Setelah mampir berziarah ke Makam Air Mata Oboe di Arosbaya, perjalanan di Pulau Madura terus berlanjut menuju ke pusat kota Sampang.
Walaupun Sumenep dianggap sebagai kota terbesar dan terpenting di Madura, namun secara geografis kota Sampang dapat dianggap sebagai pusat pulau garam ini.
Walau jarak Arosbaya ke Sampang hanya sekitar 60 kilometer, namun karena melalui sebagian jalan yang kondisi nya kurang baik, terutama di kawasan Tanah Merah, maka perlu waktu hampir 2 jam untuk sampai di sana dan senja sudah mulai menjelang.
Kami berjalan mengelilingi pusat kota dan melihat tempat-tempat yang lumayan menarik. Salah satu tempat yang menarik perhatian adalah Monumen Trunojoyo yang berada tepat di Titik Nol Kilometer.
Sampang Nol Kilometer, The Epicentrum of Madura, demikian tulisan dengan warna kuning dan putih serta latar belakang cokelat kopi ini. Â Belum terlalu jelas apakah semua jalan di Madura menggunakan titik nol di sini dalam acuan kilometernya? Â Tanda titik nol ini dibuat dengan dana CSR beberapa perusahaan termasuk SSK Migas.
Yang menarik adalah monumen Trunojoyo yang ada di tengah lapangan di belakang penanda titik nol. Â Tugu ini berbentuk tombak dan terdiri dari tiga buah tombak yang melambangkan Iman, Islam dan Ikhsan.
Taman di kawasan ini lumayan cantik dan dalam keadaan bersih dan terawat. Â Sesuai dengan moto kota Sampang yaitu BAHARI yang merupakan singkatan Bersih, Agamis, dan harmonis.
Yang menarik adalah sebuah tiang besar dan tinggi yang di bagian atasnya terkuak melebar dan ternyata kalau malam diterangi lampu-lampu dan sangat mirip dengan Garden at the Bay yang ada di Singapura.
Dari monumen Trunojoyo, kami meneruskan kunjungan di Sampang dengan mampir ke jantung kota, yaitu Alun-Alun Trunojoyo.
Senja sudah menjelang malam dan di sini sangat  banyak penduduk kota dan mungkin juga pengunjung yang sedang santai mencari angin. Â
Sampang, Episentrum Pulau Madura
Setelah mampir berziarah ke Makam Air Mata Oboe di Arosbaya, perjalanan di Pulau Madura terus berlanjut menuju ke pusat kota Sampang. Walaupun Sumenep dianggap sebagai kota terbesar dan terpenting di Madura, namun secara geografis kota Sampang dapat dianggap sebagai pusat pulau garam ini.
Walau jarak Arosbaya ke Sampang hanya sekitar 60 kilometer, namun karena melalui sebagian jalan yang kondisi nya kurang baik, terutama di kawasan Tanah Merah, maka perlu waktu hampir 2 jam untuk sampai di sana dan senja sudah mulai menjelang.
Kami berjalan mengelilingi pusat kota dan melihat tempat-tempat yang lumayan menarik.
Salah satu tempat yang menarik perhatian adalah Monumen Trunojoyo yang berada tepat di Titik Nol Kilometer.
Sampang Nol Kilometer, The Epicentrum of Madura, demikian tulisan dengan warna kuning dan putih serta latar belakang cokelat kopi ini. Â Belum terlalu jelas apakah semua jalan di Madura menggunakan titik nol di sini dalam acuan kilometernya? Â Tanda titik nol ini dibuat dengan dana CSR beberapa perusahaan termasuk SSK Migas.
Yang menarik adalah monumen Trunojoyo yang ada di tengah lapangan di belakang penanda titik nol. Â Tugu ini berbentuk tombak dan terdiri dari tiga buah tombak yang melambangkan Iman, Islam dan Ikhsan.
Taman di kawasan ini lumayan cantik dan dalam keadaan bersih dan terawat. Â Sesuai dengan moto kota Sampang yaitu BAHARI yang merupakan singkatan Bersih, Agamis, dan harmonis.
Yang menarik adalah sebuah tiang besar dan tinggi yang di bagian atasnya terkuak melebar dan ternyata kalau malam diterangi lampu-lampu dan sangat mirip dengan Garden at the Bay yang ada di Singapura.
Dari monumen Trunojoyo, kami meneruskan kunjungan di Sampang dengan mampir ke jantung kota, yaitu Alun-Alun Trunojoyo.
Senja sudah menjelang malam dan di sini sangat  banyak penduduk kota dan mungkin juga pengunjung yang sedang santai mencari angin. Â
Huruf-huruf besar membentuk lata Alun-Alun Trunojoyo ada di sana dan di depan alun-alun ini ada sebuah monumen berbentuk patung karapan sapi yang menjadi ciri khas pulau Madura.
Hari sudah kian malam sehingga akhirnya kami memutuskan meninggalkan Sampang untuk kembali ke Surabaya.
Dalam perjalanan kami sempat  berhenti di sebuah resto yang bernama Bebek Rizky. Â
Yang menarik di resto ini adalah sebuah lukisan besar di dinding yang bergambar karapan sapi dan jembatan Suramadu.
"Manabih ka Madhureh Ajjeh loppa nyepper ka RM Bebek Rizky. ".  Tulisan dalam bahasa Madura ada pada lukisan tersebut. Apa artinya?  Dengan sedikit menduga saya mencoba menerjemahkan tulisan ini sebagai , berkunjung  ke Madura, jangan Lupa mampir ke RM Bebek Rizky.
Menu di resto ini lumayan beragam walau menu utamanya adalah bebek. Â Saya sendiri mencoba nasi rawon dan minuman yang bernama Es Madura.
Ternyata Es Madura mirip es kelapa namun dengan bumbu yang lebih beragam dan diracik dengan berbagai jenis rempah. Lumayan enak dan segar.
Demikian sekilas kisah mampir ke Sampang dan mengintip titik nil kilometer, lampu mirip Garden at the Bay di Singapura dan juga alun-alun dengan monumen karapan sapi. Sampai jumpa lagi di lain cerita-huruf besar membentuk lata Alun-Alun Trunojoyo ada di sana dan di depan alun-alun ini ada sebuah monumen berbentuk patung karapan sapi yang menjadi ciri khas pulau Madura.
Hari sudah kian malam sehingga akhirnya kami memutuskan meninggalkan Sampang untuk kembali ke Surabaya.
Dalam perjalanan kami sempat  berhenti di sebuah resto yang bernama Bebek Rizky. Â
Yang menarik di resto ini adalah sebuah lukisan besar di dinding yang bergambar karapan sapi dan jembatan Suramadu.
"Manabih ka Madhureh Ajjeh loppa nyepper ka RM Bebek Rizky. ".  Tulisan dalam bahasa Madura ada pada lukisan tersebut. Apa artinya?  Dengan sedikit menduga saya mencoba menerjemahkan tulisan ini sebagai , berkunjung  ke Madura, jangan Lupa mampir ke RM Bebek Rizky.
Menu di resto ini lumayan beragam walau menu utamanya adalah bebek. Â Saya sendiri mencoba nasi rawon dan minuman yang bernama Es Madura.
Ternyata Es Madura mirip es kelapa namun dengan bumbu yang lebih beragam dan diracik dengan berbagai jenis rempah. Lumayan enak dan segar.
Demikian sekilas kisah mampir ke Sampang dan mengintip titik nil kilometer, lampu mirip Garden at the Bay di Singapura dan juga alun-alun dengan monumen karapan sapi.
Sampai jumpa lagi di lain cerita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H