Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Apa Benar Ondel-Ondel Ada Anaknya?

29 Juni 2023   10:26 Diperbarui: 29 Juni 2023   10:31 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nyok, kite nonton ondel-ondel

Nyok, kite ngarak ondel-ondel

Ondel-ondel ade anaknye

Anaknye ngigel ter-iteran

(Yuk, kita nonton ondel-ondel

Yuk, kita mengiringi ondel-ondel

Ondel-Ondel ada anaknya

Anaknya berputar-putar)

Lirik lagu Ondel-Ondel yang pernah top di tahun 1970-an dan dibawakan oleh seniman Betawi Benyamin Suaeb ini terus menggema di telinga ketika saya mendengarkan penjelasan dari Bang Jack mengenai sejarah ondel-ondel yang menjadi salah satu dari delapan ikon budaya Betawi di Museum Betawi, Setu Babakan.

Menurut Bang Jack, Ondel-Ondel sudah ada sejak lama dan bersamaan dengan munculnya etnis Betawi itu sendiri. Tidak ada catatan tertulis kapan ondel-ondel mulai ada tetapi yang jelas sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan pada awalnya digunakan sebagai penolak bala.  Uniknya istilah ondel-ondel sendiri baru dipopulerkan oleh Benyamin dengan lagu di atas.  Sebelumnya ondel-ondel sendiri lebih sering disebut dengan nama aslinya yaitu Barongan dan bentuknya juga lebih menyeramkan dibandingkan dengan wajahnya yang sekarang ini.  Di dalam museum juga ditampilkan topeng dengan wajah yang seram yaitu mata melotot dan memiliki gigi taring.

Ondel-ondel juga selalu tampil berdampingan yaitu yang lelaki dan perempuan.  Ondel-ondel yang lelaki memiliki wajah berwarna merah dan yang perempuan berwarna putih.  Ternyata warna merah ini melambangkan keberanian dan semangat yang berhubungan dengan fungsi asli ondel-ondel untuk menolak bala dan mengusir roh jahat.  Sementara warna putih pada wajah ondel-ondel perempuan memiliki makna kebajikan dan kesucian.

Secara umum tinggi ondel-ondel sekitar 2,5 meter dengan lebar 80 cm dan terbuat dari anyaman rangka bambu sehingga cuku ringan untuk dimainkan.   Dan di kepala ondel-ondel diberi hiasan kembang kelapa.  Kembang kelapa ini juga melambangkan dkekuatan

Dokpri
Dokpri

Pada kesempatan berikutnya, Mpok Yuli juga banyak bercerita tentang ondel-ondel. Ternyata ondel-ondel juga memiliki nama khusus yaitu nama Kobar untuk yang lelaki dan Borah untuk yang perempuan.  Kobar melambangkan kehidupan di dunia, dimana lelaki harus mencari nafkah untuk kehidupan di dunia, sementara Borah lebih melambangkan kehidupan di akherat nanti.  Singkatnya sepasang ondel-ondel Kobar dan Borah ini melambangkan makna filosofis bahwa semuanya diciptakan berpasang-pasangan.

Pada kesempatan itu juga, Bang Jack menjelaskan bahwa untuk memainkan Ondel-Ondel juga ada semacam doa dan ritual yang harus dilakukan sebelumnya. Tergantung dari situasi, kondisi dan peruntukkan ondel-ondel tersebut, ada yang sekedar dengan doa-doa, namun ada juga yang masih memakai berbagai perlengkapan baik kembang atau kemenyan.  Hal ini berhubungan dengan fungsi awal ondel-ondel sebagai penolak bala yang pada awalnya juga untuk penolak wabah penyakit atau pagebluk.

Ketika berkunjung ke Workshop Ondel-ondel, kita juga melihat banyak ondel-ondel yang dijual dalam berbagai ukuran.  Ada yang berukuran kecil dan dijual seharga 35 Ribu per pasang, hingga ukuran besar yang harganya mencapai sekitar 1,5 Juta Rupiah.  

Lalu apakah ondel-ondel memiliki anak dan mengapa kita jarang atau tidak pernah melihat anak ondel-ondel dipamerkan karena selama ini hanya sepasang ondel-ondel saja yang ada?  Sementara pada lagu Benyamin sangat jelas disebut jika ondel-ondel memiliki anak? 

Pertanyaan yang cukup menggelitik ini kemudian dijawab oleh Bang Jack bahwa yang dimaksud dengan anak ondel-ondel adalah orang yang memainkan ondel-ondel itu sendiri.   Tentunya kita masih ingat dengan istilah anak wayang yang berarti sosok orang yang memainkan wayang.

Dokpri
Dokpri

Demikian sekilas mengenai ondel-ondel dan anaknya yang terungkap setelah kita mengunjungi Kawasan Setu Babakan dan mengenal budaya Betawi lebih dekat. 

Sebagai penutup, mari kita kutip sebuah pantun yang ada di pintu gerbang kawasan Museum Betawi:

Ada matahari ada bulan

Malam Jumat bulan purnama

Hati-hati saudare/i di jalan

Semoge selamat sampe di rume


 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun