Gua yang dibentuk oleh alam selama ratusan ribu tahun ini membentuk hiasan-hiasan yang indah dalam berbagai bentuk. Ada yang berbentuk milik lonceng dan juga membentuk deretan stalagmit dan stalaktit sehingga murup tirai alami yang menawan. Â Sementara di atas langit-langit ratusan stalaktit menghunjam ke bawah seakan-akan membentuk deretan tombak yang menggantung.
Kami terus menyusuri sebuah sungai bawah tanah yang cukup lebar sambil melihat-lihat tempat yang menarik. Â Bahkan ada juga sebuah stalaktit raksasa yang bentuknya menyerupai linggam sehingga konon dianggap sebagai lambang kesuburan. Â Perjalanan di dalam gua ini, tanpa terasa tetes tes air juga sering membasahi tubuh dan bahkan kamera yang saya bawa sempat terkena tetesan air yang membuatnya langsung mogok beroperasi. Â Sementara saya hanya bisa membuat gambar menggunakan ponsel. Â
Kunjungan di dalam gua berakhir dengan naik eskalator kembali ke permukaan tanah. Di sini kita disambut kebun buah mini penuh buah-buahan tropis seperti kelapa, belimbing dan pisang. Bagi yang lapar atau haus bisa mencoba membeli berbagai buah tersebut. Â Selain buah-buahan di atas Okinawa juga terkenal dengan berbagai buah yang khas seperti Shekwasha (sejenis jeruk), pisang, mangga dan juga markisa dan nenas.Â
Merah hijau,, biru , kuning, serta deretan warna-warna indah seakan-akan menari di hadapan mata. Gelas , cangkir dan bejana dalam berbagai bentuk dan ukuran dan warna dipamerkan di sebuah toko sekaligus workshop produksi kaca Ryukyu. Gelas dan kaca warna-warni ini sangat populer sebagai cendramata dari Okinawa. Kami juga sempat menyaksikan bagaimana proses membuat gelas dan kaca warna-warni ini yang kini menjadi salah satu produk andalan kerajinan tangan dari Okinawa.
Setelah itu, kita juga akan berkenalan dengan minuman keras khas Okinawa yang disuling di Nanto Brewery. Disini dipajang deretan botol berbagai jenis minuman seperti Okinawa Sango Beer, Ryukyu Habu Ball, Habu Liqour dan juga Fruit Liqour Shima no Nagomi. Â Tentu saja kebanyakan minuman yang ditawarkan memang mengandung alkohol. Namun melihat cantiknya deretan botol pun sudah memanjakan mata.
Kunjungan ke Okinawa Wolrd diakhiri dengan menikmati pertunjukan Tarian Eisa. Tarian ini merupakan tarian tradisional khas Okinawa yang penuh dinamika, kekuatan dan juga heroisme. Beberapa pemuda dan juga pemudi ikut menari dengan pakaian berwarna berani seperti biru tua dan merah, lengkap dengan ikat kepala yang khas.
Semua penari membawa tambur berbentuk beduk dalam berbagai ukuran yang dipukul sambil menari dan menyanyikan lagu-lagu dalam Bahasa Ryukyu yang penuh semangat. Â Tambur yang ukuran besar disebut Taiko sedangkan yang ukuran kecil disebut paranku. Â Sementara itu penari perempuan ada yang membawa alat musik petik khas Okinawa yang bernama Shansen.Â
Dengan kostum yang dominan warna merah biru dan hitam serta ikat kepala berwarna merah yang mirip turban. Â Tarian berlangsung sekitar 25 menit sebelum akhirnya semua penonton dipersilakan untuk ikut menari sambil berselfiria. Â Lumayan menyenangkan melihat dan ikut menari Eisa yang memang identik dengan budaya Okinawa ini.