Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kisah Filsuf Austria yang Merenung di Kebun Raya di Irlandia

20 November 2022   06:31 Diperbarui: 20 November 2022   06:37 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya tidak ada rencana untuk berkunjung ke Kebun Raya yang memiliki nama resmi National Botanic Gardens atau "Garraithe Naisiunta Na Lus" ini. Namun, papan petunjuk yang begitu menggoda di sudut-sudut Glasnevin Cemetery membuat tanpa sadar kaki melangkah menyusuri lorong-lorong nan sepi di kompleks pemakaman terbesar di Irlandia ini.

Setalah berjalan sekitar 10 menit, akhirnya sampai juga di pintu kecil yang menghubungkan Glasnevin Cemetery dan National Botanic Gardens. Sebenarnya pintu ini bukan pintu utama menuju ke kebun raya , karena setelah berkeliling melihat-lihat keindahan dan keberagaman flora dari berbagai penjuru dunia, barulah kita menemukan pintu utama nya nanti. Di pintu ini tertulis nama Kebun raya ini baik dalam Bahasa Irlandia maupun Inggris.

Menaiki beberapa tangga melewati pintu , Saya kemudian berjalan di jalan di tepian pagar yang memisahkan dua tempat yang sama-sama luasnya. Puluhan hektar kalau dijumlahkan dan keduanya menjadi obyek wisata andalan di Dublin. Yang satunya adalah makam yang menjadi tempat peristirahatan terakhir lebih dari 1 setengah juta warga Dublin, dan yang satu lagi menjadi tempat dikumpulkannya bermacam jenis tumbuhan baik dari Irlandia maupun seantero jagat.

Sebuah kubah bertingkat: Dokpri
Sebuah kubah bertingkat: Dokpri

Luas , lapang, dan penuh dengan aura kehidupan, demikian atmosfer yang terhirup ketika berada di taman luas ini setelah sekitar 90 menit sebelumnya berada di keheningan pemakaman. Keduanya sama-sama memberikan nuansa ketenangan dan kedamaian dalam perspektifnya masing-masing. Sebuah bangunan indah dengan kubah bertingkat ada di kejauhan. Sekitar 300 meter di hadapan. Bentuknya mungkin oktagon mendekati bulat dan beratapkan kubah yang konturnya mengikuti bentuk bangunan utama. Seluruh dinding dan atap bangunan terlihat berkerangka dan dilapisi kaca.

Rupanya ini adalah salah satu rumah kaca dimana di dalamnya ditanam berbagai jenis tumbuhan dari bagian dunia lain yang mungkin habitatnya berbeda dengan pulau Irlandia di sebelah barat laut Benua Eropa ini. Dari sudut yang lain ketika saya mendekati rumah kaca ini, terlihat sepasang patung perunggu nan cantik berada di bawah pohon tanpa daun , kombinasi unik ini menghasilnya citra yang menawan dan memanjakan mata. Sementara langit kota Dublin, tampak sedikit berawan ,

Sebelum masuk ke rumah kaca yang tampaknya paling besar di kompleks kebun raya ini, langkah kaki di arahkan ke jalan kecil beraspal melihat-lihat bangunan yang lain. Ada lagi sebuah rumah kaca yang lebih kecil, bentuknya memanjang bagaikan barak . Saya sempatkan masuk ke dalamnya dan melihat berbagai jenis anggrek dari seluruh dunia. Walaupun cuaca masih cukup dingin di Bulan Maret, namun bunga-bunga yang indah tetap saja bermekaran di dalam rumah kaca yang hangat ini.

Akhirnya rasa penasaran membawa diri memasuki rumah kaca utama. Di dalamnya ada berbagai macam tumbuhan tropis seperti kopi dan juga belimbing. Ada juga sebuah lorong yang memamerkan tumbuhan eksotis . Di antaranya bernama Aeonium yang berasal dari Afrika Utara dan kepulauan Makronesia. Dan ada sebuah papan keterangan yang menjelaskan bahwa studi mengenai spesies ini banyak dilakukan oleh seorang ilmuwan Irlandia yang bernama Robert Lloyd Praeger (1865-1953).

Aeonium di rumah kaca: Dokpri
Aeonium di rumah kaca: Dokpri

Rumah kaca ini cukup luas dan terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan jenis dan habitat asli tumbuhan. Dan ketinggiannya juga berbeda=beda. Asyiknya di salah satu pintu dengan anak tangga yang memisahkan bagian dalam bangunan ini , terdapat sebuah plakat pada anak tangga: "Ludwig Wirtgenstein (1869-1951), Vienesse Philsopher. Stayed in Dublin in the winter 1948-1949 and liked to sit and write at these steps". Sehabis membaca plakat ini, saya langsung membayangkan bagaimana sih rupanya sang filsuf dari Austria yang suka melamun di tempat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun