Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

This City of 10 Million Looked Like a Vast Inferno, 15 Mei 1998

15 Mei 2023   09:26 Diperbarui: 15 Mei 2023   09:31 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperempat abad sudah berlalu.  Dua puluh lima tahun memang bukan waktu yang singkat. Namun setiap bulan Mei, peristiwa itu kerusuhan Mei di Jakarta, Medan, Solo, dan beberapa kota lainnya memang sulit dilupakan.

Sudah banyak kisah dan kenangan yang ditulis terutama oleh mereka yang melihat secara langsung maupun oleh insan media di tanah air. Kali ini,  saya mencoba menuliskan kembali kisah tersebut berdasarkan laporan yang ditulis oleh reporter asing.  Dengan membaca laporan ini, diharapkan dapat memperkaya perspektif kita dalam menyikapi salah satu peristiwa paling kelam dalam sejarah Indonesia kontemporer ini. 

Yuk kita lihat cuplikan yang saya tuliskan kembali dari  The New York Times edisi 15 Mei 1998.  

Unrest in Indonesia: The Overview, Indonesian Capital Engulfed by Rioting: Judul artikelnya sudah cukup memberikan sekilas bayangan akan masifnya kerusuhan yang melanda ibukota kala itu.  Dilaporkan bahwa ibukota Indonesia luluh lantak dalam kekacauan pada Kamis (14 Mei 1998) ketika kerusuhan dan penjarahan meluas ke seluruh pelosok kota. Gerombolan orang lalu lalang melewati  jalan-jalan utama di Jakarta dan membakar kendaraan, memecahkan kaca jendela gedung perkantoran serta membakar dan menjarah toko dan pusat perbelanjaan.

Ketika malam tiba, tank dan kendaraan lapis baja  berpatroli di pusat kota. Sekitar 15 ribu pasukan mulai berjaga-jaga di Istana Presiden dan kawasan sekitarnya. Api terus membakar dan asapnya membumbung di langit Jakarta dan terbawa angin berkilometer jauhnya ke seluruh penjuru.

Lebih dari 170 orang tewas dalam kebakaran di suatu departemen store di Jakarta Timur ( Klender?) dan pemerintah Amerika sudah memerintahkan warganya yang tinggal di kota-kota besar di Indonesia agar segera meninggalkan negeri ini. 

Presiden Suharto dilaporkan kembali dari lawatan ke Mesir pagi ini. Kepulangan ini dipercepat karena situasi yang kian gawat di tanah air sehubungan dengan masifnya demonstrasi mahasiswa yang menuntut pengunduran diri presiden menyusul tewasnya beberapa mahasiswa pada hari Selasa (12 Mei).

Kantor Berita Antara juga melaporkan presiden telah memerintahkan untuk membatalkan dua keppres tentang kenaikan harga BBM dan listrik untuk membantu meringankan beban rakyat.

Bank, sekolah, dan bisnis sudah ditutup sejak pagi dan siang ini ketika kerusuhan makin meluas, Bahkan Jalan tol menuju ke bandara sudah ditutup alias bisa dilewati dengan gratis dan gerombolan perusuh banyak menyerang kendaraan yang melewati jalan tol menuju ke bandara.

Sementara Presiden Suharto sendiri sudah mengatakan bahwa dirinya akan lengser keprabon bila sudah tidak dipercaya lagi oleh rakyat ketika bertemu tatap muka dengan warga Indonesia di Kairo pada Rabu (13 Mei).  Pernyataan yang sama pernah dilontarkan di bulan Maret lalu ketika dirinya belum dipilih kembali sebagai presiden untuk ketujuh kalinya. Pernyataan ini kemudian  diluruskan oleh Menlu Ali Alatas yang mengatakan bahwa presiden hanya akan turun sesaui dengan konstitusi.

Selain bank dan toko-toko , rumah Taipan Lim Sui Liong, sobat kental Presiden Suharto juga dijarah oleh masa. Gelombang eksodus pun mulai terlihat di jalan tol menuju bandara ketika mereka dalam suasana panik berharap dapat mendapatkan tempat duduk di pesawat yang menuju ke Singapura atau Hong Kong.

Dari atap hotel bertingkat tinggi di tengah-tengah Jakarta, kota berpenduduk 10 juta jiwa ini tampak seperti neraka yang luas. This city of 10 million looked like a vast inferno. Asap tebal berlomba-lomba menembus langit, dan setiap beberapa menit timbul titik api kebakaran yang baru.  Tampak juga helikopter polisi  terbang berpatroli, sementara di bawah, di jalan-jalan suara raungan ambulans mencoba membuka jalan di antara massa yang bertepuk tangan dan bernyanyi di setiap persimpangan jalan. Ketika matahari akan tenggelam,  di tengah-tengah segala kekacauan itu, suara azan pun menyeruak dari masjid-masjid di seantero kota.

Foto: Skreensyut New York Times
Foto: Skreensyut New York Times

Ketika sore menjelang, Jakarta seperti kota yang terkepung. Sebagian penjaga toko mulai menyemprotkan cat bertuliskan kata "Pribumi" di pintu dan jendela yang tertutup rapat.  Tentara dan polisi menjaga gedung-gedung pemerintahan dan universitas. Para perusuh dan penjarah seakan-akan bebas melampiaskan kemarahan dan nafsu merusak mereka di seantero kota, bahkan meringsek ke kawasan pusat kota seperti Jalan M.H Thamrin. Sebuah Department Store di dekat Hotel Sari Pan Pacific juga tidak luput dari penjarahan. Kaca-kaca jendela dipecahkan dan isinya dijarah.

Suharto dan keluarganya juga menjadi target kemarahan. Kantor Departemen Sosial yang dipimpin oleh putri tertua Suharto (Mbak Tutut) juga tidak lepas dari perusakan.  Menjelang matahari tenggelam, ratusan orang berkumpul di depan Hotel Grand Hyatt yang dimiliki oleh konglomerat yang dikendalikan oleh salah satu putra Suharto, Bambang Tri. Mereka meneriakkan slogan anti Suharto. Tidak lama kemudian, pasukan tank pun tiba dan membubarkan orang-orang ini.

Membaca kembali berita koran  The New York Times yang ditulis pada 15 Mei 1998 ini seakan membawa kita kembali ke masa 25 tahun yang lalu. Ke masa yang kelam dan mengerikan dan penuh tantangan.  Masa yang menandakan runtuhnya Orde Baru. Suatu masa pemerintahan selama 32 tahun yang hingga kini tetap penuh dengan kontroversi.  Dihujat sekaligus dipuja.   Suatu masa pemerintahan yang diawali oleh tragedi dan diakhiri juga dengan tragedi yang memilukan. 

Semoga peristiwa kelam ini tidak akan terulang lagi dan kita semua dapat belajar dari sejarah.  Setiap kekerasan biasanya akan merugikan semua pihak. Tentunya kita tidak mau lagi ada berita yang menyatakan bahwa Jakarta adalah neraka yang luas.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun