Masuk ke museum ini ternyata gratis dan saya hanya perlu menulis nama serta alamat dan jumlah pengunjung. Â Sebelum saya rupanya ada rombongan anak sekolah yang tadi saya lihat di Taman Lansia. Â Jumlahnya cukup banyak yaitu 110 anak.
Pengembaraan di museum pos lumayan menarik karena begitu masuk saya langsung melihat pameran surat emas raja-raja dan naskah Nusantara. Â Surat dan naskah ini ternyata merupakan koleksi Dari Inggris dan untuk memperingati lebih dari 400 tahun hubungan antra Inggris dan Nusantara serta menghormati keragaman dan kekayaan budaya tulis dan sarana komunikasi tradisional di Indonesia.
Alangkah asyiknya berkelana dalam dunia literasi dari abad-abad lampau. Ada sekitar seratus naskah dan surat yang dipamerkan.
Saya bisa melihat naskah berbahasa Melayu, naskah undang-undang Aceh, dan bahkan Hikayat Sri Rama dan Syair Berang-berang serta Bustan Al Salatin atau Taman Raja-Raka karya besar Nurudin Al-Ranin dari Aceh.
Selain itu juga dipamerkan surat-surat Sultan Syarif Kasim kepada Raffles pada 1811 yang meminta bantuan kepada Inggris untuk melawan lanun atau bajak laut sekalian mengucapkan Terima Kasih atas hadiah kain dan sepasang sepatu emas. Â Juga ada surat tahun 1814 yang melaporkan bahwa Pontianak, Mempawah dan berbagai daerah di Kalimantan Barat sudah aman dari gangguan bajak laut.
Bukan hanya kepada Inggris, ada juga surat Sultan Syarif Usthman kepada gubernur jenderal Belanda di Batavia yaitu Van der Capellen pada 1825.
Di museum ini juga ada sebuah puisi yang ditulis untuk mengenang pahlawan PTT, Mas Suharto yang diculik Belanda pada saat agresi 19 Desember 1948. Hingga kini jejak Mas Suharto tidak dapat ditemukan.
Seribu tanya timbul terasa