Ketika pertama kali mendarat di Hong Kong, pesawat Boeing 747-200 yang memiliki 4 mesin Rolls Royce RB 211 yang mulai mengurangi ketinggian sampai 6000 kaki dan terus mengurangi ketinggian sekitar 3000 kaki di atas bukit-bukit yang menghijau. Â
Pada ketinggian sekitar 1000 kaki pesawat masih berada di atas bebukitan, tiba-tiba saja pesawat bank atau miring ke kanan dengan tajam sambik terus berusaha mempertahankan kecepatan di atas 200 mil per jam. Â D i sinilah keseruan dimulai, karena selepas bebukitan hijau, penumpang akan disuguhkan pemandangan menakjubkan, yaitu deretan pencakar langit apartemen di kawasan Kowloon City yang tampak begitu dekat di bawah. Bahkan kendaraan di jalan dan juga jendela-jendela apartemen serta acara TV yang ditonton oleh penghuninya pun kadang tampak jelas dari penumpang yang duduk di dekat jendela.
Pesawat terus menurunkan ketinggian sampai hanya sekitar 200 kaki di atas jalan-jalan yang sibuk dengan roda pendarat sudah siap menyentuh landasan yang sebentar lagi akan menerima tubuh pesawat raksasa ini. Â Pesawat pun mendarat dengan mulus di sore yang cerah. Â Selamat Datang di Hong Kong.
Namun kisah pendaratan tentunya akan lain bila cuaca sedang tidak bersahabat. Belum lagi Hong Kong terkenal dengan taifun yang sering menjelang.  Dalam cuaca yang buruk , banyak pendaratan ditunda atau bahkan dialihkan ke bandara yang lain. Namun bila masih mengizinkan, pesawat  tetap mendarat dalam cuaca hujan atau cross wind yang membuat pilot harus mengerahkan segala kemampuan untuk mendaratkan pesawat dengan baik dan penumpang harus sedikit berpacu jantung mengalami pendaratan yang mendebarkan.
Konon, proses pendaratan seperti di atas inilah yang disebut dengan landing menggunakan "Checkerboad approach."  Dinamakan demikian karena pilot akan melihat sebuah penanda berbentuk checker boad yang ada di sebuah bukit yang dinamakan Kowlooon Tsai atau Checkerboard Hill dan terletak di bawah Lion Rock Hills yang berada di kawasan Sha Tin.  Saya juga ingat sering melewati Lion Rock Tunnel jika harus bepergian menuju Bandara Kai Tak saat  menginap di kawasan Sha Tin.
Demikianlah Kai Tak menjadi salah satu bandara paling sibuk di dunia sejak tahun 1980-hingga tahun 1990 an sampai akhirnya ditutup dan  pindah ke Lan Tau Island.  Ikut pindah bersama Kai Tak adalah Three Letter Code HKG yang selama ini digunakan untuk Bandara Kai Tak dan sekarang menjadi kode untuk bandara Chep Lap Kok.
Namun bandara Kai Tak ini juga mempunyai beberapa kisah tragis kecelakaan pesawat.  Saya akan mengisahkan dua kecelakaan yang kebetulan terjadi ketika saya sedang berada di Hong Kong. Yang pertama adalah kecelakaan pesawat Lockheed L 100-30 Hercules Pelita Air Service pada  23 September 1994.  Pesawat dengan registrasi PK-PLV yang memiliki 4 engine Allison 501 ini sedang dioperasikan oleh Heavylift dalam penerbangan dari Hong Kong kembali menuju Halim Perdana Kesuma di Jakarta. Pesawat ini baru saja lepas landas dan kemudian tidak dapat dikendalikan dengan baik oleh plot sehingga jatuh di laut Kowloon Bay beberapa ratus meter dari landasan.Â
Kecelakaan kedua adalah pesawat China Airlines dengan nomor penerbangan CI605 yang baru saja mendarat dari Bangkok. Â Pesawat B-747-400 dengan registrasi B 165 dan dilengkapi 4 engine Pratt & Whitney 4056 ini membawa 374 penumpang dan 22 awak dan mendarat dalam cuaca kurang baik karena ada tai fun Ira yang sedang melanda Hong Kong. Pesawat mendarat di landasan namun tidak dapat dikendalikan dengan baik hingga akhirnya berhenti di lautan tidak juah dari landasan. Untungnya hanya sebagian penumpang menderita luka ringan dan semuanya selamat.
Kisah dan kenangan dengan Bandara Kai Tak memang akan terus diingat dalam memori. Â Salah satu penerbangan yang cukup berkesan adalah pada Mei 1997 ketika saya ikut terbang dengan pesawat A320 Dragon Air dari Hangzhou ke Hong Kong .
Kebetulan saat itu saya ikut duduk di Jump Seat di kokpit dan dapat melihat semua proses pendaratan bahkan sejak approach dari Kawasan Lantau di atas Bandara Chep Lap Kok yang sudah dalam tahap akhir pembangunan. Â Tampak juga dari atas jalan raya dan jembatan kereta api yang ada termasuk Tsing Ma bridge yang sangat ikonik. Â Proses pendaratan di cuaca yang cerah mulai dengan Checkers Approach dari bukit-bukit yang berubah menjadi puncak apartemen dan jalan raya yang sibuk diakhiri dengan pendaratan yang mulus meninggalkan kenangan manis yang tidak terlupakan akan Bandara Kai Tak dan runway 13/31 nya.
Kini bandara itu sudah berubah menjadi kawasan yang akan dikembangkan menjadi kawasan pemukiman dan komersial termasuk kawasan wisata. Â Checkerboard Hill sendiri masih bisa dikunjungi kalau kita kebetulan mampir ke kawasan Kowloon City. Â Dan Regal Meridien Airport Hotel sudah menjelma menjadi Regal Oriental Hotel. Â Sudah tidak adalah deru mesin jet dan pesawat raksasa yang melintas di antara puncak-puncak pencakar langit di Kai Tak dan Kowloon Bay. Tetapi kenangannya akan abadi dalam ruang memori mereka yang pernah mengalami dan memiliki ikatan emosional yang erat dengan Bandara ini. Bandara yang pernah dijuluki salah satu bandara paling berbahaya di dunia..