Kami melihat-lihat benda yang dipamerkan di dalam rumah Kariwari ini. Â Selain pernak Pernik benda kerajinan dari berbagai suku yang ada di Papua, juga ada kostum perang dan juga koteka yang dipamerkan.Â
Selain itu yang menarik adalah replika upacara inisiasi anak lelaki yang berangkat dewasa dengan cara mengukir tato di punggung. Â Juga ada replika mumi yang merupakan tradisi beberapa suku di Papua seperti suku Dani. Â
Biasanya jenazah yang dijadikan mumi merupakan jasad orang terpandang seperti kepala suku. Â Uniknya mumi ini dalam posisi terduduk dan melipatkan tangannya.Â
Masih banyak lagi benda-benda yang dipamerkan di dalam Rumah Kariwari ini. Namun karena waktu makan siang sudah hampir tiba, rombongan kami segera memesan makan siang lebih dahulu.Â
Ada dua pilihan yaitu Ayam Woku dan cumi  asin.  Wah ternyata kantin di Anjungan Papua malah menjual makanan khas Minahasa.  Kami sengaja memesan makanan terlebih dahulu agar jika selesai jalan-jalan bisa langsung ke kantin anjungan.
Dari dalam rumah Kariwari, anjang sana di Anjungan Papua berlanjut ke Kampung Dhani. Â Kampung ini berbentuk bulat dan di pagar. Di pintu gerbangnya ada patung dua lelaki suku Dhani yang mengenakan koteka. Â Â
Memasuki kampung Dhani ini, di sebelah kiri ada Rumah adat yang Bernama Honay. Konon ini merupakan rumah khusus untuk kamu lelaki . Rumahnya berbentuk bundar dengan atap yang khas mirip kerucut. Â Selain rumah honay untuk lelaki juga ada rumah untuk kaum Perempuan yang disebut Ebey Honay.
"Apa benar Perempuan Papua suka menyusui babi?" salah seorang peserta sempat bertanya kepada Kak Rachael. Â Ternyata babi merupakan hewan piaraan yang sangat berharga di Papua dan sering dijadikan mas kawin. Â