Setelah di pagi hari kami berkunjung berbagai macam tempat ibadah di kawasan Pasar Baru, yaitu  Sikh Temple alias Gurdwara, klenteng Sin Tek Bio dan Gereja PNIEL, maka jelajah Festival Kebhinekaan akan diakhiri dengan mampir ke masjid-masjid Tionghoa di Jakarta sejak siang hingga sore nanti.  Yuk kita ikuti keseruannya.
Masjid Lautze
Setelah menikmati lezatnya cakwe  dan kue bantal Koh Atek di Gang Kelinci, saya dan Salah seorang teman, yaitu Windhu berjalan kaki dengan santai menuju ke tujuan pertama: Masjid Lautze yang berlokasi di Jalan dengan nama yang sama, Jalan Lautze.
Masjid Lautze merupakan bangunan berbentuk ruko 4 lantai yang didekorasi  dengan warna merah dan dominan dan hiasan yang mirip kelenteng.  Tujuannya memang membuat etnis  Tionghoa tidak merasa asing dan merasa nyaman beribadah di sini.
Nah di masjid yang diresmikan oleh BJ Habibie pada Februari 1994 dal dikelola oleh Yayasan Haji Karim Oey ini kami berkenalan dengan banyak sosok yang penuh inspirasi .
Di sini juga banyak hiasan kaligrafi cantik yang didatangkan langsung dari Tiongkok serta kita bisa melihat sekilas dakwah islam buat etnis Tionghoa. Â Bahkan di masjid ini pula ada tradisi shalat tarawih yang unik.
Masjid yang letaknya di sebuah gang kecil di jalan Tubagus Angke ternyata merupakan salah satu masjid tua  yang dibangun pada tahun 1761 oleh seorang perempuan etnis Tionghoa serta  memiliki arsitektur yang unik, gabungan gaya Jawa, Bali, Arab, Tionghoa, dan Eropa.
Di sini kita bisa naik tangga yang luamayan memompa adrenalin  ke atap masjid dan menikmati pemandangan kawasan Angke yang menawan.
Di depan masjid ini juga ada makam keramat Al Habib Pangeran Syarif Hamid bin Sultan Syarif Abdurahman Al Kadrie yang merupakan salah satu putra sultan Pontianak.
Masjid  Babah Alun
Dari Angke perjalanan berlanjut ke kolong jembatan tol pelabuhan dan mampir ke masjid atau lebih tepatnya mushola Babah Alun yang letaknya di seberang Jakarta International Stadium yang ikonik.
Mushola dengan gaya arsitektur Tionghoa ini dibangun oleh pebisnis raja jalan tol Yusuf Hamka yang memiliki julukan Babah Alun. Â
Masjid Ramlie  Mustofa
Kunjungan terakhir adalah ke masjid Ramlie Mustofa yang sangat indah dan mirip dengan Taj Mahal di kawasan Sunter. Â
Masjid ini dibangun oleh seorang pengusaha keturunan Tionghoa dan menamakan masjid ini dengan akronim nama dirinya dan anak-anaknya. Â
Masjid ini sangat unik karena banyak kutipan ayat -ayat Al Quran dalam bahasa Arab, Indonesia dan Tionghoa.
Masjid ini sangat unik karena berada di kawasan perumahan yang warganya mayoritas etnis Tionghoa dan konon untuk menjaga toleransi suara azan hanya ada digaungkan di dalam masjid seperti masjid di Tiongkok.
Masjid  yang megah dan dilengkapi dengan lift serta diresmikan pada 2016 ini bahkan selalu ramai dan menjadi salah satu tujuan wisata reliji di Jakarta Utara. Â
Dengan mampir ke masjid-masjid Tionghoa di Jakarta ini, kita juga menjadi lebih sadar akan keberagaman dan kebhinekaan yang ada di negeri ini. Â Kita juga menjadi lebih Arif dan bijak bahwa etnis Tionghoa pun ternyata telah memberikan warna yang menarik pada perkembangan dan syiar Islam di Nusantara.
Kisah lengkap mengenai kunjungan ke empat masjid Tionghoa di atas akan ditulis dalam  artikel selanjutnya.
Yuk kita nantikan kisahnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H