Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berkunjung ke Markas Besar Ahmadiyah dan Berkenalan dengan Banyak Maulana

27 Februari 2023   13:41 Diperbarui: 27 Februari 2023   13:50 2312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun yang paling seru adalah ketika mendiskusikan masalah yang paling sensitif,  yaitu perbedaan pandangan Ahmadiyah dengan Aswaja yaitu terletak pada keyakinan akan Imam Mahdi. Menurut Ahmadiyah, Imam Mahdi atau Al Masih yang dijanjikan itu sudah datang yaitu Nabi Mirza Ghulam Ahmad.   Namun ditegaskan bahwa nabi ini tidak sama kedudukannya dengan rasul karena tidak membawa syariat tersendiri. Selain itu berbagai isyu dan tuduhan juga coba dijawab dengan misalnya menjelaskan bahwa Ahmadiyah pun tetap memiliki tata cara salat yang sama, kitab suci yang sama dan menunaikan ibadah haji ke Mekah juga.

Love for All: Dokpri
Love for All: Dokpri

Kami kemudian melanjutkan kunjungan ke ruang seminar  dimana di dinding ada tulisan yang menjadi slogan Ahmadiyah yaitu Love for All Hatred for None.. Sebuah semboyan yang menyejukkan jiwa.

Kami juga beruntung karena sempat berjumpa dengan Amir Nasional Ahmadiyah yaitu Maulana Mirajuddin disertai sang wakil yaitu Maulana Rahmat Hidayat.  Kami sempat banyak memperbincangkan banyak hal termasuk tuduhan dan persekusi yang sering dialami oleh Jemaah Ahmadiyah di berbagai daerah di Indonesia.

Kunjungan ke Kampus Mubarak ini diakhiri dengan mampir ke perpustakaan Nusrat Jahan yang khusus untuk kaum perempuan.  Nama Nusrat Jahan ini diambil dari nama Istri salah seorang kalifah Ahmadiyah. 

Perpustakaan Nusrat Jahan: Dokpri
Perpustakaan Nusrat Jahan: Dokpri

Di perpustakaan ini pula ditunjukkan sebuah kitab berjudul Tazdkirah yang merupakan kumpulan catatan wahyu dan mimpi, yang diterima oleh Mirza Ghulam Ahmad.  Kitab ini sendiri dikumpulkan dan ditulis pada sekitar tahun 1935 setelah hampir 30 tahun pendiri Ahmadiyah itu meninggal;.  Dan kitab ini pula yang sering dituduh sebagai kitab suci Ahmadiyah.

Demikanlah, akhirnya kunjungan ke Markas Ahmadiyah harus diakhiri. Para peserta Festival Kebinekaan tentunya mempunyai lebih banyak pengetahuan dan lebih mengenal Ahmadiyah dengan informasi yang didapat secara langsung.

Ada baiknya kita memang tidak langsung menghakimi walau tentu saja masalah iman dan keyakinan akan berpulang ke masing-masing pribadi.  Nah ketika ditanya mengapa banyak sekali tokoh yang bernama Maulana di sini. Ternyata maulana merupakan gelar untuk ustaz atau mubagligh dalam organisasi Ahmadiyah.

Dalam perjalanan lanjutan ke tempat ibadah berikutnya, yaitu Gereja Orthdoks Russia di Kebayoran baru, saya masih terkean dengan slogan yanng sangat mudah diucapkan namun sering sulit diamalkan, yaitu Love for All Hatred for None.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun