Dari sini tinggal menyusuri lorong dan kemudian berbelok ke kanan untuk sampai ke jalan pintu masuk utama Taman Sari dimana terdapat Masjid Soko Tunggal.
Dan saya kemudian menyebrang Jalan Taman untuk masuk ke Gang Pahlawan Abdulhadi.
Di sebelah kanan jalan tepat di ujung jalan, ada sebuah rumah tua dengan halaman yang cukup luas. Â Sekilas rumah ini sepertinya lebih banyak tertutup dan kondisinya kurang terawat.
Namun yang menarik adalah di dekat pintu rumah ada sebuah kotak pos dan juga papan nama pemilik rumah.
"w.J.S. Poerwadatminta," demikian tertulis pada papan nama yang menunjukan pemilik rumah.
Sejenak, ruang-ruang memori dalam benak saya berputar cukup lama. Nama ini tidak asing namun sudah lama tersimpan dalam bank data.
Pembaca, siapakah dia? Â Nagi generasi milenial, mungkin tidak ada yang mengenal nama ini. Namun bagi yang bersekolah menengah pada sekitar 1970-80 an atau generasi sebelumnya, minimal pernah memiliki atau meminjam kamus karya beliau.
Beliau adalah seorang ahli bahasa yang menulis berbagai kamus dan sangat kondang namanya pada saat itu. Â
Ternyata  WJS atau Wilfredus Joseph Sabarija Poerwadarninta yang juga dijuluki Bapak Kamus Indonesia ini merupakan putra kelahiran Yogyakarta pada 1904 dan ayah beliau merupakan abdi dalem Kraton yang bekerja sebagai gamel atau pengurus kuda.
Beliau meninggal pada 1968 dan banyak sudah karya monumental Poerwadarninta termasuk KUBI atau Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Siapa sangka rumah beliau di gang Abdul Hadi ini sering sekali saya lewati, namun baru tadi pagi saya sadar bahwa rumah tua yang masih terlihat keren oti adalah rumah kediaman sang maestro kamus.
Setiap perjalanan, walau hanya melangkahkan kaki tidak terlalu jauh, ternyata banyak mengungkap fakta yang menarik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H