Setiap akhir tahun yang ditandai dengan bulan-bulan berakhiran ber (Oktober, November, Desember)Â serta awal tahun yang ditandai dengan bulan-bulan berakhiran ri (Janiari, Februari)Â Â memang merupakan musim penghujan di tanah air. Bahkan dalam catatan banyak tempat seperti di Jabodetabek mengalami banjir besar pada bulan-bulan itu. Â Masih segar dalam ingatan kita banjir besar yang melanda Jabodetabek pada pergantian tahun 2019 ke 2020 lalu atau banjir besar pada Tahun Baru 2020 dan juga dalam skala lebih kecil pada Februari tahun yang sama.
Nah rupanya cuaca ekstrem pun sudah mulai terjadi kembali ketika bulan Desember menjelang berakhir. Hujan dengan intensitas lebih lama dan deras sering terjadi di berbagai daerah, terutama di Jabodetabek yang tentunya lebih laris sebagai bahan berita buruk. Dan berita buruk berupa ramalan pun dalam beberapa hari terakhir ini viral di media sosial. Â Banjir dan badai besar di Jabodetabek, khususnya kawasan Banten dan Tangerang.
Bersamaan dengan itu, tanggal 28 kemarin sejak pagi hingga siang, matahari memang sedikit enggan bersinar. Hujan rintik sampai sedang mengguyur. Namun badai dan hujan lebat untungnya tidak terjadi sama sekali kecuali di media sosial yang tetap saja ada orang iseng mengirimkan video hoaks tentang banjir dan badai di beberapa kawasan.
Uniknya ada cukup banyak kegiatan yang dibatalkan pada tanggal 28 Desember kemarin. Ada Sebagian kantor yang menerapkan sistem work from home. Ada kegiatan wisata yang dibatalkan dan banyak juga yang menunda atau mengubah kegiatan karena kawatir akan ramalan tersebut. Â Sementara pada saat yang sama himbauan untuk waspada tetap beredar di masyarakat.
Lalu bagaimana kita sebagai masyarakat umum harus menyikapi adanya ramalan dan prediksi yang kadang sering menakutkan. Â Selain ramalan banjir dan badai, sering juga beredar akan ramalan tentang gempa yang maha dahsyat yang juga mengancam.
Memang tidak mudah menyikapinya. Namun kewaspadaan memang tetap harus dijaga. Â Kita juga memang tinggal di kawasan yang rawan bencana baik gempa karena berada di cincin api dan juga bencana hidrometeorologi. Â Secara umum bencana ini disebabkan oleh dua hal. Yang pertama memang karena alam seperti gunung Meletus, gempa atau tsunami, dan yang kedua alah gabungan antara alam dan manusia, seperti tanah longsor ataupun banjir. Â
Bencana memang bisa terjadi di mana-mana, baik di negara maju, berkembang ataupun negara miskin. Namun yang dapat dilihat perbedaannya adalah bagaimana cara mencegah, menyikapi dan mitigasi bencana. Â Di negara yang sudah maju, masyarakat tampak jauh lebih siap menghadapi bencana karena didukung oleh sistem pemerintahan yang sudah mapan. Sementara di negara berkembang apalagi di negara miskin, masyarakat tampak lebih tidak siap menghadapi bencana dan pemerintah pun lebih banyak bersikap dan bertindak reaktif terhadap bencana. Kesadaran mencegah atau mitigasi akibat bencana dirasakan masih sangat kurang.
Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Bencana terakhir yang juga masif adalah gempa di kawasan Cianjur. Â Penanganan pascabencana banyak dilakukan dengan mengumpulkan bantuan baik oleh pemerintah maupun masyarakat umum. Â Semoga usaha untuk mitigasi bencana serupa ke depannya dapat menunjukkan hasil yang lebih baik lagi nanti.
Sosialisasi terhadap masyarakat dalam bagaimana bersiap dan antisipasi terhadap bencana sepertinya masih dirasakan kurang. Seperti apa saja yang harus disiapkan dan ke mana saja harus mengungsi dan kawasan mana saja yang relatif aman terhadap banjir. Â Demikian juga dengan perencanaan pembangunan ke depannya. Bukankah kawasan-kawasan yang memang fungsinya untuk penampungan air mestinya tidak diizinkan untuk pembangunan perumahan. Â Tampaknya hal-hal seperti ini yang masih harus terus ditingkatkan. Sementara untuk mitigasi bencana gempa adalah persyaratan bangunan untuk bisa anti gempa.Â
Walaupun tanggal 28 Desember sudah lewat tanpa badai dan banir besar, tentunya bukan berarti ancaman itu tidak ada. Peristiwa ini mungkin saja terjadi, tetapi kalau kita semua, baik pemerintah dan masyarakat telah lebih siap tentunya bisa diantisipasi dengan lebih baik sehingga korban jiwa maupun material dapat diminimalkan.