Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Inflasi dan Nilai Tukar di Indonesia, Turki, dan Jepang

21 Februari 2023   17:04 Diperbarui: 21 Februari 2023   17:06 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nilai tukar IDR atau Indonesian Rupiah pada saat artikel ini ditulis adalah sekitar 15.200 IDR per 1 USD.   Dan nilai ini memang terus berfluktuasi naik turun karena Indonesia menganut sistem nilai tukar mengambang. 

Sementara itu, di media sosial banyak sekali narasi yang mengatakan kalau nilai tukar Rupiah menurun tajam di masa kepemimpinan Jokowi.  Namun ada baiknya sebelum kita menilai keadaan ekonomi, ada baiknya melihat data sampai ke beberapa dekade silam dan sampai saat-saat perubahan kepemimpinan yang sering dibarengi dengan gejolak ekonomi.

Selain Indonesia, kita juga akan menyajikan data yang serupa tetapi tidak sama untuk negeri Turki dan Jepang. Turki sengaja diambil sebagai perbandingan karena negeri Erdogan ini sering digadang-gadang sebagai negeri impian bagi sekelompok orang sementara Jepang juga disajikan sebagai perbandingan dari sisi yang lain Yaitu suatu negeri yang perekonomiannya kadang mengalami stagnan karena deflasi sehingga setelah puluhan tahun nilai inflasinya pun sangat rendah.

Dari mana kita mulai?  Di samping mengamati data, penulis juga ingin menyajikan data yang nyata berdasarkan pengalaman pribadi sehingga tulisan ini lebih nyata. 

Mari kita kembali ke era masa awal-awal orde Baru di akhir  sekitar tahun 1969 atau tahun 1970 an.  Pada masa itu harga semangkuk bakso di pedagang kaki lima di depan sekolah hanya 7.50 Rupiah alias Tiga Ringgit.   Masa awal tahun 1970-an itu pula mulai diterbitkan uang logam rupiah Rp 1, Rp 2, Rp 5, RP. 10, Rp 25 dan akhirnya RP 100 pada tahun 1973 dengan bentuk uang logam tebal bergambar rumah gadang.  

Dengan uang 25 Rupiah kita sudah bisa membeli sepotong roti yang kalau sekarang mungkin harganya sekitar 8 ribu rupiah,,   Sementara untuk tahun-tahun berikutnya, Rp 10 di tahun 1973-1975 bisa digunakan untuk naik oplet atau angkot sekali jalan untuk jarak dekat.   Yang mungkin setara dengan Rp 5000 saat ini.   Berarti dalam jangka waktu sekitar 50 tahun harga barang meningkat sekitar 500 kali lipat. 

Tentu saja itu hanya hitungan kasar berdasarkan pengalaman empiris yang belum berdasarkan data lengkap berbagai macam komoditas dan jasa.  Namun untuk harga BBM bisa dilihat dari tulisan saya sebelumnya dimana pada April 1972 harga BBM naik dari Rp. 25 menjadi Rp 35 . Dan bila dibandingkan dengan saat ini yang sudah mencapai 10.000 IDR makan tingkat kenaikan nya seakan sebanding dengan kenaikan harga makanan baik bakso roti maupun ongkos angkot tadi.

Sementara kalau kita melihat nilai tukar USD terhadap IDR, mari kita lihat sejenak data yang menyebutkan bahwa di awal orde baru ini nilai tukar rupiah adalah 1 USD sama dengan 378 IDR pada 1970 an dan kemudian menjadi 415 pada Agustus 1971.   Ini adalah devaluasi rupiah pertama pada masa orde baru yang dilakukan pada Agustus 1971,  

Kemudian pada

Waktu pun berlalu, dan kemudian pada 1978 kembali terjadi devaluasi rupiah menjadi IDR 625 per USD.  Rupiah terus menurun dengan berjalannya waktu hingga terjadi devaluasi pada 1983 menjadi 970 IDR per USD dan dilanjut dengan devaluasi pada 1986 menjadi IDR 1664 per USD.

Sepanjang orde baru yang hampir 32 tahun, itu nilai Rupiah mengalami Devaluasi sebanyak 4 kali dan harga -harga tentunya mengikuti nilai rupiah tersebut. 

Pada saat yang sama yaitu sekitar tahun 1989, nilai tukar Yen terhadap US Dolar adalah sekitar 130  Yen Per USD.  Dan harga sekaleng Koka Kola di vending Machine di Jepang adalah 100 Yen. Uniknya di Jepang ini harga sekaleng Koka Kola relatif tetap bahkan dalam kunjungan beberapa kali ke Jepang hingga harga yang pernah saya catat terakhir adalah 120 Yen pada tahun 2016 dan 2017. Artinya selama hampir 40 tahun harga Coka Cola hanya naik sekitar 20 % saja.

Lalu bagaimana dengan Turki dan nilai Liranya.  Pada tahun 1999, ketika saya pertama kali berkunjung ke Turki, nilai Lira sangat lemah yaitu 1 USD sekitar 500.000 Lira. Akibatnya naik taksi dari bandara Attaturk ke pusat kota bisa sekitar 8 Juta Lira, Dan makan di mal pun sampai berjuta-juta.  

Akibat inflasi yang terus tinggi di Turki dan nilai Lira yang mencapai sekitar 1,5 Juta Lira per USD makan pada 1 Januari 2015 pemerintah Turki melakukan redenominasi yaitu menghilangkan 6 angka nol. Akibatnya 1 USD menjadi sekitar 1,5 Lira dan uang kertas paling besar saat itu yaitu 20 Juta Lira menjadi 20 Lira saja.   Pemerintah pun menerbitkan uang bari 50 Lira an 100 Lira.   Redenominasi di Turki tergolong sukses karena harga harga dan nilai Lira kemudian termasuk stabli selama beberapa tahun berikutnya.   Dan ketika saya mengunjung kembali Turki pada 2009 dan 2010 nilai tukar Lira adalah sekitar 1,5 per USD.    Sementara nilai Rupiah saat itu sekitar 9000 IDR per USD.

Nilai tukar Rupiah memang anjlok banyak ketika terjadi krisis moneter pada 1997/1998 sehingga dari sekitar 2500 per USD sempat anjlok menjadi 17 000 per USD sebelum akhirnya mendapat keseimbangan baru pada sekitar 7000 sampai 9000 an pada 1999 dan 2000. 

Pada tahun 2010 an untuk naik trem atau metro di Istanbul kita hanya perlu uang 1 Lira atau 1,5 Lira.   Namun kemudian nilai Lira terus turun sehingga pada 2018 lalu ketika saya kembali berkunjung ke Turki nilainya sudah menjadi sekitar 4 Lira per US Dollar.   Dalam 8 tahun harga-harga sudah naik lebih dari 4 kali lipat dan yang lebih mengagetkan adalah perkembangan selanjutnya yaitu hingga 2022 dan 2023 saat ini dimana nilai Lira sudah demikian anjloknya terhadap USD sehingga 1 USD menjadi 18.8 Lira. 

Nilai Lira juga anjlok terhadap Rupiah sehingga jika pada 2010 uan sekitar 6000 Rupiah kini tinggal 800 Rupiah per Lira.   Dan tentu saja harga -harga dan inflasi pun sudah mulai di luar kendali.

Untuk mengetahui tingkat inflasi maka kita dapat melihat berapakah nilai uang 100 Rupiah misalnya pada tahun 1969 akan ekuivalen dengan berapa rupiah pada tahun 1998 maka kita dapat melihatnya di website inflation tool dan ternyata uang 100 Rupiah pada 1968 sama nilainya dengan Uang 3428 Rupiah pada 1998. Atau terjadi inflasi sebesar rata-rata 12.96 % per tahun. 

Sebagai perbandingan pada masa setelah Orde Baru misalnya dari tahun 1998 hingga 2014 nilai100 Rupiah pada 1998 ekuivalen dengan 353 Rupiah pada 2014 yang artinya inflasi sekitar 8,2 % per tahun.  Sementara di masa Jokowi yaitu sejak 2014 hingga 2022/3 saat ini nilai 100 rupiah pada2014 ekuivalen dengan 131 Rupiah pada 2012 alias inflasi sekitar 3,44 % per tahun.   Nilai tukar IDR sendiri yaitu sekitar 12.500 pada 2014 menjadi 15.200 pada saat ini.

Kalau dibandingkan dengan Turki, memang angka-angka Indonesia jauh lebih baik karena nilai uang 100 Lira pada 1998 misalnya berubah menjadi 1240 Lira pada 2010 dengan rata-rata inflasi sekitar 23.35% per tahun. Sementara untuk tahun 2010 hingga 2023 ini nilai 100 Lira akan ekuivalen dengan 697 Lira atau tingkat inflasi 16,11% per tahun.

Lalu bagaimana dengan Jepang. Karena Jepang kadang-kadang mengalami deflasi maka dalam waktu lebih 30  tahun sejak 1988 hingga 2023 ini nilai 100 Yen hanya berubah menjadi 119 Yen dengan tingkat inflasi sekitar 0,53 % per tahun. Tidak mengherankan jika harga sekaleng coca cola di vending machine hanya berubah dari 100 Yen menjadi 120 Yen sesuai dengan tingkat inflasi di atas.

Sekian sekilas cerita mengenai nilai tukar, inflasi dan juga harga barang dengan membandingkan situasi di Indonesia, Turki dan Jepang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun