Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Ada Doa Siwir-Siwir di Gereja Katolik yang Mirip Candi

3 April 2023   21:02 Diperbarui: 9 April 2023   23:04 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah lama sebenarnya saya mendengar dan ingin sekali berkunjung ke tempat ibadah ikonik yang berada di Ganjuran, Bambanglioira, Kabupaten Bantul ini.

Siang itu setelah makan siang menikmati Mangut Lele dan bertemu dengan nenek yang berusia 168 tahun, kendaraan kami melaju santai menuju Ganjuran.

Dari tempat parkir, saya berjalan menuju bangunan gereja dan melewati deretan informasi mengenai berbagai penerimaan siswa baru di berbagai sekolah Katolik yang ada di kawasan Yogya.

Jadwal Misa | Dokumentasi pribadi
Jadwal Misa | Dokumentasi pribadi

Sebuah papan besar berlatar warna hijau dengan tulisan warna kuning menginformasikan jadwal misa yang ada di Gereja HKTY Ganjuran. Pada mulanya saya tidak tahu apa itu HKTY dan sekilas mengingatkan saya akan gereja HKBP yang banyak di Jakarta.

Melewati pintu gerbang, saya masuk ke halaman kompleks gereja yang luas. Siang itu kebetulan cukup banyak jamaah dan mungkin juga hanya pengunjung yang mampir, bahkan ada juga beberapa perempuan yang mengenakan hijab.

Sebuah bangunan besar berbentuk pendopo dengan atap joglo langsung menarik perhatian saya. Ternyata ini adalah gereja utamanya.

Interior gereja | Dokumentasi pribadi
Interior gereja | Dokumentasi pribadi

Saya masuk dan melihat deretan kursi kayu yang dikirim warna coklat. Sementara langit-langitmu dihiasi ornamen ukiran dari kayu yang cantik. Juga ada sebuah lampu gantung yang terlihat anggun di keheningan ruang ibadah ini.

Langit-langit | Dokumentasi pribadi
Langit-langit | Dokumentasi pribadi

Yang unik adalah altar dengan dinding yang terbuat dari batu candi dan juga banyak hiasan dan ukiran khas Jawa serta patung Yesus dan malaikat yang bentuknya mengadaptasi seni dan budaya Jawa.

Kalau diperhatikan dari dekat relief pada altar ini menggambarkan pepohonan lengkap dengan bunga-bunga dan tiga ekor burung serta dua ekor rusa yang sedang minum di sungai. Juga ada dua patung malaikat yang sedang menyembah dan berbusana Jawa.

Saya kemudian melewati gedung bertingkat dua yang di depannya ada sebuah spanduk warna ungu dengan tulisan: "Tinggal dalam Kristus Hadirkan Damai bagi Sesama dan Alam Ciptaan," di atasnya ada tulisan "Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan Semarang," 

Papan perhatian |Dokumentasi pribadi
Papan perhatian |Dokumentasi pribadi

Saya terus berjalan dan kemudian bertemu dengan sebuah papan yang berisi anjuran buat pengunjung/peziarah Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Seperti tidak makan minum, menjaga ketenangan dan juga tidak naik ke candi sewaktu ada peribadatan. Di sini akhirnya pertanyaan saya mengenai singkatan HKTY langsung terjawab.

Sebuah lapangan yang luas menyambut dan disekelilingnya ada pohon-pojon yang lumayan tinggi. Di sudut paling kanan ada lagi sebuah pendopo yang di dalamnya ada patung dan ada beberapa orang yang sedang duduk bersimpuh dan berdoa. 

Setelah saya dekati ternyata patung seorang perempuan yang sedang menggendong seorang anak. Kemungkinan besar merupakan patung Bunda Maria yang sedang menggendong Yesus.

Patung bunda maria |Dokumentasi pribadi
Patung bunda maria |Dokumentasi pribadi

Di sepanjang sisi sebelah kanan lapangan ini kemudian berjejer relief tentang perjalanan Yesus dari sejak dihukum mati, memanggil salib dan kemudian wafat di kayu salib hingga ke kemudian dimakamkan.

Relief Yesus dihukum mati | Dokumentasi pribadi
Relief Yesus dihukum mati | Dokumentasi pribadi

Setiap relief memiliki keterangan dalam bahasa Indonesia, Jawa, Jawa dan Inggris. Sekilas melihat relief ini kita merasa sedang berada di sebuah candi dibandingkan dengak sebuah temoat ibadah Katolik.

Dan akhirnya saya sampai di pelataran candi yang mirip candi Prambanan dalam ukuran mini.

Paseban | Dokumentasi pribadi
Paseban | Dokumentasi pribadi

Di pelataran ini banyak jemaah yang sedang berdoa. Sementara di sebelah kiri ada sebuah bangunan mirip pendopo yang bernama Paseban Carol Schmitzer.

Saya memperhatikan kawasan candi. Ternyata jemaah bisa naik ke dalam candi dan kemudian berdoa di dalamnya sambil berlutut. 

Mata air | Dokumentasi pribadi
Mata air | Dokumentasi pribadi

Di dekat candi juga ada deretan pancuran air yang sekilas mirip tempat wudu. Ternyata ini adalah mata air yang airnya dipercaya banyak memiliki khasiat termasuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Di belakang candi ada tempat pribadi yang tidak boleh dimasuki umum, dan didekatmu ada sebuah toko kecil mirip koperasi yang merupakan unit usaha panti asuhan Santa Maria.

Pengakuan dosa | Dokumentasi pribadi
Pengakuan dosa | Dokumentasi pribadi

Saya kembali berjalan ke paseban dan di dalamnya ternyata ada beberapa bilik untuk pengakuan dosa.

Buku doa | Dokumentasi pribadi
Buku doa | Dokumentasi pribadi

Di dekatnya ada buku doa yang bisa diambil dengan mengganti ongkos cetak sebesar 5000 rupiah. Uniknya dijelaskan bahwa buku doa untuk ziarah di Gereja Ganjuran ini sudah disempurnakan dengan doa Siwir-Siwir Romo G. Utomo PR.

Prasasti | Dokumentasi pribadi
Prasasti | Dokumentasi pribadi
Tidak jauh dari candi juga ada sebuah prasasti "Pemurnian Menjado Gereja Katilik Sejati dan Kawa Sejati" yang ditandatangani oleh Mgr Yohanes Pujasumarta sebagai Uskup Agung Semarang pada Juni 2012 sekaligus memperingati bahwa ditempat ini dulu pernah ada gereja sementara ketika gereja ini mengalami kerusakan berat akibat gempa 2006.

Di bagian paling bawah prasasti ada tulisan Pengetan 50 tahun Gereja Ganjuran bertanggal 16 April 1924-16 April 1974. Apa itu Pengetan? Sejenak saya lupa namun kemudian terlintas kembali dalam ingatan bahwa kata ini dalam bahasa Jawa berarti peringatan.

Berada di kompleks gereja ini, kita memang dapat merasakan sejenak ketenangan dan keheningan walau suasana jemaah dan pengunjung lumayan ramai.

Berdasarkan sejarahnya ternyata gereja Ganjuran ini merupakan Gereja Katolik tertua di kawasan Bantul yang pertama kali dibangun oleh dia bersaudara orang Belanda Julias dan Joseph Schmutzer pada 1904 dan baru diresmikan pada 1924.

Gereja ini memang menjadi unik karena dibangun dengan mengadaptasi budaya dan kultur Jawa sehingga Yesus digambarkan sebagai seorang raja Jawa yang sedang duduk di singgasana. Dan juga ada unsur agama Hindu dalam bentuk candi yang juga menjadi tempat berdoa.

Ternyata, tidak percuma saya datang jauh-jauh ke Ganjuran karena menemukan gereja Katolik yang sangat unik lengkap dengan buku doa dan Siwir-siwir. Namun sampai sekarang saya belum tahu apa siwir-siwir, mungkin ada pembaca yang bisa membantu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun