Yang membuat tempat jni menarik adalah suasana jadoel yang dominan yang tampil selain dengan bangunan tua penuh nuansa zaman lampau, juga dengan dekorasi dan peralatan yang seakan -akan membawa kita kembali ke masa beberapa ratus tahun lalu.
Menurut Mbak Ita, kompleks Lumbung Mataram ini memiliki luas lahan sekitar 1 hektar dan terdiri dari dua bagian bangunan, yang pertama dibangun pada 1750 sedang  bagian lain lebih tua lagi walau tidak ada catatan pasti. Â
Selain digunakan untuk resto, lokasi  ini juga digunakan untuk tempat tinggal 3 keluarga.
Kian malam, bincang-bincang kian hangat ditemani wedang hangat, kopi dan pisang goreng.  Mbak Ita juga  bercerita bahwa setiap akhir pekan ada life music dengan penyanyi yang sudah sepuh yang berasal dari kawasan sekitar.  Juga dibicarakan mengenai mahalnya biaya PBB yang harus dibayar.
Selain menu a la carte, pelanggan juga bisa memilih prasmanan dengan berbagai menu masakan Jawa, ada ikan mangut, sayur kecipir dan juga brongkos. Â
Bagi pengunjung yang ingin solat, juga ada fasilitas mushola yang lumayan luas dan di sebelahnya ada bagian rumah dengan beranda yang disebut pringgitan .  Di sini ada meja dan juga kursi goyang lengkap dengan beberapa alat musik gesek  mirip biola dalam ukuran besar yaitu bass dan cello.
Selain bakmi Jawa, pada menu juga teratai berbagai jenis nasi goreng dan Magelang an termasuk ayam rica-rica dan berbagai menu lainnya.
Setelah mencoba bakmi, minuman dan juga kudapan, cita rasa di Lumbung Mataram ini tidak  kalah dengan beberapa resto sejenis yang ada di Yogya.
Namun kelebihan utamanya adalah suasananya yang unik dan terasa lebih tradisional serta serasa bagai ada  di kebun. Dan yang tidak kalah penting adalah harganya yang terjangkau.