Masuk ke beranda museum of Islamic Art ini, kita bagai terlempar ke sebuah dunia dalam dimensi waktu yang lain. Sesekali kita seakan berada di masa lampau yang sarat dengan ornamen bernuansa negeri 1001 malam, namun pada saat yang sama, kita juga seakan berada di masa depan dengan tampilan kaca jendela raksasa yang memberi penerangan alami serta pemandangan spektakuler Teluk Persia serta garis dan sudut bangunan yang sangat khas karya I,M Pei. Selain itu tangga besar yang melingkar dan lampu gantung berbentuk lingkaran juga memperkukuh kehadiran seni dan budaya Islam yang berinteraksi dengan seni rancang bangun masa yang futuristik.
Memasuki ruang demi ruang di dalam museum berlantai lima ini membawa pengunjung menjelajah dan menyelusuri kembali kekayaan seni dan budaya Islam dari tiga benua. Baik Eropa, Asia, maupun Afrika dari masa ke masa yang terbentang lebih dari 14 abad.Â
Benda-benda yang terbuat dari metal, kayu, keramik dan juga perhiasan dari emas, permata, serta zamrud, dalam berbagai bentuk dapat kita nikmati keindahannya di museum ini. Â Tata letak dan penjelasannya yang menarik juga tidak membuat kita bosan dan sekan merangsang rasa ingin tahu lebih mendalam.
Selain itu ada juga berbagai tekstil dan karpet serta naskah kuno seperti Al Quran dari berbagai negara.  Dari Asia kita akan melihat artifak dari Iran, India, negara-negara Timur Tengah dan juga Asia Tengah.  Sebuah kitab kuno berjudul Diwan of  Jami  karya Shah Al Katib Muhammad Al Shirazi menjadi salah satu peninggalan budaya dari Iran yang fenomenal .
Namun yang juga tidak kalah menarik adalah sebuah Al-Quran dari Tiongkok yang berasal dari era Dinasti Ching pada abad ke 17. Â Kitab Al -Quran ini menjadi unik karena ditulis dengan aksara Arab yang khas dan dihiasi dengan motif flora khas Tiongkok dengan warna yang cerah dan berani, seperti merah, hijau, dan kuning keemasan. Â Yang lebih menarik lagi adalah gambar pagoda di setiap pojok atas setiap halaman yang bertuliskan kata Quran dan Karim.
Selain Al Quran juga ada banyak karpet dalam berbagai ukuran yang berasal dari berbagai negara seperti Iran dan bahkan juga kiswah atau penutup pintu Kabah yang berasal dari Mesir. Â Yang juga unik adalah sebuah karpet dari Turki yang berasal dari sekitar abad ke 11 yang memiliki hiasan dekoratif berbentuk berbagai jenis hewan. Â Cukup unik karena seni dan budaya Islam biasanya melarang untuk menggambarkan makhluk hidup.
Puas berkelana menikmati berbagai karya seni di dalam museum ini, saya kemudian keluar bangunan utama dan melihat-lihat halaman samping museum.  Di sini terdapat ruang terbuka atau plaza yang dihiasi dengan kumpulan air mancur di lantainya. Air mancur kecil ini seakan memberikan kesejukan dan kedamaian sendiri bagi yang melihatnya. Namun di bagian utara plaza ini terdapat tembok dengan beberapa  lengkungan yang sangat khas arsitektur Islam. Melalui lengkungan ini terpampang pemandangan laut Teluk Perisa dan pencakar langit kota Doha yang sekilas mirip dengan Manhattan di New York.
Di antara kumpulan air mancur di plaza terbuka ini juga terapat tempat duduk dari stainless steel dengan bentuk dan rancangan yang unik. Ada yang bulat, bundar, lonjong memanjang dan juga sehi empat yang menarik. Di pojok sisi lain terapat beberapa kursi dan meja lengkap dengan payung dan lampu berdiri yang tidak kalah cantiknya. Di tempat ini, banyak pengunjung yang menikmati suasana kota Doha sambil berfotoria.