Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Islam di Tiongkok dan Kontroversi Uyghur

3 Mei 2023   21:54 Diperbarui: 3 Mei 2023   22:12 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walaupun begitu, seiring dengan kemajuan ekonomi dan teknologi di Tiongkok, Xinjiang juga terus berubah. Bahkan sejak 2014,  kereta cepat  juga  sudah hadir di Urumqi, ibu kota Xinjiang sehingga dari Lanzhou, di Provinsi Gansu, kita bisa berkunjung ke Urmqi yang jaraknya sekitar 1800 kilometer melewati Xining di Qinghai dalam waktu yang lebih singkat.   

Konon kereta cepat ini juga merupakan kereta cepat tertinggi di dunia karena melewati kawasan dengan ketinggian lebih dari 3000 meter dari permukaan laut.  Dan dengan meningkatkan kesejahteraan rakyat di Xinjiang diharapkan Gerakan separatis akan kian memudar.  

Selain itu etnis minoritas di Tiongkok bahkan memiliki banyak keistimewaan yang tidak dimiliki oleh etnis Han.  Salah satunya adalah ketika Tiongkok menerapkan kebijkan satu anak atau One Child Policy, maka etnis minoritas seperti Uyghur dan Hui dibebaskan dari kebijakan ini.  

Kebijakan ini pula yang menyebabkan pertumbuhan umat Islam di Tiongkok sendiri relatif lebih cepat dibandingkan etnis Han yang umumnya non muslim atau ateis.    

Kebijakan Satu Anak ini sendiri terbukti menyebabkan masalah demografi yang rumit sehingga sejak 2016 mulai dilonggarkan dan setiap pasangan diizinkan untuk memiliki dua anak. Bahkan sejak 2021 setiap pasangan didorong untuk mempunyai tiga anak.

Tentu saja hal seperti ini masih belum bisa menghilangkan berita-berita miring mengenai larangan beribadah, larangan berpuasa, hingga adanya kamp konsentrasi sejuta orang etnis Uygur di Xinjiang. Benar atau tidaknya, rasanya tetap sulit untuk diungkap dan tetap saja diserahkan kepada keyakinan masing-masing.

Sekarang persoalannya dikembalikan kepada setiap pembaca, akan percaya berita versi yang mana. Versi persekusi hingga  kamp konsentrasi dan genosida, atau versi pemerintah Tiongkok yang lebih ramah mengenai  training dan  pelatihan agar etnis Uyghur memiliki keterampilan dan keahlian yang pada gilirannya dapat meningkatkan perekonomian mereka.

Terima kasih sudah membaca dan silakan memberi komentar di kolom yang tersedia.

Penulis adalah traveller yang sudah kerap kali berkunjung ke Tiongkok dan juga Alumni Sekolah Kajian Strategik dan Global, Kajian Timur Tengah dan Islam, Universitas Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun