Jalan-jalan dan melihat-lihat isi kelenteng ini memang mengasyikkan. Sejenak kita bagaikan dibawa ke tempat atau dunia lain yang jarang kita ketahui. Dunia para dewa dewi dengan segala macam kisah dan ceritanya.
Di salah satu pojok dinding juga ada sebuah prasasti yang sekilas menjelaskan sejarah kelenteng ini dari sejak didirikan pada 1698 dan beralamat di Jalan Belakang Kongsi yang sekarang menjadi Bakmi Aboen. Lalu pada 1812 pintu depan kelenteng dipindahkan ke tempat yang sekarang ini.  Dan  pada ahun 1982 kelenteng ini juga mendapat pengelola baru yaitu Yayasan Dharma Jaya sekaligus nama Vihara Dharma Jaya.
Nah yang menarik lagi adalah di kelenteng ini juga terdapat sebuah panggung yang digunakan untuk pertunjukkan wayang Potehi. Â Tidak banyak kelenteng yang memiliki wayang potehi dan masih memainkannya. Bahkan Wayang Potehi sendiri sempat dilarang selama Orde Baru. Â Wayang potehi merupakan wayang boneka yang menampilkan kisah-kisah klasik dari daratan Tiongkok.
Konon dalam setahun hanya ada 3 kali pertunjukkan wayang potehi di kelenteng ini, slah satunya adalah untuk memperingati hari ulang tahun atau se jit dewa Hok Tek Ceng Sin  yang jatuh pada setiap tanggal 2 bulan 2 penanggalan Imlek.  Di depan panggung ada beberapa kursi kecil yang digunakan untuk penonton.Â
Namun dalam setiap pertunjukan ada beberapa kursi di barisan paling depan yang tidak boleh diduduki oleh manusia. Â Hal ini karena kursi itu adalah kursi VIP yang khusus diperuntukkan untuk arwah leluhur yang juga diundang khusus untuk ikut menonton pertunjukkan wayang potehi ini.
Tidak terasa sudah hampir satu jam kami berada di dalam kelenteng Sin Tek Bio, dan tiba waktunya untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju ke tempat ibadah lainnya, yaitu Gereja PNIEL atau yang disebut juga Gereja Ayam. Yuk kita nantikan kisahnya berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H