Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Melihat Ritual Kau Chim di Kelenteng Wong Tai Sin

16 Januari 2023   08:51 Diperbarui: 16 Januari 2023   10:46 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nine Drago Walls: Trip Advisor

Di halaman ini terdapat tempat khusus untuk berdoa dan kemudian meletakkan hio . Ada sebuah meja panjang dan di atasnya berderet pot berbentuk persegi panjang. Tua, muda baik lelaki mau pun perempuan tampak khusuk berdoa sambil membakar hio dan kemudian menjunjungnya ke atas kepala lalu memberi hormat membungkuk tiga kali sebelum meletakkan hio di tempatnya.  Selain itu juga ada yang berlutut atau bahkan bersujud beberapa kali.

Tepat di pintu masuk bangunan utama sepasang patung singa perunggu dalam ukuran cukup besar seakan-akan menjaga dan mengawal bangunan ini dari unsur jahat. Di bagian lain juga ada patung hewan berbentuk bangau yang konon melambangkan semangat yang membara dan kesehatan sampai di hari tua.

Kelenteng ini dikunjungi oleh jemaah dari berbagai latar belakang agama baik Konghucu Tao dan juga Buddha. Bahkan penduduk Hong Kong yang sebagian besar sangat sekuler pun tetap menjadi tradisi untuk berkunjung ke kelenteng ini minimal sekali di saat menjelang tahun baru Imlek.

Sesekali saya juga melihat Jemaah yang melakukan ritual yang dalam bahasa Kanton disebut Kau Chim atau di Indonesia lebih popular dengan sebutan Ciam Si.  Jemaah tersebut mengambil beberapa batang bambu yang dikocok alam wadah yang juga terbuat dari bambu. Setelah dikocok, ada batang bambu yang jatuh dan kemudian ditukar dengan kertas berisi ramalan.   Sambil mengocok ciam si, mulut mereka berkomat-kamit melantunkan doa dan harapan.

Lalu siapakah Wong Tai Sin. Apakah nama tempat atau nama orang. Ternyata Wong Tai Sin sendiri sudah menjadi nama kawasan di sini karena ada nya kelenteng ini. Namun nama Wong Tai Sin sendiri sesungguhnya merupakan nama tokoh atau sosok yang sudah menjadi legenda dan dianggap orang suci atau dewa oleh orang Tiong Hoa.

Nama Wong Tai Sin atau Huang Da Xian adalah seorang pertama agama Tao yang memiliki nama asli Wong Chu Ping dan hidup sekitar abad ke 4 di kawasan Jin Hua, Provinsi Zhe Jiang sekarang dan terkenal dengan kemampuannya dalam ilmu pengobatan.  

Nama Wong Tai Sin ini menjadi popular di Hong Kong karena pada tahun 1915, Leung yang berasal dari Tiongkok membuka semacam klinik pengobatan dengan altar untuk Wong Tai Sin di kawasan Wanchai.  Para pasien berdoa di depan altar dan kemudian mendapatkan resep yang terbukti sangat manjur. 

Sejak saat itu Wong Tai Sin menjadi terkenal. Dan pada tahun 1921 didirikanlah kelenteng Wong Tai Sin di tempat yang sekarang ini.  Tentu saja bangunan saat itu masih sangat sederhana dan kemudian terus direnovasi dan diperbesar hingga sekarang berada di lahan seluas lebih dari 18 ribu persegi dan menjadi salah satu kelenteng paling besar dan indah di Hong Kong.

Nine Drago Walls: Trip Advisor
Nine Drago Walls: Trip Advisor

Saya terus berkeliling dan melihat-lihat apa saja yang ada di dalam kompleks kelenteng ini. Ternyata di sini kita juga melihat keindahan Nine Dargon Walls seperti yang saya pernah lihat di Bei Hai Park dan Forbidden City di Beijing. Nine Dragon Walls merupakan diinding dengan lukisan Sembilan Jenis Naga dalam mitologi Cina. 

Di samping bangunan atau aula utama yang besar dan indah yang dinamakan Daxiongbaodan, ada juga aula tiga orang suci atau Sansheng yang didedikasikan untuk sosok terkenal dalam legenda agama Tao dan Kong Hu Cu.  Ketiga orang itu adalah Lu Dong Bin, seorang penyair dari zaman dinasti Tang yang menurut cerita hidup samapi berusia ebih dari 200 tahun; Guan Yin atau Dewi Kwan Im atau Dewi Welas Asih;  dan Guan Yi atau lebih terkenal dengan sebutan Kwan Kong dari kisah Tiga Negara atau Sam Kok

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun