At the going down of the sun
and in the morning
We will remember them."
Dengan santai, saya berjalan mengeliling taman dan kemudian menjumpai sebuah papan dengan latar biru abu-abu yang bertuliskan warna putih nama taman ini : Te Rauparaha Park.
Di taman ini saya juga melihat banyak patung-patung kayu yang dipahat dengan indah menggambarkan manusia dalam ukuran yang lumayan besar. Â Patung ini menggambarkan orang etnis Maori dengan wajah dan dada berhiaskan tato motif tradisional. Â Rambutnya digulung model konde dan kebanyakan patung tidak memiliki lengan. Uniknya patung-patung ini dipahat dengan sedikit 'nakal' karena alamat kelaminnya juga dipahat dalam keadaan ereksi.
Di kejauhan saya melihat gedung Te Rauparaha Arena yang merupakan kompleks olah raga dengan fasilitas cukup lengkap seperti gym, dan kolam renang. Â Rasa penasaran membawa saya terus berjalan mengelilingi taman dan akhirnya tiba di Pataka Art Museum. Â Ah barangkali di museum ini akan banyak pertanyaan saya terjawab tentang sekilas sejarah kota Porirua dan juga siapakah Te Rauparaha atau makna patung-patung kayu di taman tadi.
Pataka Art Museum merupakan sebuah museum tempat dipamerkan bendar seni dan budaya baik kontemporer, Maori dan juga etnis-etnis di kawasan Pasifik. Â Selain pameran tetap ada juga pameran sementara di museum ini yang kebetulan memamerkan uang dari berbagai negara. Salah satu yang menarik adalah kopi uang dalam ukuran raksasa dari Zimbabwe dengan denominasi yang juga luar biasa karena banyak sekali angka nol nya.
Di dalam kompleks museum ini juga ada sebuah perpustakaan dan saya sempatkan mampir sejenak. Â Di sini lah saya bisa mengetahui lebih banyak mengenai sosok yang Bernama Te Rauparaha yang merupakan salah seorang kepala (rangtira) suku etnis Maori, yaitu suku Ngati Toa. Â Beliau juga merupakan salah satu tokoh yang ikut menandatangani Perjanjian Waitangi pada 1840. Â Namun makin banyaknya pendatang dari Inggris membuat Te Rauparaha tidak mau lagi menjual tanah milik mereka dan mengakibatkan terjadinya kerusuhan atau pembantaian di Wairau pada Juni 1843. Â Salah satu sejarah kelam dan konflik berdarah antar etnis Maori dan pakeha atau orang kulit putih.
Namun hingga saat ini saya masih bertanya mengapa patung kayu di Ta Rauparaha Park digambarkan dengan kondisi yang cukup vulgar. Mungkin untuk menggambarkan keperkasaan pemiliknya?