Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ketika Jakarta Ingin Menjadi Moskwa, Praha, Warsawa dan Ulan Bataar

3 November 2022   10:44 Diperbarui: 3 November 2022   10:45 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senja itu secara tidak direncanakan alias impromptu saya mampir ke Sarinah.  Sebenarnya tujuan saya adalah ke Grand Indonesia untuk nonton film World Cinema Week di CGV.  Namun karena datang beberapa waktu lebih awal, akhirnya saya memutuskan untuk mampir ke Sarinah.

Dari stasiun MRT Bundaran HI saya kemudian keluar dengan menaiki tangga yang lumayan terjal dan muncul di kaki lima di jalan Thamrin. Melewati gedung Sinar Mas, IFI dan akhirnya sampai di Sarinah.

Di halaman gedung, ada banyak orang yang sedang bersantai, ada juga sebuah kendaraan yang sedang mempromosikan salah satu film dengan lomba karaoke.

Saya kemudian masuk ke gedung Sarinah melalui pintu selatan dan kemudian melihat lantas dasar gedung yang dipenuhi berbagai gerai restoran.

Relief sepanjang 12 x 3 meter: Dokpri
Relief sepanjang 12 x 3 meter: Dokpri

Namun yang menjadi ikon Sarinah adalah relief yang dibuat bersamaan dengan pembangunan gedung ini di awal 1960-an.   Relief ini menggambarkan kehidupan pedagang kecil dan asongan pada masa itu.  Salah satu keunikan relief ini adalah dimensi yang menjorok keluaran sangat signifikan yaitu sekitar 70-80 % dibandingkan umumnya relief biasa.  Jadi lebih mendekati patung tiga dimensi yang berjejer sepanjang sekitar 12 meter dengan tinggi 3 meter dan menggambarkan kehidupan perekonomian rakyat Indonesia kala itu. 

Secara garis besar relief ini melambangkan kegiatan ekonomi rakyat kecil yang meliputi kegiatan perikanan, pertanian, perkebunan dan kerajinan.  Di pojok kiri relief ada tiga orang petani yang hanya bercelana pendek dan bertelanjang dada mengenakan caping. Juga ada beberapa perempuan petani yang mengenakan kebaya, salah seorang sedang membawa tampah di atas kepala. Lalu ada juga beberapa ekor kerbau yang mungkin menggambarkan kehidupan di sawah. Serta relief pedagang keliling yang juga bertelanjang dada lengkap dengan dagangan yang di bawa dengan pikulan.  Dan tentunya tidak lupa relief beberapa perahu dan juga jaring serta ikan yang melambangkan nelayan.

Namun yang menarik adalah keterangan mengenai relief ini yang menjelaskan hingga saat ini belum diketahui dengan pasti siapa yang membuatnya. Walau pun begitu kuat dugaan bahwa pembuatnya adalah tim daro Yogyakarta atau kemungkinan juga Edhi Sunarso yang juga membuat Patung di Tugu Selamat Datang dan merupakan salah satu pematung kesayangan Bung Karno.

Sarinah dari masa ke masa: Dokpri
Sarinah dari masa ke masa: Dokpri

Di pojok ruangan ada pameran yang menjelaskan Sarinah dari Masa ke Masa.  Ada foto ketika pemancangan tiang pertama yang  pada 23 April1963.  Di dipamerkan amanat atau kata pengantar Bung Karno yang menjelaskan mengapa beliau ingin membangun Sarinah yang menjadi toserba atau department store pertama di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun