Walau sudah pernah berkunjung ke Masjid Sheikh Zayed di Solo bulan lalu, saya tetap sangat antusias ketika pasukan Clickompasiana berangkat dari Yogya menuju Solo. Maklum, pada kunjungan sebelumnya di akhir Januari 2023, kami tidak diperbolehkan masuk karena masjid tersebut memang belum dibuka walau sudah diresmikan pada November 2022.
Tepat pukul 10.01, secara perlahan gerbong KRL meninggalkan Stasiun Tugu sesuai jadwal menuju Stasiun Solo Balapan. Â Lemupuyangan, Maguwo, Brambanan, satu persatu stasiun dilewati sehingga akhirnya kereta tiba sekitar pukul 11 lewat beberapa belas menit. Â Saya sempat kagum dengan bangunan stasiun Solo Balapan yang lumayan megah, memiliki eskalator dan juga lift mirip di bandara. Â Dan yang paling penting, juga terintegrasi dengan moda angkutan lain seperti terminal bus Tirtonadi dan juga kereta bandara ke Adisumarmo.
Yang membuat saya lebih bersemangat lagi adalah, ketika melewati lantai atas stasiun terlihat kubah dan menara masjid Sheikh Zayed dari kejauhan. Â Ah masjid yang sangat indah seperti aslinya di Abu Dhabi sana, yang juga sudah beberapa kali saya kunjungi.Â
Keluar bangunan stasiun, kami tidak lewat jalan raya melainkan melipir di jalan kecil di samping rel kereta menuju ke arah masjid. Â Ada sebuah rumah tua yang mungkin rumah dinas pegawai kereta api yang tampak sedang dibongkar sehingga tinggal separuh bangunan yang tersisa. Selain itu juga ada alat-alat berat yang tampak siap menghancurkan apa saja yang ada di situ menjadi rata dengan tanah.
Di ujung jalan kira-kira beberapa ratus meter dari stasiun saya melihat sebuah masjid kecil berdinding warna hijau muda dengan nama Masjid Al-Barru.  Kami kemudian sampai di jalan raya, belok ke kiri menyeberangi rel kereta api dan lalu menyeberang jalan kembali dan berjalan beberapa ratus meter melewati jalan kecil  lalu kembali menyeberangi rel kereta.  Banyak tanda peringatan agar hati-hati menyeberang rel karena lalu lintas kereta di sini cukup ramai.
Kawasan yang kami lewati memang sebenarnya bukan jalan resmi baik karena tidak bisa dlewati kendaraan roda empat, Â Bahkan roda dua pun jarang yang lewat dan hanya ada beberapa pejalan kaki. Â Tampak alat berat dan juga jalan lebar yang sedang dibangun, namun masih jauh dari selesai.
Ketika kami lewat ada juga kereta api yang lewat atau  sedang lansir di lajur kereta ini. Di jalur yang lain sempat terlihat kereta komuter yang tadi kami lewati melaju dengan tidak terlalu kencang.  Juga ada kereta dengan gerbong warna hijau yang cantik. Mungkin kereta bandara yang berangkat atau menuju ke bandara Adi Sumarmo.
Di sini, di kawasan yang terbuka ini, kami dapat melihat dengan jelas seluruh bangunan Masjid Sheik Zayed yang cantik dengan banyak kubah besar dan kecil serta empat buah menara yang langsing. Â Sangat indah dan mirip dengan Sheik Zayed Grand Mosque di ibu kota Uni Emirat Arab sana. Â Warna putih yang dominan tampak berkilau diterpa sinar Mentari kota Solo. Â Saya belum sempat menghitung berapa jumlah kubah yang ada di masjid ini, sementara di Abu Dhabi sana masjid yang asli konon mempunyai 80 buah kubah.
Saya dan beberapa teman bahkan sempat berfoto dengan latar belakang sebuah alat berat besar dan masjid Sheikh Zayed di kejauhan. Â Sungguh merupakan kesempatan yang langka. Â Kami terus berjalan dan sampai di sebuah jalan kampung yang sempit sehingga akhirnya sampai di jalan tepat di sebelah timur masjid. Jalan tempat saya parkir kendaraan pada kunjungan terakhir. Tempat yang sama dimana ada sebuah gereja kecil berwarna putih yang juga cukup cantik. Tempat deretan pedagang makanan dan minuman meraup banyak rezeki seiring dengan serbuan pengunjung yang mengalir tanpa henti ke ikon baru kota Solo.
Saya sempat melirik jam tangan dan menghitung waktu tempuh jalan kaki santai sejak dari stasiun Solo Balapan hingga ke jalan di depan masjid ini. Waktu tempuh nya hanya sekitar 15 hingga 20 menit. Itu pun karena kami berjalan dengan santai dan beberapa kali berhenti untuk bergaya dengan atar belakang masjid atau kereta api yang lewat.Â
Dan kali ini saya juga cukup beruntung, karena setelah beberapa saat menikmati keindahan masjid ini dari luar dan sempatkan diri mampir ke beranda, mengagumi keindahan eksterior masjid dengan kolam-kolam dan tiang-tiang yang cantik ini, azan zuhur pun menggema.
Kalau ditimbang-timbang, perjalanan saya kali ini dati Yogya ke Masjid Sheikh Zayed jauh lebih nyaman dan lancar serta ekonomis, dibandingkan perjalanan pertama menggunakan kendaraan. Â Dengan kendaraan dari Yogya ke Solo di waktu siang har bisa memakan waktu sekitar dua hingga dia setengah jam. Â Dan yang paling sulit adalah [perjalanan menuju ke masjid, yang walau dekat tetap memakan waktu yang lama, karena lalu lintas di sekitar masjid selalu ramai. Â Sementara dengan naik KRL plus jalan kaki, waktu tempuh dari Stasiun Tugu ke Masjid Sheik Zayed hanya sekitar satu setengah jam saja.
Dan yang juga tidak kalah penting adalah ongkos naik KRL hanya 8 ribu Rupiah saja sekali jalan, Dengan berjalan kaki, selain menyehatkan badan, kita ikut melestarikan lingkungan dan sekaligus juga berhemat.
Ingin  Hemat  waktu dan juga biaya?  Yuk berjalan kaki ke Masjid Sheikh Zayed di Solo. Tunggu kisah selanjutnya perjalanan Click di Solo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H