Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jalan Kaki Mengelilingi Kauman, Markas Muhammadiyah di Yogya

3 Februari 2023   17:21 Diperbarui: 3 Februari 2023   17:22 1041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu, saya kembali memulai jalan-jalan santai di Yogya dengan berjalan kaki.  Seperti biasa dimulai dari tempat tinggal di kawasan Taman Sari lalu menyusuri Jalan Taman terus ke utara belok kiri ke Pasar Ngasem dan kemudian belok kanan ke utara menyusuri Jalan Ngasem. 

Toko sekaligus pabrik bakpia di Ngasem masih sepi dan saya melanjutkan jalan kaki terus ke utara melewati Jalan Nyai Ahmad Dahlan yang lebih tersohor dengan nama lama Jalan Gerjen.  Saya masih ingat bahwa di Jalan ini dulu saya pertama kali tinggal di Yogya. Sudah lama sekali masih di abad ke XX. 

Jalan Gerjen: Dokpri
Jalan Gerjen: Dokpri

Kawasan di sekitar Jalan Gerjen ini memiliki sejarah yang panjang di Yogya.  Di sebelah timur ada daerah yang bernama Kauman dan merupakan markas besar Muhammadiyah, tempat kelahiran pendiri organisasi Islam Muhammadiyah.   Di sebelah barat terdapat kampung Suronatan yang konon merupakan kampung abdi dalem kraton yang bertugas sebagai penasihat atau ulama dalam bidang ibadah.   

Rumah tua: Dokpri
Rumah tua: Dokpri

Di jalan Gerjen ini terdapat banyak rumah yang masih mempertahankan bangunan lama walau Sebagian dalam kondisi yang kurang terawat.  Saya bahkan masih bisa menemukan rumah tempat saya dulu pernah tinggal dan sekarang berfungsi sebagai butik atau toko pakaian. Tidak mengherankan karena kampung Gerjen sendiri sebenarnya merupakan tempat tinggal para abdi dalem yang bertugas sebagai penjahit.

Namun sekarang di tempat ini juga mulai tumbuh beberapa rumah yang dijadikan hotel atau hostel.  Sebagian rumah tua memiliki arsitektur khas campuran Indis dan tradisional Jawa.  Pintu dan jendelanya besar-besar dan memiliki fasad dengan hiasan gambar atau motif tertentu.

Lukisan dinding di ujung jalan: Dokpri
Lukisan dinding di ujung jalan: Dokpri

Di ujung jalan ada sebuah tembok berwarna hijau yang Digambar kabah dengan tulisan Hamka Perkasa.  Apakah melambang salah satu partai politik?  Mungkin saja.  Dan di seberangnya tepat di persimpangan dengan Jalan Achmad Dahlan , ada papan nama jalan Nyai Ahmad Dahlan dalam Bahasa Indonesia dan aksara Jawa di bawahnya. Sayang nama jalan ini tertutup oleh tulisan yang mungkin merupakan vandalisme jalanan.

Papan nama Jalan Nyai Ahmad Dahlan: Dokpri
Papan nama Jalan Nyai Ahmad Dahlan: Dokpri

Saya belok kanan dan memulai perjalanan di jalan yang lebih besar, yaitu Jalan Ahmad Dahlan. Bangunan pertama yang saya jumpai adalah sebuah toko buku yang memasang logo Muhammadiyah di atau pintu kaca dengan tulisan Badan Usaha Milik Muhammadiyah.

Banda usaha Muhammadiyah: Dokpri
Banda usaha Muhammadiyah: Dokpri

Di dinding toko yang Bernama Surya Mediatama ini terpampang lukisan atau gambar besar dengan foto K.H Ahmad Dahlan seaktu beliau masih berusia muda. 

"Aku Titipkan Muhammadiyah KEPADAMU,"


"Muhammadiyah kini lain dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka teruslah menuntut ilmu pengetahuan. Jadilah guru, dokter, hakim, insinyur dan lain sebagainya, kemudian kembalilah kepada Muhammadiyah. Aku titipkan Muhammadiyah ini kepadamu, dengan penuh harapan agar Muhammadiyah dapat dipelihara dan dijaga dengan sungguh-sungguh," demikian pesan KH Ahmad Dahlan yang tertulis pada gambar di dinding tersebut. Sebuah pesan yang memiliki makna yang mendalam tentang pentingnya pendidikan modern.

Pesan KH Ahmad Dahlan: Dokpri
Pesan KH Ahmad Dahlan: Dokpri

Perjalanan berlanjut dan kemudian saya sampai di depan gedung Suara Muhammadiyah yang merupakan sebuah media online dan portal media yang membawakan misi Muhammadiyah.  Tidak jauh dari sini, terdapat sebuah gapura atau pintu gerbang berwarna hijau dengan tulisan KAUMAN di atasnya.  Di sini juga tertulis nama Gang yaitu Gang KH Zamhari.  Di atas gang ini juga ada seruan agar pengendara motor harus mematikan mesin dan menuntun kendaraan.  Di kawasan gang dan pemukiman di Yogya aturan seperti ini memang umum berlaku. Lambang Muhammadiyah berbentuk lingkaran hijau dengan matahari yang memiliki 12 sinar warna kuning keemasan ini tampak gagah berada di gapura ini, seakan-akan mengucapkan selamat datang di Kauman, tempat lahirnya Muhammadiyah.

Kampung Kauman ini memang terkenal sebagai kampung yang religius di Yogya dan di sini juga terletak Masjid Gedhe Kraton Yogya. Kampung ini konon dulunya merupakan tempat tinggal 9 ketib atau penghulu yang ditugaskan Sultan untuk membawahi urusan agama.

Masuk ke dalam gang, suasana perkampungan yang nyaman dan damai sudah terasa.  Rumah-rumah disini memiliki bermacam ragam corak arsitekturnya. Ada rumah dengan model Indis yang memiliki pintu dan jendela dari kayu dengan ukuran besar. Ada juga rumah yang memiliki jendela dengan atap melengkung yang kuat pengaruh Timur Tengah, sementara banyak juga bangunan yang memiliki arsitektur Rumah Kalang seperti yang banyak dijumpai di Kota Gede.

Masih di kampung Kauman ini, juga dapat dijumpai sebuah monument yang dibangun untuk memeperingati 25 orang  syuhada yang gugur di Kauman saat zaman perjuangan kemerdekaan. Selain itu juga ada sekolah Muhammadiyah dan bahkan sebuah langar yang pernah digunakan oleh KH Ahmad Dahlan.

Gedung Parkir: Dokpri
Gedung Parkir: Dokpri

Kembali ke Jalan KH Ahmad Dahlan, saya terus berjalan dan kali ini menemukan sebuah gedung tua bertingkat dua yang dicat dominan warna putih.   Di bagian paling atas ada tulisan RS. PKU Muhammadiyah dan di bawahnya tepat di atas pintu tertulis Gedung Parkir Bertingkat.   Rasa penasaran membuat saya sejenak mengintip masuk. Ternyata di dalamnya tersedia fasilitas parkir bertingkat untuk sepeda motor dengan tarif Rp. 2000 untuk dua jam pertama dan tambahan 500 Rupiah per jamnya.  

Parkir motor: Dokpri
Parkir motor: Dokpri

Sementara di seberang jalan terlihat bangunan megah RS PKU Muhammadiyah yang juga didominasi dengan warna hijau muda. 

Tidak terasa saya kemudian berjalan terus dan melewati Museum Sonobudoyo Unit II dan akhirnya sampai di bangunan tua BNI 46 serta Kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta.  Jalan-jalan pagi di Yogyakarta sekedar mengintip atau mengitari kawasan Kauman pun selesai. Walau jalan-jalan pagi saya masih terus berlanjut entah ke mana saja langkah kaki membawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun