Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Bang Yos, Bang Foke dan Jokowi Minum Bir Bersama di Sini

28 Juni 2023   13:05 Diperbarui: 28 Juni 2023   13:15 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah cukup lama saya tidak berkunjung ke Setu Babakan yang merupakan Perkampungan Budaya Betawi di kawasan Jakarta Selatan. Untuk menuju ke sana, moda transportasi yang paling ekonomis dan bebas macet adalah dengan naik KRL sampai di stasiun Universitas Pancasila. Setelah itu saya sambung dengan Jaklingko JAK 64 dan pakai jalan kaki sedikit sekitar beberapa ratus meter untuk tiba di Museum Betawi.

Pintu Gerbang Setu Babakan: Dokpri
Pintu Gerbang Setu Babakan: Dokpri

Di sini tempat bertemu atau Meeting Point untuk peserta "Melihat Kampung Betawi Setu Babakan" yang diselenggarakan oleh Biro Kreativitas dan Inovasi DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia DKI Jakarta pada 27 Juni 2023.   Sekilas gedung Museum Betawi ini tampak sangat megah dan besar, berlantai 3 dengan arsitektur yang modern dan berbentuk bundar dengan pintu utama yang besar dari kayu berwarna coklat.

Museum Betawi: Dokpri
Museum Betawi: Dokpri

Sekitar pukul 9.40 acara dimulai oleh Mbak Ira Lathief, mewakili Biro Kreativitas dan Inovasi dan menjelaskan bahwa acara ini diselenggarakan dengan tujuan memperkaya kasanah pengetahuan dan pengalaman bagi anggota HPI. Selain itu juga dibuka untuk peserta umum, media, kampus dan para blogger.  Acara hari ini akan dipandu oleh Bang Jack dari mewakili Museum Betawi dan Setu Babakan serta Mpok Yuli dari HPI yang akan menemani hingga siang hari.

Bang Jack kemudian bercerita sekilas mengenai sejarah Setu Babakan dan juga Museum Betawi ini. Ketika memasuki ruang pameran 8 Ikon Budaya Betawi di dinding sebelah kanan, ada sebuah lukisan bergambar Bang Yos, bang Foke dan Jokowi yang sedang minum bir peletok.  Ketiganya adalah gubernur Jakarta sejak 1997-hingga 2014.    Menurut Bang Jack ketiga tokoh ini yang memiliki peran besar atas hadirnya Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan hingga diresmikannya Museum Betawi pada 2017 oleh Jokowi, yang saat itu sudah menjabat sebagai presiden.

Ondel-Ondel: Dokpri
Ondel-Ondel: Dokpri

Di sini kita mengenal 8 ikon budaya Betawi yang dijelaskan satu persatu secara rinci oleh Bang Jack.  Yang pertama adalah ondel-ondel, Banyak sekali yang diceritakan mengenai ondel-ondel ini. Nanti akan diuraikan dalam satu artikel khusus. Belum lagi jika ditambahkan dengan penjelasan dari Mpok Yuli. 

Yang perlu ditekankan bahwa yang dimaksud ikon budaya adalah hal yang hanya ada di Betawi dan tidak ada di daerah atau negara lainnya. Walau pun pernyataan ini bisa saja tidak 100 persen benar karena budaya budaya Betawi sendiri merupakan hasil akulturasi dari berbagai budaya baik asing maupun Nusantara.  Ikon budaya yang kedua adalah Kembang Kelapa atau Manggar yang dijadikan hiasan di kepala ondel-ondel.  Konon kembang kelapa ini memiliki makna masyarakat Betawi yang terbuka, menghargai perbedaan dan juga bekerja keras.  

Ikon ketiga yaitu Gigi Balang yang ada pada hiasan rumah adat Betawi juga sangat khas. Kata Balang merupakan singkatan dai Belalang dan gigi balang ini melambangkan bahwa dalam hidu kita harus rajin, sabar , jujur dan ulet.  Hal ini dikarenakan belalang juga membutuhkan waktu yang lama dan keuletan untuk mematahkan kayu yang digigitnya.

Batik Betawi: Dokpri
Batik Betawi: Dokpri

Selanjutnya ikon keempat adalah Batik Betawi. Batik Betawi sendiri mempunyai dua corak, yaitu corak kontemporer dan corak klasik. Corak klasik atau tradisional dipengaruhi oleh budaya Tiongkok, Arab, India dan juga Belanda memiliki berbagai ragam khas seperti pucuk rebung, Salakanegara, Bambu Kuning, dan Kembang Sepatu, sementara motif kontemporer umunya memiliki ragam Ondel-ondel, Monas, Si Pitung, Bajaj dan sebagainya.

Masih mengenai busana, ikon kelima adalah baju sadariah yang merupakan pakaian kaum lelaki Betawi. Baju Sadariah ini sekilas mirip dengan baju koko. Namun perbedaannya terletak pada jahitan di lengan, baju sadariah sambungannya ada beberapa centimeter di bawah Pundak, sedangkan baju koko berada pas di Pundak. Baju sadariah merupakan pakaian sehari-hari. 

Ikon keenam adalah baju untuk kaum perempuan yaitu kebaya Kerancang.  Kebaya ini dipakai oleh sebagai pakaian resmi baik oleh para gadis maupun perempuan setengah baya. Konon dulunya Bernama kebaya encim.

Dua ikon Betawi yang terakhir adalah kuliner khas Betawi yaitu Kerak Telor dan Bir Pletok.  Kerak Telor merupakan makanan khas Betawi yang pasti muncul setiap Pekan Raya Jakarta di Kemayoran.  Kerak Telor memiliki banyak filosofi seperti pemakaian bahan kelapa , telor dan juga bumbunya.  Sementara untuk minuman Bir Pletok konon tercipta karena ingin juga memiliki minuman yang mirip bir tetapi halal dan tidak mengandung alkohol.  Minuman yang segar dan hangat ini memang sangat khas Betawi dan konon dinamakan pletok karena meniru suara yang dihasilkan ketika disimpan dan digoyang-goyang.

Dari ruang 8 ikon, kunjungan di museum Betawi dilanjutkan ke lantai dua yang berisi benda-benda jadul yang ada di rumah adat Betawi. Selain berbagai peralatan rumah tangga seperti seterika menggunakan arang yang ada hisan ayam jago, juga ada berbagai permainan tradisional seperti gasing, dan juga kapal-kapalan.  Juga dipamerkan bahan-bahan untuk membuat br pletok seperti secang,  jahe, sereh, daun jeruk, kayu manis, biji pala, kapulaga, lada dan tentunya gula,

Yang tidak kalah menarik adalah informasi mengani kuliner khas Betawi yaitu Gabus pucung, Pindang, Sayur Bebanci dan juga Sayur Besan.  Wah sangat menarik sekali karena selain mengetahu sejarah, latar belakang, kita juga mengetahui bahan-bahan paa saja untuk membuat kuliner ini. Bahkan yang paling khas adalah Sayur Besan yang hanya disediakan untuk menyambut calon besan.

Penganten Betawi: Dokpri
Penganten Betawi: Dokpri

Kunjungan terakhir di museum Betawi adalah masuk ke Galeri Pengantin Betawi. Di sini kitab isa mengenal busana pengantin lelaki yang disebut dengan Cara Haji yang merupakan baju gamis dengan jubah warna merah yang mendapat pengaruh dari Arab, India dan juga Tiongkok. Sedangkan busana pengantin wanita mendapat pengaruh Tiongkok yang sangat kental dengan cadar yang disebut siangko. Selain warna merah dan kuning emas, hiasan berdua burung hong juga sangat dominan dalam busana yang disebut Care Nine Cine ini.  Salah satu curi khas perkawinan orang Betawi adalah kehadiran sepasang roti buaya. Konon roti buaya ini melambangkan kesetiaan. 

Nah acara di Museum Betawi masih belum selesai walau Bang Jack memiliki tugas lainnya. Acara selanjutnya dipandu oleh Mpok Yuli yang memberi penjelasan lebih lanjut tentang hal-hal yang ada di museum Betawi ini.  Setelah itu, kami juga diajak berkunjung ke workshop ondel-ondel dimana kita bisa melihat bagaimana pembuatan ondel-ondel dan juga proses pembuatan dodol betawi yang unik.  Di sini pengunjung juga bisa berbelanja baik suvenir maupun kuliner.

Dodol: Dokpri
Dodol: Dokpri

Tempat terakhir yang dikunjungi adalah Workshop Batik Betawi untuk melihat bagaimana proses dan juga serta bahan apa saja untuk membuat Batik Betawi.. Acara kemudian diakhiri dengan makan siang bersama di sebuah warung yang ketaknya di tepi Situ Babakan. Berbagai jenis kuliner khas Betawi seperti laksa, ketoprak, toge goreng, Pecak Gurame dan tentu saja ada juga gado-gado dan karedok. Minumannya tentu saja bir pletok.

Dokpri
Dokpri

Sekitar pukul 13.30 acara pun selesai, dan kami segera meninggalkan kawasan Setu Babakan dengan hati yang riang gembira. Sampai bertemu di acara HPI mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun