Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sekali Dayung Empat Pulau Terlewati oleh Wellington Cable Car

15 Februari 2023   08:36 Diperbarui: 15 Februari 2023   08:42 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Plakat di kaki monumen: Dokpri

Pengembaraan saya di Wellington terus berlanjut. Kota yang menjadi ibukota Selandia Baru dan sekaligus ibu kota yang terletak paling selatan di seluruh dunia ini memang memiliki banyak tempat yang harus dikunjungi dan sangat sayang jika dilewatkan.

Salah satu ikon kota Wellington yang saya sering gambar atau fotonya adalah Wellington Cable Car yang sangat khas dengan warna merah menyala sedang mendaki menuju bukit dengan latar belakang pemandangan Wellington yang menawan dan langit biru muda yang cerah. 

Dari hotel tempat saya menginap di Wakefield Street hanya perlu jalan kaki sekitar 8 menit menyusuri Victoria Steet dan kemudian menuju ke Cabel Car Terminal di Lambton Quay.  

Tepat di tepi jalan di depan terminal Cable Car ini ada informasi berupa papan petunjuk dengan miniatur gerbong cable car yang berwarna merah. Di bawahnya ada tulisan Cable Car Lane dan beberapa tempat menarik yang bisa dikunjuni seperti Botanic Garden, Victoria University, Cable Car Museum, Carter Observatory dan juga Zealandia. Lokasinya tidak terlalu jauh dari gerai salah satu fast food yang terkenal yaitu Mc D.

Setelah membeli tiket dan menunggu sekitar 5 menit, cable car sudah siap mengantar saya menuju ke terminal terakhir yaitu Kelburn Terminal.  Ternyata ada beberapa halte cable car yang dilewati dan masing-masing memiliki daya tarik tersendiri.  Pertama kami melewati halte yang disebut Cliftton Station, di sini ada mural yang cantik menggambarkan Wellington Cable Car ini.   

Setelah itu Cable  Car melewati Talavera Station dan disini gerbong yang naik akan berpapasan dengan gerbong yang turun.  Setelah melewati Salamanca Station, cable car kemudian sampai di terminal akhir.   

Uniknya selain melewati rel, gerbong juga semoat melewati tiga buah terowongan dan tiga buah jembatan.  Berdasarkan informasi yang saya peroleh, panjang keseluruhan rel Wellington Cable Car ini hanya 612 meter dan total waktu tempuh perjalanan sendiri hanya sekitar 5 menit saja.

Sesampainya di Kelburn Terminal, sejenak saya mengagumi pemandangan kota Wellington yang terhampar di bawah.  Maklum lokasi Kelburn Terminal ini memang berada di atas bukit dengan ketinggian sekitar 120 meter dibandingkan Terminal di Labton Quay. 

Salah satu pojok Museum: Dokpri
Salah satu pojok Museum: Dokpri

Setelah itu saya  menuju ke Cable Car Museum. Tempat ini dulunya merupakan rumah roda besar tempat mekanisme kabel yang digunakan untuk menarik gerbong cable car.   

Di sini ktita bisa menyaksikan roda besar yang dulu digunakan sejak Cable Car ini mulai dioperasikan tahun 1902 hingga 1978.   Juga dipamerkan beberapa set gerbong yang dulu digunakan.  

Salah satu yang menarik dinamakan Relentless Red Rattler yang digunakan pada 1950 hingga 1970-an.  Di namakan Red Rattler karena suara berderit yang ditimbulkan ketika mendaki dan menurun rel seta melewati terowongan-terowongan.

Pengharagaan yang diperoleh museum: Dokpri
Pengharagaan yang diperoleh museum: Dokpri

Di sini juga kita dapat melihat sekilas sejarah Wellington Cable Car sejak mulai dibangun pada 1899 dan pertama kali dioperasikan pada 22 Februari 1902 hingga saat ini.  Sebenarnya istilah Cable Car sendiri agak rancu, karena sebenarnya Wellington Cable Car ini mengingatkan saya akan Hong Kong Peak Tram dan juga Penang Tram, dan bukan Cable Car yang tergantung seperti di Pulau Sentosa di Singapura.

Setelah mampir ke museum, kita kembali sejenak dapat menikmati pemandangan kota Wellington dan mampir ke Kebun Raya atau Wellington Botanic Garden.   Kebun raya yang cantik ini ternyata memiliki luas sekitar 25 hektar dan sudah berusia hampir satu setengah abad.  Banyak tanaman, bunga, pohon yang unik dan cantik yang berasal baik dari Selandia Baru maupun seluruh dunia di Kebun Raya ini. 

Carter Obesrvatory: Dokpri
Carter Obesrvatory: Dokpri

Berhubung tidak punya waktu banyak untuk berkeliling kebun raya, saya akhirnya tertarik dengan sebuah gedung yang Bernama Carter Observatory.  Ternyata gedung yang sekilas mirip teropong bintang Boscha di Lembang ini memang merupakan sebuah planetarium atau teropong bintang.  Bentuknya bundar dengan atap berbentuk kubah yang cantik.

Show di Planetarium: Dokpri
Show di Planetarium: Dokpri

"Dedicated to the memory of Charles Rooking Carter (1822-1896) Through whose generosity the erection of this building was made possible." Di salah satu sudut gedung ini terdapat sebuah plakat atau prasasti yang menjelaskan mengapa gedung ini dinamakan Carter Observatory.  Pada tahun 2015, nama planetarium ini direbranding dengan sebutan Space Place at Carter Observatory.

Saya terus berjalan di kawasan ini dengan santai sambil sesekali melihat gerbong cable car yang datang dan pergi dengan latar belakang suasana kota Wellington.  Dan kemudian saya berjumpa dengan sebuah tugu atau monumen yang menggambarkan sekumpulan lelaki yang sedang memperebutkan sebuah bola.  Seorang di antara nya berdiri di paling atas dengan tangan kanan memegang bola yang berbentuk pipih.

Monumen Rugbi: Dokpri
Monumen Rugbi: Dokpri

Perlu waktu beberapa saat untuk saya menyadari bahwa ini adalah monumen para pemain rugbi.  Dan sebuah plakat di kaki monumen menjelaskan bahwa tugu ini dibuat untuk memperingati kemenangan atau selebrasi Kejuaraan Dunia Rugbi 2011 yang diadakan di Selandia Baru. Tim rugbi Selandia Baru yang dijuluki All Black karena berseragam hitam-hitam ini memang merupakan salah satu tim paling kuat dan paling sering merebut trofi piala dunia.

Pada plakat itu disebukan jika Wellington adalah "an energized city dynamically caught between the sea and the sky, kept fresh by the ever present wind."  Yang menyatakan bahwa Wellington adalah kota yang penuh energi dan terperangkap di antara laut dan langit namun tetap segar karena adanya embusan angin yang abadi.

Plakat di kaki monumen: Dokpri
Plakat di kaki monumen: Dokpri

Setelah sekitar satu jam lebih menikmati suasana di Kelburn Hill sambil menikmati pemandangan kota Wellington, keindahan Kebun Raya, serta sejenak mengintip Cable Car Museum dan Carter Observatory, tiba lah waktunya bagi saya untuk kembali turun ke pusat kota dengan naik Cable Car.  Singkatnya dengan sekali dayung yaitu naik Cable Car kita bisa melewati 4 pulau atau daya tarik di tersebut di atas

Suatu perjalanan di senja hari yang menyenangkan di ibu kota Selandia Baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun