Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Naik Bus Tingkat dan Mengintip "Perut Bumi" Stasiun MRT Thamrin

10 Mei 2023   12:55 Diperbarui: 13 Mei 2023   19:00 1370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bis Tingkat. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Waktu menunjukkan sekitar pukul 8.40 ketika saya tiba di halte Trans Jakarta Balai Kota.  Masih ada waktu sekitar 20 menit untuk sekedar bersantai dan melihat-lihat sebelum menuju ke halte IRTI Monas untuk berkumpul dan mengikuti jalan-jalan naik Bus Tingkat Trans Jakarta bersama HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) DPP Jakarta. 

Dari halte, saya menyeberang jalan Medan Merdeka Selatan melewati zebra cross yang dilengkapi lampu lalu lintas sehingga pejalan kaki bisa menyeberang dengan aman dan nyaman. 

Saya lalu melangkah ke pintu selatan Monumen Nasional yang tertutup pagar tinggi namun tetap memberikan pandangan yang memesona melihat Monas dari kejauhan. 

Di sini ada serombongan perempuan atau emak-emak yang kompak memakai seragam kebaya warna-warni yang sangat cantik. Merek sedang berfoto dengan berbagai macam pose dan sebagian juga membawa payung. 

(Foto: Dokumentasi Pribadi)
(Foto: Dokumentasi Pribadi)

Rupanya mereka juga ingin naik bus tingkat Trans Jakarta dan keliling Jakarta dengan gratis yang baru akan dimulai jam 10 nanti.

Ketika menuju halte IRTI saya bertemu dengan Agustinus Wibowo, travel writer favorit  saya yang melalui buku dan websitenya sangat menginspirasi  sehingga saya pun ikut menulis. 

Salah satu buku yang paling saya suka adalah kisah perjalanan ke negara-negara  STAN, yaitu negara eks Soviet di Asia Tengah seperti Uzbekistan, Kazakhstan, Kyrgystan, Turkmenistan dan Tajikistan. 

Kami berdua kemudian menuju ke halte IRTI Monas sambil menunggu teman-teman yang lain. Sudah banyak peserta yang ada di sini baik anggota HPI, mahasiswa dan dosen dari berbagai Universitas seperti Gunadarma dan UPH, maupun dari Kompasiana.  

"Apa itu kepanjangan IRTI," tiba-tiba saja Agustinus Wibowo bertanya yang membuat saya sedikit terentak. 

Namun, yang saya ingat hanya Ikatan saja dan setelah sejenak mencari jawabannya di internet, baru saya teringat kembali bahwa IRTI adalah singkatan Ikatan Restoran dan Taman Indonesia.

(Foto: Dokumentasi Pribadi)
(Foto: Dokumentasi Pribadi)

Sebelum acara jalan-jalan dimulai, acara dibuka dengan sambutan Ketua DPP HPI Jakarta Mas Indra Diwangkara dan sekaligus memperkenalkan  pemandu wisata dari TransJakarta yang akan menemani kami semua pada perjalanan pagi hingga siang ini yaitu Charlie dan Abas.

Sekitar pukul 10 lewat sedikit, bus tingkat dengan atap terbuka sudah siap dan dengan teratur kami semua naik ke dalam bus.  Tentu saja semua ingin duduk di atas. 

Oh ya, ternyata di bagian atas pun tidak semuanya terbuka melainkan hanya sebagian saja di depan. Sedang di bagian tengah hingga belakan tetap tertutup dengan semburan AC yang dingin. 

Saya dan beberapa teman kebetulan kebagian duduk di dalam sehingga bisa mendengarkan penjelasan dari pemandu wisata.

(Foto: Dokumentasi Pribadi)
(Foto: Dokumentasi Pribadi)

Bus mulai bergerak meninggalkan halte IRTI dan kemudian memutar di dekat Balai Kota dan terus bergerak melewati beberapa gedung penting di Medan Merdeka Selatan ini seperti Perpustakaan Nasional. 

Pemandu Wisata Abbas  terus bercerita tentang gedung-gedung yang kami lewati termasuk Perpustakaan Nasional yang berlantai 24 dan konon merupakan perpustakaan tertinggi di dunia.

Sebelum belok kiri di Jalan Thamrin, kami juga melihat sebuah patung yang ada di persimpangan jalan yang ternyata merupakan patung pahlawan dari Jakarta yaitu M.H. Thamrin. 

Lalu Abbas juga menjelaskan tentang proyek pembangunan MRT tahap 2 A yang sedang giat-giatnya dikerjakan di jalan Thamrin hingga ke Stasiun Bundaran HI yang sudah selesai lebih dahulu pada fase pertama.  

Dijelaskan bahwa fase 2A ini akan menghubungkan Bundaran HI dengan Stasiun Kota dan nantinya juga akan dilanjut dengan fase 2 B dari Kota ke Ancol. 

Di sepanjang jalan sambil melihat pemandangan kota Jakarta dan deretan pencakar langitnya, Abbas juga bercerita tentang bus tingkat Trans Jakarta dan rute-rute apa saja yang dilayani. 

Sebenarnya ada 9 rute bus tingkat wisata yang bisa dinaiki dengan gratis ini, tetapi selama pandemi baru dua rute yang kembali buka yaitu rute BW 4 yaitu rute pencakar langit yang kita naiki pagi ini dan rute 9 yang baru dibuka yang menuju ke PIK yang akan kita jajal setelah ini.

Bus terus berjalan ke arah selatan melewati Bundaran HI dengan tugu Selamat Datangnya.  Juga diceritakan tentang gedung tertinggi yang sedang dibangun di Jakarta, yaitu memiliki 88 lantai dengan ketinggian lebih dari 300 meter. 

Melewati Jembatan Semanggi, perjalanan makin seru karena mereka yang sedang berdiri di bagian yang terbuka harus membungkukkan badan karena  jarak antara atap bus dan jembatan ternyata sangat dekat.

(Foto: Dokumentasi Pribadi)
(Foto: Dokumentasi Pribadi)

Memasuki kawasan Senayan, juga diceritakan sekilas sejarah dan asal usul nama Senayan yang berasal dari kata Wangsanayan.  Juga sekilas cerita tentang kompleks Gelora Bung Karno yang dibangun untuk Asian Games  IV tahun 1962 lalu.  

Bus kemudian sampai di Bundaran Senayan dengan Patung Pemudanya. Di sini bus berbalik dan penumpang yang di luar mulai masuk ke dalam sementara sebagian yang di dalam dipersilahkan untuk duduk atau berdiri di luar.

(Foto: Dokumentasi Pribadi)
(Foto: Dokumentasi Pribadi)

Pada perjalanan kembali ke IRTI Monas ini saya dan beberapa teman berdiri di open deck dan bisa menikmati perjalanan bus sambil berfoto dan membuat beberapa video yang menarik. 

Hingga akhirnya di sekitar proyek MRT kita dapat melihat pekerjaan di dalam perut bumi di sekitar Stasiun Thamrin yang terdiri dari 5 lantai ke bawah dan nantinya merupakan stasiun MRT terbesar di Jakarta karena merupakan stasiun transit koridor Utara Selatan dan koridor Timur Barat.

Skitar pukul 11. 15 bus kembali ke posisi semula di halte IRTI Monas.  Jalan-jalan belum selesai karena kami hanya istirahat sebentar untuk ke toilet dan lalu berpindah bus tingkat yang lain untuk menuju ke PIK.  Kali ini bus tingkatnya tertutp karena menurut Charlie Trans Jakarta hanya memiliki satu bus tingkat dengan atao terbuka.

Perjalanan ke PIK melewati Harmoni dengan patung Dewa Hermes di jembatan dan kisah-kisah nya yang menarik, lalu dilanjutkan melewati Tomang dengan sekilas cerita Jin Tomang.

Setelah itu belok kanan melewati Taman Anggrek dan Grogol. Bus kemudian masuk tol selepas Stasiun Grogol langsung menuju ke PIK lewat tol Bandara. 

(Foto: Dokumentasi Pribadi)
(Foto: Dokumentasi Pribadi)

Di perjalanan, selain menikmati pemandangan dan juga pengalaman pertama naik bus tingkat di tol menuju bandara walau keluar di PIK, kami mendengarkan banyak kisah menarik terutama tentang pulau-pulau reklamasi di PIK seperti pulau D yang akan kami kunjungi. 

Juga nama-nama Jembatan yang ternyata dulu pernah ditombakkan. Nama jembatan pertama adalah Jembatan Linggi, dan nantinya ada lagi Jembatan Tataban dan Jembatan Baruyungan. Konon nama ini diambil dari bagian-bagian perahu tradisional.

Wah asyik juga sambil jalan-jalan, kita jadi tahu latar belakang nama-nama jalan dan jembatan di kawasan PIK dan pulau-pulau reklamasi yang dulu pernah menjadi kontroversi ini.

(Foto: Dokumentasi Pribadi)
(Foto: Dokumentasi Pribadi)

Kami juga melewati kompleks sekolah Buddha Tsu Chi dan rumah sakitnya yang sangat megah dan indah dengan arsitektur yang khas sampai akhirnya tiba di kawasan PIK Pantjoran dengan landmark berupa Pagoda yang sangat khas memiliki arsitektur dengan sentuhan budaya Tionghoa.

Pagoda berlantai lima ini disebut Pagoda Dewi Kwan Im karena ada patung Dewi Kwan Im besar di depannya. Juga ada tempat untuk bersembahyang bagi umat Kong Hu Cu atau Tao.  Bahkan ada beberapa informasi dan buku doa di dekat patung ini.

Setelah berfoto bersama di patung dewi Kwan Im, kami bebas untuk makan siang atau salat.  Saya kemudian bersama beberapa teman berjalan mengeliling kompleks PIK Pantjoran dan sampai di pintu gerbang yang megah. 

Ada lima huruf Hanzhi yang sejak dulu saya penasaran bagaimana membacanya. Untuk ada Agustinus Wibowo yang membantu membaca yaitu Pan Co Lan Guang Zhang alias Pantjoran Square.   He he He.

(Foto: Dokumentasi Pribadi)
(Foto: Dokumentasi Pribadi)

Akhirnya bersama Mbak Ira, Windu, dan Mbak Ervita serta Agustinus Wibowo, kami mampir di sebuah gerai makan yang menawarkan berbagai Nasi Lemak baik dengan lauk ikan teri, telur ceplok serta ayam goreng atau ikan.  Makan siang yang lezat walau memang sedikit singkat karena bus hanya berhenti sekitar 1 jam di PIK Pancoran ini.

Sekitar pukul 1,30 setelah kembali berfoto beramai-ramai, rombongan HPI kembali naik bus untuk menuju ke pusat kota Jakarta. 

Sepanjang perjalanan pemandu wisata Charlie terus bercerita yang dipenuhi dengan guyonan yang segar.  Juga ada beberapa kuis dan yang beruntung bisa menjawab dengan tepat mendapat hadiah dari panitia.

(Foto: Dokumentasi Pribadi)
(Foto: Dokumentasi Pribadi)

Sekitar pukul 3 sore, kami kembali tiba di halte IRTI Monas. Perjalanan sejak pagi dan siang yang menyenangkan. 

Perjalanan ini, seperti disampaikan oleh Bang Indra pagi tadi, merupakan program pengayaan bagi para pemandu wisata anggota HPI yang dikelola oleh Biro Pengembangan Kreativitas dan Inovasi HPI Jakarta. 

Siapa sangka, dalam perjalanan dengan bus tingkat ini, kita dapat sekedar mengintip perut bumi di Stasiun MRT Thamrin

Sampai bertemu lagi dalam perjalanan berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun