Walau bisa langsung melompat pagar menuju lembah, saya memilih menyusuri jalan memutar yang terus menurun menuju ke daerah aliran sungai atau bantaran kali CIkapundung ini. Â Jalan ini pula yang digunakan oleh kendaraan baik rda emat atau roda dua ke temat parkir yang luasnya tidak seberapa. Â Di sini ada peta kawasan, dan juga di dekatnya ada sebuah airmancur yang tidak ada airnya alias sedang tidak beroperasi. Â
"Mohon Tidak Masuk ke Area Air Mancur Menari." Demikian sebuah arangan ada di tengah kawasan air mancur yang dikeliling oleh batu batu bulat berbentuk bola lengkap dengan rantai.Â
Di dinding ada beberapa prasasti tentang peresmian renovasi Tepian Sungai Cikapundung ini yang ditandatangani oleh Walikota Bandung, Kang Emil bersama Dirjen Suberdaya Air kementerian PUPR. Â Â
Saya kemudian berjalan menyeberangi sungai melewati sebuah jembatan merah yang melengkung. Â Air sungai tampak sedikit surut dan tampak sebagian sampah dan bebatuan menghiasi dasar sungai. Â Sayang masih kurang terawat walau banyak tulisan dan peringatan untuk menghargai kebersihan dan merawat sungai. Â Sama seperti di Babakan Siliwangi, kebersihan di kawasan ini memang masih belum maksimal.
Di seberang jembatan, ada sebuah warung Bernama Warung Bambu yang pagi itu lumayan banyak pelanggan. Di sini tersedia minuman hangat dan juga makanan kecil yang lumayan menggoda selera. Di dekatnya ada sebuah gardu keci tempat terapi seperti bekam, pijat refeksi, gurah dan berbagai macam pengobatan tradisional dan alternatif. Â Namun sama sekali kosong dan tidak ada rang yang menjagai. Di pojok juga ada beberapa rongsokan permainan berbagai wahana seperti kora-kora di dunia fantasi dalam ukuran mini.
Saya kemudian berjalan ke arah sebelah kiri. Di sini ada kolam dengan hiasan kura-kura di tepiannya. Saya terus berjalan dan di sudut kola mini ada se kelompok orang yang kelompok walking tour yang sedang mendengarkan penjelasan dari pemandu wisata. Â Uniknya selain wisatawan lokal ada juga wisatawan asing yang ikut. Â Pemandu wisata sedang menjelaskan kisah mengenai Sungai Cikapundung tepat di depan sebuah peta bergambar aliran sungai ini.
"Kata Cikapundung berasal dari dua kata, Ci yang berarti Air atau sungai dan Kapundung daalah sejenis buah dalam bahasa Sunda yang berarti Menteng," demikian sekilas penjelasan yang saya dengar dari sang pemandu wisata. Â Buah Kapundung atau menteng ini merupakan buah khas Asia Tenggara yang bentuknya buat kecil dan umumnya berwarna kuning keemasan. Â