Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Bertemu Jackie Chan di Masjid Sheikh Zayed di Solo

12 Maret 2023   08:03 Diperbarui: 13 Maret 2023   09:35 1084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah sekitar 15 sampai 20 menit jalan kaki menyusuri gang , rel kereta dan jalan sempit, akhirnya pasukan Clickompasiana tiba di Masjid Sheikh Zayed.  Kalau dulu saya hanya bisa memandang keindahan masjid ini dari luar dan kejauhan, kini tiba waktunya untuk menikmatinya langsung dari dalam.

Sebagaimana biasa, suasana siang itu sangat ramai di kawasan masjid. Kendaraan parkir di sepanjang jalan di sekitar masjid, dan sebagian juga bisa masuk ke halaman.  Sementara pedagang makanan, minuman, dan juga berbagai jenis barang lainnya juga sibuk menjajakan membujuk calon pembeli.

Mirip bandara: Dokpri
Mirip bandara: Dokpri

Saya masuk melalui pintu gerbang dan disambut dengan sekuriti masjid lengkap dengan pintu  X ray mirip di bandara. Peralatan dan pintu seperti ini bahkan sangat mirip dengan yang digunakan di Sheik Zayed Grand Mosque di Abu Dhabi. Namun uniknya lagi peralatan ini sepertinya hanya merupakan pajangan atau memang belum berfungsi.

Pesan Toleransi: Dokpri
Pesan Toleransi: Dokpri

Saya kemudian masuk ke beranda depan masjid.  Di sini ada dua prasasti di dinding yang berwarna kuning emas.  Yang pertama merupakan nasehat dari Almarhum Yang Mula Sheikh Zayed Bin Sultan Al Nahyan, yang ditulis dalam bahasa Arab, Inggris dan Indonesia:

"Nasehat yang paling berharga untuk anak-anakku adalah menjauhkan diri dari kesombongan. Saya percaya bahwa orang-orang hebat dan kuat tidak dapat direndahkan atau dilemahkan yaitu dengan  memperlakukannya secara rendah hai dan bertoleransi. Toleransi di antara sesama manusia menciptakan rasa kasih. Seseorang sebaiknya penuh rasa kasih dan damai terhadap sesama manusia saudaranya." 

Ah berapa indah pesan dan nasehat yang mengagungkan persaudaraan dan toleransi antar umat manusia tanpa membedakan ini.. Suatu nilai yang sudah jarang kit jumpai karena banyak manusia yang lebih mengutamakan kelompok dan golongannya sendiri di atas golongan yang lain.

MNZ dan Jokowui: Dokpri
MNZ dan Jokowui: Dokpri

Prasasti yang lain berupa peresmian masjid Raya Sjeikh Zayed Solo yang ditandatangani  Sheikh Mohamed Bin Zayed  Al Nahyan dan Joko Widodo pada 14 November 2022 lalu yang juga ditulis dalam bahasa Arab, Inggris, dan Indonesia,

lorong masjid: Dokpri
lorong masjid: Dokpri

Di beranda dan juga lorong-lorong masjid dengan lantai marmer yang indah ini banyak sekali para pengunjung, terutama kaum emak-emak yang duduk santai sambil beristirahat dan bercengkerama.    Sementara di halaman masjid terdapat kolam-kolam cantik, sebagian dihiasi dengan air mancur yang juga tidak kalah menawan. 

tempat wudu di halaman: dokpri
tempat wudu di halaman: dokpri

Azan zuhur kemudian menggema, dan saya kemudian berwudu di pancuran yang ada di halaman masjid.  Untuk masuk ke ruang salat, ternyata ada pemeriksaan tas dan bawaan. Korek api tidak diperbolehkan masuk, demikian juga dengan sandal yang dibungkus kantong plastik dan air minum dalam kemasan.   Pintu masuk untuk lelaki dan perempuan juga dipisah karena tempat salat untuk perempuan ada di lantai atas di bagian belakang masjid.

Kubah masjid: Dokpri
Kubah masjid: Dokpri

Ruang salat masjid tampak sangat megah luas dan indah.  Ada tiang-tiang bulat dengan ornamen warna kuning emas dan lengkungan yang khas.  Kubah utama sangat besar dan dikelilingi oleh jendela berbentuk lengkungan serta didukung oleh banyak kubah kecil di bawahnya.  Cahaya alami menerangi bagian atas ruangan masjid melalui jendela-jendela di sekitar kubah ini.  Sebuah lampu gantung besar yang canting menjuntai dari atas kubah.

Bagian interior di dalam kubah didominasi warna putih dan dihiasi dengan ornamen kaligrafi warna kuning emas. Pola dekoratif dengan motif floral yang tidak kalah cantik bak ukiran kayu juga menambah kecantikan interior dinding dan atap seluruh masjid.

Dan lantai masjid ditutupi oleh permadani tebal yang empuk yang tidak kalah cantik menawan. Membentang luas dengan ornamen bercorak batik dengan kombinasi warna gelap cokelat tua , biru, tua, ungu dan putih. Sangat khas dan sekaligus memberikan kedamaian bagi yang memandangnya.

Mihrab nya sederhana namun manis, berubah tempat yang menjorok ke arah kiblat dengan pintu beratap lengkung lancip dengan nuansa warna kuning keemasan. Mimbarnya dari kayu berukir yang cantik dengan atap bertiang empat dan berhiaskan atap kubah kecil warna kuning emas.

Beranda dan emak-emak: Dokpri
Beranda dan emak-emak: Dokpri

Selesai salat saya sempatkan mengeliling bagian-bagian masjid yang lain termasuk toilet dan tempat wudu di lantai bawah. Selain tangga memutar, ada juga lift yang khusus digunakan bagi lansia dan penyandang diabilitas.   Saya sempat juga mampir ke halaman engah masjid dan mengagumi keindahan kubah-kubah serta menara masjid yang menjulang.  Sekali lagi warna putih memang sangat dominan di Masjid Raya Sheik Zayed yang merupakan miniatur masjid dengan nama yang sama di Abu Dhabi.

Puas melihat masjid dari dalam, saya kemudian bergabung dengan Mbak Mutiah dan Mbak Agnes Diah, Kompasianer yang berasal dari Solo,  di depan gereja kecil yang ada di depan masjid. Di sini banyak pilihan makanan dan minuman. Sambil menunggu teman-teman lain, saya sempat jajan es krim, es kelapa dan juga mencoba wedang ronde.

Jackie Chan: Dokpri
Jackie Chan: Dokpri

Wedang ronde di depan masjid ini lumayan enak dan harganya juga sangat terjangkau, selain kolang kaling dan kacang, Ronde hadir dengan onde yang ukurannya lumayan besar.

Dan yang membuat ronde ini lebih unik adalah merek yang dipasang pada gerobak warna biru.

"Ronde Pak Jackie Chan, Mlampah Solo," Demikian bunyi tulisan dengan kombinasi warna biru hitam dan merah berlatar warna kuning itu.

Sebuah pengalaman yang menarik berkunjung ke Masjid Raya Shekh Zayed dan saya juga kemudian mengetahui bahwa ruang utama untuk salat hanya dibuka waktu salat fardu. Dan setelah itu ditutup kembali. Kalau pengunjung datang di luar waktu salat, maka hanya bisa slat di beranda atau lorong-lorong di sekitar masjid. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun