Sekarang ini, sudah banyak kaum perempuan yang berkarier menjadi seorang penerbang atau pliot. Namun pada tahun 1980-an ternyata masih sangat jarang sekali sehingga kita pernah mengenal beberapa sosok seperti Cipluk Indah Yuliani, Lokawati Nakagawa atau Barisan Napitupulu.Â
Kebetulan saya sendiri sempat mengenal ketiga sosok ini. Â Cipluk dan Lokawati kemudian sempat berkarier di Bouraq dan pertemuan saya terakhir dengan Lokawati Nakagawa adalah di kokpit pesawat Sriwijaya Air di Bandara Soekarno-Hatta. Â
Berita terakhir mengenai Cipluk adalah bahwa beliau sudah meninggal dunia sekitar dua tahun lalu pada usia 61 tahun  ketika pandemi Covid 19 sedang mengganas.Â
Sedangkan Barisan Napitulu berkarier sebagai pilot helikopter, namun sudah lama saya tidak mengetahui perkembangannya.
Namun siapa sangka, sebelum era tahun 80-an ketika muncul para pilot perempuan yang kemudian menginsprasi generasi berikutnya hingga saat ini, Indonesia juga pernah mempunyai seorang pilot perempuan ketika negeri ini masih bernama Hindia Belanda. Â Siapa kah sosok perempuan itu?
Ternyata perempuan ini Bernama Khouw Kheng Nio, perempuan peranakan Tionghoa yang pernah menggegerkan Hindia Belanda dan juga koran-koran di Belanda karena mendaatkan lisensi pilot pada tahun 1936. Â
Konon dia adalah perempuan pertama kelahiran Hindia Belanda (tepatnya pulau Jawa) yang berhasil menjadi seorang penerbang. Â Siapakah sesungguhnya sosok Khow Kheng Nio ini.
Tentu saja dapat menajdi seorang penerbang  pada masa itu memastikan bahwa perempuan ini mempunyai latar belakang yang cukup istimewa.Â
Ternyata dia adalah putri seorang pengusaha besar di pulau Jawa yang berasal dari Jawa Tengah pada masa itu, yaitu Khow Kim Goan. Beliau mempunyai usaha Bernama NV Merbaboe yang bergerak dalam bidang peternakan.Â
Usaha ini kemudian diteruskan oleh putranya yaitu Khouw Khe Hien yang merupakan kakak kandung Khow Kheng Nio ini.