Kampung  halaman merupakan tempat yang sangat istimewa bagi setiap orang. Ini adalah tempat dimana diri kita dilahirkan dan dibesarkan. Tempat dimana kita menghabiskan masa kanak-kanak yang penuh kenangan yang indah nak tak terlupakan sekaligus suatau masa yang tidak akan terulang lagi.  Dan uniknya setiap insan memiliki kenangan yang berbeda akan kampung halaman masing-masing beserta orang-orang yang dulu pernah menghiasi kehidupan sewaktu kecil.
Makna dan arti kampung halaman biasanya akan semakin penuh rasa haru dan cinta ketika kita harus meninggalkannya ketika usia beranjak remaja atau dewasa. Â Ada yang harus pergi karena menuntut ilmu di kota yang terletak di pulau lain, di kota yang lebih besar dan ramai. Ada pula yang harus merantau karena tuntutan budaya dan tradisi, dan ada pula yang memang harus pergi karena tunttuan pekerjaan. Â Maka bagi sosok perantau ini, kampung halaman merupakan tempat yang selalu dirindu, terutama pada momen tertentu yang istimewa seperti hari raya keagamaan atau pun momen khusus lainnya. Â Â
Kampung halaman adalah sebuah tempat yang walau sebenarnya nyata, tetapi seringkali muncul dalam kenangan sebagai sebuah dunia paralel yang imajiner. Â Dalam dunia nyata, kampung halaman sebenarnya juga berubah mengikuti perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Â Kampung halaman yang dulu mungin tampak asri dan tenang, dengan pemandangan sawah dan sungai tempat kita bermain sewaktu kecil, mungkin saja saat ini sudah berubah. Â Rumah-rumahnya, pemandangannya , dan yang pasti adalah orang-orangnya pun berubah seiring perjalanan waktu. Â Â
Orang tua yang dulu kita rindukan, kini mungkin semakin renta, bahkan sebagian sudah tiada. Sanak saudara dan teman bermain sewaktu kecil, kini pun sudah berubah beranjak dewasa, bahkan sebagian besar pun mungkin sudah pergi entah kemana. Â Kadang kita masih bisa bertemu sewaktu mudik, kadang sudah tak tahu lagi kemana rimbanya. Â Dalam dunia dan kehiduan nyata, seperti hidup ini, kampung halaman pun berubah.
Namun dalam dunia imajiner dan kenangan, visualisai kampung halaman selalu stagnan dan abadi. Visualisasi imajiner kamung halaman dalam benak kebanyakan orang adalah seakan suatu irisan dan segmen waktu terbaik yang memberikan kesan paling mendalam dalam simpanan data memori di ingatan kita. Â Â
Dalam dunia imajiner ini, kampung halaman seakan tetap abadi dengan pemandangan yang indah, suasana rumah masa kecil, ayah bunda yang merwat dan membesarkan kita dengan penuh kasih sayang, teman-teman sepermainan yang tumbuh bersama dan segala lingkungan dan suasana sempurna yang menghiasi dunia ingatan kita tentang kampung halaman. Â Ini adalah dunia kenangan yang selalu muncul dalam ruang ingatan ketika kata kampung halaman disebutkan. Dunia imajiner ini pula yang selalu memanggil-manggil kita untuk kembali pulang, sejauh apa pun kita pergi. Walau sudah sejauh mana kita berjalan, ke kampung halaman pula kita akan pulang.
Nah seandainya kampung halaman dapat dibayangkan seakan-akan menjadi sebuah sosok yang hidup, maka ada baiknya kita menuliskan sepucuk surat untuknya. Sepucuk surat imajiner yang bisa menghidupkan kembali ruang-ruang waktu yang dulu pernah menghiasi kehidupan masa kecil kita. Â Yuk kita coba menuliskan surat untuk kampung halaman ini.
Kampung Halamanku yang Tercinta:
Kutuliskan surat ini dengan hati penuh rasa rindu yang memuncak karena baru kali ini aku akan kembali setelah beberapa tahun tidak mudik. Â Situasi dan keadaan lah yang memkasa dan mencegah diriku ini untuk kembali ke haribaanmu. Â Namun jangan kecewa, karena walau lama tidak berjumpa, engkau akan selalu berada di dalam hatiku. Â Dan yang paling penting, dalam bayangan ku engkau pun sesungguhnya tidak akan pernah berubah. Engkau akan tetap sama seperti ketika aku kecil dulu. Suatu tempat yang sangat indah yang selalu memberi kesenangan dan kebahagiaan pada diriku.
Masih terbayang dengang sangat sempurna dalam ingatan, ruang-ruang rumah masa kecilku. Bahkan warna dan motif tirai jendela pun masih aku ingat. Demikan juga nama-nama anak tetangga teman sepermainan serta nama-nama orang tua mereka serta permainan apa saja yang dulu sering menemani waktu siang hingga sore menjelang. Â Wajah-wajah teman kecilku seakan abadi dan tidak berubah, walau sebagian besar kini entah sudah berada dimana. Â Â
Wahai kampung halamanku yang selalu kukenang dengan hati berbuncah riang. Â Walau dalam alam sadar aku tahu bahwa keadaanmu kini sudah jauh berubah. Rumah-rumah yang dulu ada dalam kenangan pun kini sudah berubah, jalan-jalan dan sungainya pun mungkin sudah berubah, tetapi biarkanlah engkau tetap abadi dalam kenangan. Karena kenangan itu pula yang membuat engkau tetap menjadi kampung halaman. Â Â
Tanpa kenangan itu, maka engkau akan hilang ditelan sang waktu.
Tanpa kenangan itu kampung halamanku pun akan sirna.
Biarlah kenangan itu abadi, hingga aku pun sirna ditelan masa.
Sampai berjumpa lagi, wahai kampung halaman nan abadi, sekarang dan selama-lamanya.
Nah teman-teman, itu adalah sepucuk surat yang kutulis buat kampung halaman. Semoga menghibur dan terima kasih sudah membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H