Setelah melapor di pos dengan mengisi buku tamu, saya berjalan di halaman dan melihat sebuah senjata mesin Bernama Browning Machine Gun buatan Jepang yang pernah digunakan oleh TKR (Tentara Keamanan Rakyat) pada pertempuran Palagan di Ambarawa pada tahun 1945.
Saya kemudian mendekati patung berkuda dan membaca prasasti yang ada di pedestal patung tersebut. Ke empat sisinya memili tulisan yang berbeda-beda. Pada sisi muka ada keterangan tentang Jenderal Sudirman yang mulai menjabat sebagai Pangluma Besar TNI sejak 18 Desember 1945 dan wafat pada 29 Januari 1950.
Pada sisi belakang ada prasasti peresmian monumen yang ditandai dengan candra sengkala "Karyaning Dwija Trusing Atmaja" yang merujuk kepada tahun 1906 Jawa atau tahun 1974 Masehi. Â Monumen patung berkuda ini memang diresmikan oleh Kepada Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Makmun Murod pada 5 Oktober 1974.
Sementara di kedua sisi kaki monumen ada pesan dari Jenderal Sudirman untuk para prajurit TNI:
"Anak2ku. Tentara Indonesia, kamu bukanlah serdadu sewaan, tetapi prajurit  yang berideologi, yang sanggup berjuang dan menempuh maut untuk keluhuran tanah airmu. Percaya dan yakinlah, bahwa kemerdekaan suatu negara yang didirikan diatas timbunan runtuhan ribuan jiwa harta-benda rakyat dan bangsanya tidak akan dapat dilenyapkan oleh manusia siapapun juga," demikian pesan di satu sisi.
Di sini lain juga ada pesan yang berbunyi:  ...... satu2nya hak milik nasional Republik yang masih tetap utuh tidak berobah-obah meskipun harus menghadapi segala macam soal dan perobahan adalah hanya Angkatan Perang Republik Indonesia (Tentara Nasional Indonesia).
Saya kemudian masuk ke beranda rumah. Â Di sini ada patung dada Jenderal Sudirman dan juga plakat yang menjelaskan bahwa gedung ini dibangun pada 1890 dan digunakan sebagai kediaman panglima besar Sudirman pada 1945-1948 baik dalam bahasa Indonesia dan Inggris.Â
Sementara di atasnya ada dua kutipan pesan moral Jenderal Sudirman yang juga sangat baik untuk kita simak:
1."Meskipun kamu mendapat  Latihan jasmani yang sehebat-hebatnya tidak akan berguna jika kamu mempunyai sifat menyerah. Kepandaian yang bagaimanapun tingginya tidak ada gunanya jika orang itu mempunyai sifat menyerah. Tentara akan hidup sampai akhir zaman, jangan menjadi alat oleh suatu badan atau orang, tentara akan timbul dan tenggelam bersama-sama negara " (Pidato Pangsar Sudirman di depan para taruna militer di akedemi di Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 1946).