Pagi itu saya turun di Stasiun Tanah Abang. Stasiun yang tidak pernah sepi dan selalu ramai. Di antara sekian banyak stasiun transit di Jabodetabek, penumpang harus tetap harus hati-hati di stasiun ini. Selain ada pengumuman harus berhati-hati dengan dompet, dan telepon genggam, penumpang juga harus hati-hati karena ketinggian antara lantai kereta dan peron lumayan berbeda. Â Selain itu lebar peron yang sempit terutama ketika melewati tangga juga harus menjadi perhatian bagi keselamatan penumpang.
Keluar stasiun, saya dihadapkan pada riuh rendahnya kawasan stasiun Tanah Abang. Abang gojek pangkalan sibuk menawarkan jasanya kepada para penumpang yang baru turun dari kereta api. Tepat di depan stasiun juga ada halte Trans Jakarta yang menawarkan transfer angkutan antar moda yang cukup nyaman. Selain deretan tukang ojek, ojek online, juga banyak mikrolet dan Jaklingko yang sibuk dengan bermacam kegiatan.Â
Namun saya memang memutuskan untuk berjalan kaki sambil melihat-lihat banyak hal yang mungkin terlewatkan kalau kita naik kendaraan. Kebetulan udara cukup cerah sedikit berawan sehingga lumayan nyaman untuk jalan kaki. Lagi pula Sebagian besar kota Jakarta saat ini sudah dilengkapi dengan kaki lima yang nyaman dan bukan hanya di Sudirman Thamrin. Saya ingin membuktikan hal ini, dan tidak ad acara lain selain berjalan kaki.
Saya berjalan terus menyusuri kaki lima di tengah keramaian Tanah Abang. Deretan toko, kaki lima, bajaj dan tukang ojek menyambut di Jalan Jati baru Bengkel. Sementara di sebelah kanan tampak Jembatan Layang Jalan Jati Baru Raya. Â Kaki lima agak sedikit sempit ketika sebuah truk besar baru keluar dari sebuah toko yang ada di kiri jalan. Saya lanjutkan perjalanan menuju ke Jalan Jati Baru Raya.
Tiba di bawah Jembatan Layang Cideng, saya terus melangkah di kaki lima yang lumayan nyaman dan lebar. Â Di sini memang jarang sekali pejalan kaki, hanya ada saya di temani ramainya kendaraan di jalan raya. Â Saya kemudian menyeberang jalan dan tiba di Kampung Bali.
"Pusat Kuliner Rw 03 Kelurahan Kampung Bali," demikian ada papan nama di atas sekumpulan gerai dan gerobak makanan kaki lima yang ada di sebelah kanan saya. Ada yang menjual berbagai jenis makanan dan minuman dan juga warung kopi dan rokok. Suasana tidak terlalu ramai, maklum masih terlalu pagi.
Saya terus berjalan dan sekarang berjumpa dengan sebuah Sekolah Dasar Negri. "Selamat Datang di SDN Kampung Bali 01 Terakreditasi A,"" Â demikian tertulis di atas pintu gerbang sekolah. Suasana sekolah juga terlihat sepi tanpa kegiatan. Mungkin sekolah sedang libur. Â Namun di sekolah ini banyak tertulis kata-kata Mutiara pada sebuah papan yang digantung di banyak tempat.Â
Salah satunya bertuliskan "Jika Ada Kemauan Disitu Ada Jalan,". Lengkap dengan terjemahannya dalam Bahasa Inggris "If There is a Will, There is a Will."  Sejenak saya tertegun di depan kata Mutiara ini. Terasa ada sesuatu yang salah dengan terjemahan dalam bahasa Inggrisnya.  Dulu saya pernah belajar dan seharusnya pepatah itu berbunyi. Where There is a Will, There is a Way. Â