Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Khouw Kheng Nio, Pilot Perempuan Pertama di Nusantara

20 Juni 2023   08:15 Diperbarui: 22 Juni 2023   05:41 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekarang ini, sudah banyak kaum perempuan yang berkarier menjadi seorang penerbang atau pliot. Namun pada tahun 1980-an ternyata masih sangat jarang sekali sehingga kita pernah mengenal beberapa sosok seperti Cipluk Indah Yuliani, Lokawati Nakagawa atau Barisan Napitupulu. 

Kebetulan saya sendiri sempat mengenal ketiga sosok ini.  Cipluk dan Lokawati kemudian sempat berkarier di Bouraq dan pertemuan saya terakhir dengan Lokawati Nakagawa adalah di kokpit pesawat Sriwijaya Air di Bandara Soekarno-Hatta.  

Berita terakhir mengenai Cipluk adalah bahwa beliau sudah meninggal dunia sekitar dua tahun lalu pada usia 61 tahun  ketika pandemi Covid 19 sedang mengganas. 

Sedangkan Barisan Napitulu berkarier sebagai pilot helikopter, namun sudah lama saya tidak mengetahui perkembangannya.

Namun siapa sangka, sebelum era tahun 80-an ketika muncul para pilot perempuan yang kemudian menginsprasi generasi berikutnya hingga saat ini, Indonesia juga pernah mempunyai seorang pilot perempuan ketika negeri ini masih bernama Hindia Belanda.  Siapa kah sosok perempuan itu?

Ternyata perempuan ini Bernama Khouw Kheng Nio, perempuan peranakan Tionghoa yang pernah menggegerkan Hindia Belanda dan juga koran-koran di Belanda karena mendaatkan lisensi pilot pada tahun 1936.  

Konon dia adalah perempuan pertama kelahiran Hindia Belanda (tepatnya pulau Jawa) yang berhasil menjadi seorang penerbang.  Siapakah sesungguhnya sosok Khow Kheng Nio ini.

Tentu saja dapat menajdi seorang penerbang  pada masa itu memastikan bahwa perempuan ini mempunyai latar belakang yang cukup istimewa. 

Ternyata dia adalah putri seorang pengusaha besar di pulau Jawa yang berasal dari Jawa Tengah pada masa itu, yaitu Khow Kim Goan. Beliau mempunyai usaha Bernama NV Merbaboe yang bergerak dalam bidang peternakan. 

Usaha ini kemudian diteruskan oleh putranya yaitu Khouw Khe Hien yang merupakan kakak kandung Khow Kheng Nio ini.

Tidak ada banyak informasi yang didapat mengenai dimana dan bagaimana nona Khouw ini belajar terbang, tetapi status nya sebagai nona dapat dirujuk dari berbagai surat kabar berbahasa Belanda yang terbit baik di Indonesia maupun Belanda.  
Khouw Kheng Nio kemudian mewarisi bisnis keluarga ketika kakak nya yang juga seorang pilot yaitu Khouw Khe HIen meninggal pada kecelakaan pesawat di Lapangan  Terbang Cililitan pada 21 Februari 1938.


Setelah itu tidak terdengar lagi kiprahnya sebagai pilot melainkan melanjutkan dan membesarkan bisnisnya hingga membuka kantor  pusat di Batavia dan beberapa cabang di Bogor, Sukabumi dan Bandung . Bahkan perusahaannya mempunyai karyawan lebih dari 300 orang dengan puluhan ribu pelanggan.


Yang menarik dicatat dalam sejarah perintis kedirgantaraan di Hindia Belanda adalah kiprah sang kakak lelakinya, Khouw Khe Hien.
Kecintaannya pada pesawat dan dorongan bisnis membuatku ingin memiliki pesawat pribadi agar leluasa bepergian ke berbagai tempat. Akhirnya Khouw memesan sebuah pesawat kepada a salah seorang temannya dan sebuah pesawat pertama buatan Bandung bernama Walraven 2 pun hadir.  

Dengan pesawat bermesin ganda yang memiliki registrasi PK-KKH (inisial nama Khouw Khe Hien), ia sempat menggemparkan negeri Belanda karena berhasil terbang ke Eropa selama 18 hari berangkat dari Lapangan Terbang Andir yang sekarang menjadi Hussein Sastranegara menuju ke Schipol di Amsterdam.  Peswat ini hanya bisa muat dua awak pesawat,  yaitu sang pilot Letnan Kees Terluin dan KKH sendiri.  Bahkan Anthony Fokker, sang arsitek pesawat Fokker yang legendaris dan kelahiran Blitar pun ikut menyambut di Amsterdam.    Berkat keberhasilan eksepedi terbang jarak jauh ke Eropa ini, Khouw sempat memiliki rencana untuk memproduksi pesawat ini secara massal, namun tidak terlaksana karena Ia sendiri akhirnya tewas pada kecelakaan pesawat di Lapangan Terbang Cililitan pada 1938.

Demikian sekilas cuplikan kisah yang mungkin sudah terlupakan mengenai penerbang wanita dan sosok yang pernah menghiasi sejarah kedrigantaraan di Indonesia pada era Hindia Belanda.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun