Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Merayakan Diwali Bersama Cahaya Lilin Putih di Gurdwara

27 Oktober 2022   11:26 Diperbarui: 27 Oktober 2022   11:39 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan Walking Tour Little India dengan tema spesial Diwali terus berlanjut. Setelah sejenak mampir di Mini Market Shalimar, kami kembali menyusuri Jalan Kelinci untuk menuju Jalan utama Pasar Baru dan kali ini mengunjungi sebuah toko yang lumayan besar.

"Kita akan berkenalan dengan Pak Laksmi," kata Ira Latief dari Wisata Kreatif Jakarta dengan senyum khas nya yang manis.  

Toko di lumayan luas dan bahkan dilengkapi dengan sebuah lift. Bahkan Pak Laksmi sendiri mengatakan akan membuka sebuah restoran di atasnya.  DI sini, selain tekstil dijualnya pakaian jadi yang didatangkan khusus dari India. Saya sempat melihat berbagai jenis pakaian dengan motif dan warna yang cantik dipajang di toko ini. Salah seorang peserta walking tur bahkan membeli satu stel pakaian lengkap warna oranye yang langsung dipakai untuk jalan-jalan. 

Happy Diwali: Dokpri
Happy Diwali: Dokpri

Banyak tulisan Happy Diwali serta pernak-pernik hiasannya seperti gambar Dewi Laksmi dan Ganesha.  Juga Dan yang juga menarik perhatian adalah gelang-gelang India yang dipajang di seantero toko.   Pak Laksmi sendiri ternyata sangat ramah dan kami dijamu dengan berbagai jenis makanan ringan khas India seperti manisan Minthai yang berwarna hijau dan putih. Juha ada berbagai jenis kacang-kacangan yang rasanya lumayan lezat. 

Makanan ringan khas India: Dokpri
Makanan ringan khas India: Dokpri

Sebelum meninggalkan toko yang bernama lengkap Tharoomal Detaram ini, kami sempat berfoto bersama pemilik toko yang memakai topi mirip mahkota pangeran-pangeran India berwarna marun yang gagah. 

Nah, puncak acara jalan-jalan kami mala mini adalah merayakan Deepavali di Kuil Shikh alias Gurdwara yang beralamat di Jalan Pasar Baru Timur.  Kami kembali berjalan menyusuri Gang Kelinci atau Jalan Kelinci Raya ke arah timur dan kemudian tiba di Gurdwara yang lumayan megah dan berlantai dua.

Gurdwara di Pasar Baru: Dokpri
Gurdwara di Pasar Baru: Dokpri

Malam itu, suasana sangat ramai dengan masyarakat Shik yang datang ke kuil untuk beribadah sekaligus merayakan Deepavali atau Festival Cahaya.  Lebaran orang India ini dirayakan setiap tahun pada sekitar akhir Oktober atau November bertepatan dengan bulan Kartik dalam kalender Hindu.  Konon hari perayaan Diwali ini bertepatan dengan malam paling gelap sehingga perlu banyak dinyalakan lampu dan bahkan Sebagian orang memainkan kembang api.

Di halaman, sebelum masuk ke kuil, masyarakat shik menyalakan lilin di sebuah meja besar. Lilin-lilin putih ini terus menyala sepanjang malam dan membuat malam menjadi kian syahdu. Sementara langit di atas kota Jakarta terlihat gelap tanpa rembulan.  Sementara dari dalam bangunan terdengar lantunan nyanyian dan doa yang berasal dari Kitab Suci Shik yang bernama Guru Grant Sahib.   

Beranda Gurdwara: Dokpri
Beranda Gurdwara: Dokpri

Sama seperti memasuki masjid, kita juga harus melepaskan sandal atau sepatu dan adarak khusus untuk menyimpan sandal dan sepatu di beranda Gurdwara.  Sebelah kanan untuk perempuan dan di sebelah kiri untuk lelaki.  Uniknya di lantai dan dinding gurdwara ini banyak tulisan mengenang  orang tua yang diberikan untuk para donator. 

Di bagian lain dinding juga ada beberapa gambar informasi yang menjelaskan tentang agama Shik.  Judulnya Shik Heritage dan menjelaskan 10 Guru termasuk guru pertama yaitu Guru Nanak hingga guru ke sepuluh yaitu Guru Gobind Singh. Sedangkan gurub abadi adalah Sri Guru Grant Sahib yang dianggap sebagai kita suci Shik.   Di sini pula saya mengenal berbagai istilah seperti sangat yang berarti Jemaah dan juga Kirtan yang bermakna pelantunan atau menyanyikan doa-doa atau ayat-ayat yang ada di dalam kitab suci.

suasana di dalam gurdwara: Dokpri
suasana di dalam gurdwara: Dokpri

Kami kemudian masuk ke ruang utama Gurdwara.   Jemaat yang disebut dengan sangat duduk bersila di atas karpet. Kaum perempuan duduk di sebelah kiri sementara lelaki di bagian sebelah kanan.  Sementara lantunan ayat-ayat kitab suci Guru Grant Sahib dibacakan seorang petugas mengipas-ngipaskan sebuah chauri.  Chauri ini adalah sebuah kipas yang terbuat dari rambut ekor yak yang diikat dengan gagang dari kayu. 

Chauri dan rumala: Dokpri
Chauri dan rumala: Dokpri

Selain duduk, kadang-kadang Jemaah juga melakukan ibadah sambi berdiri dan adakalanya melakukan Gerakan sujud dan kemudian berdiri kembali.  Upacara ibadah dipimpin oleh seorang giani yang berpenampilan  berwibawa dengan janggut dan berewok yang lebat.   Sementara itu Jemaah yang baru datang biasanya langsung menuju altar dan memberikan penghormatan dengan bersujud di depan tandu atau palki yang berisi kitab suci tersebut.

Setelah upacara ibadah selesat Jemaah atau sangat langsung berbaris menuju ruangan di bagian belakang untuk menikmati makan malam yang disajikan dengan piring besar dari stainless steel. Menu utamanya merupakan roti yang disebut naan dengan lauk yang disebut dhal. Ada juga nasi goreng serta berbagai macam sambal dengan sup yang disebut masala.  Untuk minuman ada lassi yang berupa susu dengan rasa sedikit masam dan juga teh susu atau chai yang segar.  

makanan: Dokpri
makanan: Dokpri

Peserta walking tur juga ikut diundang untuk makan bersama. Oh yah makanan yang disajikan  adalah makanan vegetarian sehingga tidak mengandung unsur daging.  Namun rasanya cukup nikmat apalagi setelah menyaksikan upacara ibadah sekitar setengah jam. 

Setelah makan, kami sempat diajak berkumpul bersama dan berbincang-bincang dengan pengurus gurdwara dan juga giani. Giani ini umumnya didatangkan dari India walau sudah cukup lancar berbahasa Indonesia.  Selain tanya jawab, banyak juga informasi yang didapat baik mengenai festival Diwali maupun agama Shik secara umum.  Giani ini sempat juga berkeliling dan membagikan manisan khas Punjab. 

Giani: Dokpri
Giani: Dokpri

Dikisahkan juga sekilas mengenai sejarah Gurdwara terbesar di Indonesia yang didirikan pada 1955 di Pasar Baru ini. Walaupun yang terbesar dan termegah, Gurdwara ini bukan yang tertua di Jakarta karena  Gudrwara yang berada di Tanjung Priok konon didirikan pada 1930-an.   Di salah satu bagian dinding gurdwara ada sebuah prasasti berwarna hitam dengan tulisan warna emas yang berisikan 11 nama orang pendiri gurdwara ini.   Dari sebelas nama itu, delapan orang memiliki nama Singh, dan tiga lainnya memiliki nama belakang Seth, Kapur, dan Vohra.   Di bagian bawah ada tulisan Djakarta, 21 October 1955.

Djakarta, Oktober 1955
Djakarta, Oktober 1955

Setelah bincang-bincang, kami juga bisa berfoto bersama di dekat Guru Grant Sahib yang diletakan di atas sebuah bantal yang ditaruh di sebuah tempat mirip tandu yang disebut palki.   Ketika sedang tidak dibaca, Guru Grant Sahib ditutup oleh kain berwarna kuning keemasan yang disebut Rumala.  

dapur: Dokpri
dapur: Dokpri

Setelah itu kami sempat juga diajak untuk melihat-lihat dapur yang lumayan besar dengan peralatan memasak yang cukup modern. Dan pengurus gurdwara juga sempat memperkenalkan kami dengan juru masak yang ternyata merupakan warga sekitar yang beragama Islam.  Di dekat dapur juga banyak karyawan yang sedang sibuk mencuci piring-piring yang tadi digunakan untuk makan malam. 

Kami kembali ke halaman tempat meja dengan lilin-lilin putih yang masih menyala menerangi malam perayaan Deepavali yang syahdu.   Masih banyak masyarakat Sikh baik lelaki, perempuan maupun anak-anak yang berkumpul di Gurdwara. Mereka berkumpul, bercakap-cakap dan juga menggunakan kesempatan ini untuk saling bersilaturahmi dan melepas rindu.

cahaya lilin diwali: Dokpri
cahaya lilin diwali: Dokpri

Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 9 malam ketika rombongan kami pamit dan kemudian meninggalkan Gurdwara menuju kediaman masing-masing. 

Sebuah pengalaman yang mengasyikkan melihat dan mengenal lebih dalam kehidupan masyarakat Shik di Jakarta yang sedang merayakan Deepavali atau Festival Cahaya.

Happy Diwali.

Oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun