Pada sisi lain bangunan terdapat lagi sebuah plaza yang serupa tetapi tidak sama. Kumpulan air mancurnya tampak sedang tidak beroperasi namun ruang terbukanya dilengkapi dengan atap pelindung berbentuk susunan piramida dan kubus yang seakan-akan mewakili arsitektur museum. Â Namun dinding yang menghadap ke lautan dan kota Doha memiliki lengkungan terbuka yang lebih banyak sehingga menawarkan panorama yang lebih lebar dan menjadi versi layer lebar.
Kunjungan ke Museum of Islamic Art belum selesai. Jika sudah puas melihat museum, kita masih dapat berjalan-jalan santai di taman museum yang berada di tepi pantai yang membentuk sebuah laguna mirip sebuah teluk di dalam Teluk kota Doha. Di taman yang luas ini terdapat berbagai fasilitas permainan baik untuk anak-anak maupun kafe dan juga pameran benda-benda seni yang tidak kalah menarik.
Doha, memang menarik dan bukan hanya karena menjadi tuan rumah piala dunia, tetapi kata Doha sendiri yang mungkin berasal dari bahasa Arab Dohat yang bermakna bundar yang merujuk ke kawasan pantai di sekitar Doha yang berbentuk teluk yang bundar.
Walaupun begitu, kita harus tetap ingat bahwa kawasan pantai, taman dan juga bangunan Museum of Islamic Art ini merupakan sebuah pulau buatan sesuai dengan permintaan sang arsitek I.M Pei  yang tidak ingin hasil karyanya nanti ditelan oleh bangunan pencakar langit di sekitarnya.
Pada 2019, sang arsitek, I.M Pei atau Pei Ieoh Ming meninggal dunia pada usia 102 tahun. Namun karya-karyanya yang fenomenal tetap abadi, salah satunya adalah Museum of Islamic Art di Doha ini.
Foto-foto: Dokumentasi Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H