Karena itu, Mbak Mutiah ingin mencari ibu kuncen sementara saya dan Mas Topik Irawan berniat bergabung ikut solat dzuhur terlebih dahulu. Â
Selesai sholat baru saya bergabung dengan teman-teman Click naik ke rumah panggung dan duduk di beranda yang lumayan luas. Â Suasananya pun masih seperti dulu, kami duduk di lantai kayu beralas tikar yang sebagian ditutupi sajadah berbagai warna.Â
Ibu kunci yang Bernama Sri Muryati duduk di pojok dan ditemani Mbak Muthia serta teman-teman Click. Â Ibu Kuncen bercerita sekilas mengenai sejarah Rumah Panggung yang Bernama Saung Ranggon ini. Â Teman-teman pun sesekali bertanya.
Ada sebuah tirai berwarna hijau yang membatasi beranda dengan sebuah ruangan lain di dalam yang terlihat sedikit penuh misteri..Â
Sekilas di dalamnya ada sebuah tempat tidur berkelambu dan di atas Kasur terdapat banyak pusaka berupa senjata dan keris. Â Konon pusaka ini merupakan peninggalan Raden Rangga dan Raden Abbas yang masih keturunan Pangeran Jayakarta.Â
Menurut Bu Kuncen, rumah ini juga dulu pernah dijadikan tempat persembunyian para pejuang ketiak melawan Belanda. Maklum tempatnya memang tersembunyi di kampung Cikedok.Â
Luas rumah sendiri tidak terlalu luas dengan atap sirap yang unik dan cantik serta sama sekali tidak memiliki jendela. Sementara luas tanah sebenarnya cukup luas yaitu sekitar 500 meter dan ada sebuah sumur di pojoknya.