Pagi itu kami memulai perjalanan dari pusat kota Surabaya menuju ke utara yaitu pulau Madura melalui jembatan Suramadu yang ikonik.
Ada yang berbeda dengan kunjungan terakhir saya beberapa tahun yang lalu, yaitu kini untuk menuju pulau garam itu kendaraan bebas melaju tanpa harus membayar biaya tol. Â
Ternyata jembatan yang selesai dibangun pada 2009 itu mulai digratiskan pada Oktober 2018 lalu. Â Wah ternyata sudah lama juga saya tidak menjejakkan kaki ke Madura.
Walaupun begitu rambu lalu lintas penanda pintu tol masih ada seakan-akan kendaraan masih harus membayar tol.
Setelah menyeberangi  jembatan sepanjang sekitat 5 kilometer itu, kamu memasuki kabupaten Bangkalan yang merupakan pintu gerbang Madura. Â
Tujuan pertama adalah sebuah tempat wisata bernama Bukit Jaddih, yang merupakan bukit kapur yang dibentuk dengan indah menjadi mirip gua yang menarik.
Tempat ini juga dinamakan Gua Pote yang dalam bahasa Madura berarti Gua Putih.
Memasuki pulau Madura, ada nuansa yang sedikit berbeda dibandingkan pulau Jawa secara umum. Â Salah satunya adalah penampilan penduduknya yang relatif lebih Relijius. Kaum perempuan kebanyakan mengenakan hijab dan kaum lelaki kebanyakan memakai peci dan sarung.
Pakaian mirip santeri ini bukan hanya dipakai di pesantren, tetapi memang menjadi kostum sehari -hari baik tua muda maupun anak-anak.
Mula-mula jalan yang lebar dan mulus dua jalur menyambut kami di Madura. Namun setelah belok kiri dan keluar dari jalan raya utama no 21 yang menghubungkan kota kota utama di Madura seperti bangkalam Sampang Pamekasan dan Sumnep, jalan kian menyempit dan sebagian dalam kondisi berlubang dan kurang baik.