragis yang sangat mengerikan seperti Pembantaian Nanjing.  Karena itu Jepang pun kemudian diminta untuk mengubah istilah Zhina atau Shina menjadi Chongguo dan dilafalkan Chugoku seperti diuraikan di atas.

Lalu perubahan politik terjadi di Indonesia setelah peristiwa G 30 S yang menyebabkan Indonesia sangat anti dengan Tiongkok yang komunis dan dilanjutkan dengan kebijakan Orde Baru yang mengharamkan penyebutan istilah Tionghoa.   Dan pada masa ini pula etnis Tionghoa merasakan sedikit trauma dengan kata Cina.  Agus sendiri mengisahkan bahwa untuk belajar atau les bahasa Mandarin harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi. 

Namun seiring dengan berjalannya waktu, bagi kebanyakan generasi muda etnis Tionghoa sekarang ini, istilah Cina atau Tionghoa mungkin tidak ada bedanya.  Bahkan sebagian besar dari mereka menganggap istilah Cina lebih partis dan mudah diucapkan dibandingkan dengan Tiongkok atau Tionghoa.

Buat Mas Agus sendiri, kedua istilah itu pun sekarang sama saja asalkan diucapkan dengan baik dan tidak digunakan untuk memaki atau menghina. Dan sebagai tambahan informasi, saya sendiri pun pernah melihat istilah Tionghoa digunakan di negeri tetangga seperti Brunei Darussalam.  Acara bincang-bincang kemudian ditutup dengan menghadirkan kue ulangtahun secara kejutan kepada Mas Agus yang kebetulan merayakan ulang tahun pada bulan Agustus ini.

Kesimpulannya benarlah kata pujangga Inggris, William Shakespeare: What's in a Name?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun