Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Keberagaman dan Ngobrol Dalam Bahasa Spanyol di Surya Kencana

1 November 2022   15:34 Diperbarui: 1 November 2022   15:35 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerbang Surya Kencana: dokpri

Hari sudah menjelang sore ketika saya meninggalkan Kebun Raya dan berjalan kaki menuju hotel di kawasan Jalan Surya Kencana di pusat kota Bogor.  Di jalan ini terdapat sebuah vihara tua, yaitu Vihara Danagun yang merupakan salah satu kelenteng paling tua di Bogor walau masih kalah tua dibandingkan Kelenteng Pan Kho Bio di Kampung Pulo Geulis yang saya kunjungi beberapa hari lalu.

Juga ada sebuah prasasti peresmian revitalisasi Jalan Surya Kencana yang akan ditandatangani oleh Wali Kota Bogor, Bima Arya.  Tepat di mulut jalan ini, ada sebuah Pintu Gerbang dengan arsitektur Tiongkok. Di kedua kakinya ada sepasang harimau yang lumayan menarik dan cantik.

Patung harimau: Dokpri
Patung harimau: Dokpri

"Perbedaan adalah kekuatan, keberagaman adalah kebanggaan, persatuan adalah keharusan, Bersatu sebagai bangsa, bergerak maju bersama di kota untuk semua, Dr. Bima Arya," demikian tertulis pada prasasti yang belum ditandatangani itu.

Saya terus berjalan menyusuri jalan yang terkenal dengan wisata kulinernya.  Selain toko-toko, restoran dan gerai, di sepanjang jalan ini juga banyak pedagang buah termasuk mangga yang kebetulan sedang musim. 

Prasasti: Dokpri
Prasasti: Dokpri

Kalau di Kampung Pulo Geulis, nuansa keberagaman dan toleransi sangat terasa karena merupakan kampung yang dihuni etnis Sunda dan Tionghoa, kawasan Surya Kencana ini lebih tepat di sebut sebagai China Townnya kota Bogor. Maklum sejak zaman Belanda memang merupakan pusat perdagangan dan karena nya dulu dinamakan Handel Straat atau Jalan Perniagaan.

Di beberapa lorong yang menghubungkan Jalan Surya Kencana dan Jalan Roda yang sejajar dengan jalan ini namun lokasi geografisnya lebih rendah juga ada hiasan dan dinding tembok dengan jendela kayu berwarna merah yang dihias bernuansa Tiongkok.

Sebuah lorong di Surya Kencana: Dokpri
Sebuah lorong di Surya Kencana: Dokpri

"Perbedaan adalah keniscayaan, tetapi persatuan harus diperjuangkan," demikian kata-kata bijak bapak Walikota Bogor tertulis pada dinding lantai dua sebuah bangunan lengkap dengan tulisan dalam aksara Hanzhi.   Uniknya di sini juga saya berjumpa dengan seorang pemuda yang sedang menjajal pakaian ala superhero.  

Warna merah atau kemerahan jadi dominan di kawasan ini. Namun tulisan saya kali ini bukan mengenai China Town atau pun kampung Cina di Bogor. Melainkan tentang pengalaman yang sama sekali tidak terduga. Yaitu berbahasa Spanyol di Bogor.

Kalau sebelumnya di Kebun Raya, saya sempat berbahasa Inggris dengan sepasang turis yang kebetulan akan membeli tiket untuk menyewa mobil golf dan sekelompok turis dari Malaysia di dekat monumen Lady  Olivia Raffles yang sempat bertanya apa itu Buitenzorg, kali ini percakapan saya pun sebenarnya tidak sengaja.

Sepasang turis kebetulan sedang menawar mangga di pedagang kaki lima. Tetapi kemudian mereka tidak jadi membeli karena merasa harganya terlalu mahal.  Yang sempat saya lihat adalah penjual mangga tampak sedang menunjukkan sehelai uang lima ribu rupiah. Namun sepasang turis berusia sekitar tiga puluh tahunan itu akhirnya tidak jadi membeli.

Rasa penasaran membuat saya akhirnya bertanya kepada mereka dalam bahasa inggris, mengapa mereka tidak jadi membeli.   Sang suami menjawab kalau mereka merasa ditawarkan harga terlalu mahal.  Mereka kemudian bertanya berapa harga yang wajar untuk 1 Kilogram mangga, yang saya jawab sekitar 25 sampai 30 ribu bahkan bisa lebih tergantung jenis dan kualitasnya

Mereka kemudian terkejut dan kemudian merasa bahwa harga yang terakhir ditawarkan yaitu 5000 Rupiah untuk sebuah mangga sebenarnya cukup murah.  Dan kemudian secara tidak sengaja saya mendengar sang istri berbicara dengan suaminya dalam Bahasa Spanyol.

"De Donde ustedes?" Secara spontan saya menanyakan asal mereka dalam Bahasa Spanyol. Sebuah bahasa yang jarang saya gunakan secara lisan kecuali memang sedang bepergian ke negara-negara yang berbahasa Spanyol. Terakhir saya menggunakannya dalam percakapan adalah sekitar delapan tahun lalu di Panama. 

Sepasang suami istri  itu sedikit terkejut dengan menjawab mengapa saya bisa berbahasa Spanyol, dan dimana saya belajar bahasa itu. Mereka sama sekali tidak menyangka akan bisa berjumpa dengan orang yang berbahasa Spanyol di Bogor ini.   Sang suami kemudian menjawab bahwa ia berasal dari Colombia. 

Vihara Dhanagun: Dokpri
Vihara Dhanagun: Dokpri

Kami bertiga kemudian berjalan menyusuri kaki lima Jalan Surya Kencana.  Percakapan saya melebar ke tujuan mereka datang ke Indonesia dan kota-kota mana saja yang sudah dan akan dikunjungi. Ternyata mereka baru tiba di Indonesia, alias Yakarta (Jakarta dalam ejaan bahasa Spanyol) satu haru sebelumnya dan mereka langsung pergi ke Bogor dan menginap di sini.   Tujuan mereka berikutnya adalah kota-kota di Jawa dari Bandung , Yogyakarta sampai ke Bromo dan kemudian ke Bali.  Mereka akan menghabiskan antar tiga minggu sampai satu bulan di Indonesia.

Dan ketika saya juga bercerita bahwa sempat belajar bahasa Spanyol sejak zaman dahulu alias beberapa puluh tahun yang lalu secara swabelajar melalui buku-buku dan juga bercerita mengenai banyak negeri yang sudah saya kunjungi dan sempat belajar beberapa bahasa asing untuk melengkapi perjalanan, baru sang istri menjawab bahwa dia sesungguhnya berasal dari Austria, atau tepatnya kota Wina walau suaminya memang berasal dari Kolombia.   Karena tinggal di Kolombia, maka sang istrilah yang kemudian belajar bahasa Spanyol dan bukan suaminya yang belajar bahasa Jerman.  

Wah akhirnya saya juga sempat mempraktikkan sedikit bahasa Jerman termasuk menyebutkan kota-kota di Austria yang sempat saya kunjungi serta penggubah musik klasik yang terkenal yang berasal dari Salzburg, yaitu Mozart dan beberapa karya gubahannya  yang terkenal.

Tidak terasa saya sudah hampir tiba di hotel saya dan sepasang suami istri kemudian pamt untuk melanjutkan perjalanan ke tempat mereka menginap sambil mengucapkan Adios dan Hasta La Vista walau kami tidak tahu apakah akan berjumpa lagi di lain waktu.

Sebuah pengalaman yang tetap menarik jalan kaki di pusat kota Bogor dan semat berbahasa Spanyol.

Hidup adalah sebuah perjalanan, Nikmati saja kejutannya yang nikmat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun