Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Tidak Ada Lansia di Taman Lansia, Mungkin Ini Alasannya

21 Oktober 2022   07:27 Diperbarui: 24 Oktober 2022   20:15 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seusai makan siang di resto di Jalan Citangkuy tempat dipajang berbagai alat dapur beserta nama-namanya dalam Bahasa Sunda, saya sejenak berjalan kaki menyeberangi jalan dan masuk ke dalam taman yang ada di depan resto.

"Taman Lansia," demikian nama taman ini. Sebenarnya sudah cukup lama saya ketahui dan sebelumnya pernah mencoba mampir tetapi karena susah parkir, saya membatalkan diat itu. 

Ingat taman ini, saya ingat Kang Emil yang sewaktu menjabat menjadi Walikota Bandung banyak sekali membuat taman-taman indah dengan tema-tema tertentu di seantero kota. 

Ada Taman Jomblo, Taman Vanda, Taman Cempaka, Taman Super Hero, Taman Pustaka Bunga, Taman Musik Centrum, Taman Film dan tentu saja Taman Lansia yang saya kunjungi siang itu. 

Saya masuk melalui pintu yang ada di dekat Jembatan di Jalan Cimanuk yang menghubungkan Jalan Citangkuy dan Jalan Cilaki.  Nama Taman Lansia terlihat cantik dengan Tulisan warna merah menyala. 

Kata Taman ditempatkan di atas kata Lansia dengan ukuran yang lebih besar.  Dari sini terlihat kolam cantik dan juga Sebagian Sungai Cikapayang yang bersih sedikit keruh dan ada dedaunan menghiasi airnya. 

Jembatan merah. Foto: Dok. Pribadi
Jembatan merah. Foto: Dok. Pribadi

Sebuah jembatan dengan pagar warna merah menghubungkan ke dua sisi taman. Di dekat ujung jembatan, ada seorang lelaki berusia sekitar empat puluh tahunan sedang duduk bersantai. 

Dia memakai celana jin  warna biru yang dan kaos . Yang jelas belum bisa disebut lansia sebagaimana nama taman ini.

Talud sungai Cikapayang. Foto: Dok. Pribadi
Talud sungai Cikapayang. Foto: Dok. Pribadi

Suasana taman dengan pohon-pohon yang rindang ini memberikan kesejukan tersendiri di kota Bandung di siang ini. Ada jalur pejalan kaki yang berlantai semen sehingga pengunjung bisa mengeliling taman dengan nyaman. 

Di tengahnya mengalir Sungai Cikapayang dengan dinding atau talud yang terbuat dari batu kali.  Ada beberapa papan himbauan yang bertuliskan "Kamu Merawat Sungai Sungai Akan Membahagiakanmu," lengkap dengan gambar larangan membuang sampah di sungai. 

Di sebuah kursi di kejauhan tampak sepasang lelaki dan perempuan sedang duduk santai. Usianya mungkin tiga puluh tahunan.

Peta kawasan Taman Lansia. Foto: Dok. Pribadi
Peta kawasan Taman Lansia. Foto: Dok. Pribadi

Jalan-jalan di sini lumayan mengasyikkan. Kalau Lelah berjalan, ada banyak tempat duduk untuk bersantai, bahkan ada juga yang sekaligus berfungsi sebagai charging station buat mengisi baterai hape.

Di tepian jalur pejalan kaki, juga ada sebuah peta Sungai Cikapayang lengkap dengan lokasi Taman Lansia dan jalan sekitarnya termasuk gedung dan bangunan yang terkenal seperti Museum Pos, Gedung Sate dan Museum Geologi.

Kolam di tengah taman. Foto: Dok. Pribadi
Kolam di tengah taman. Foto: Dok. Pribadi

Di bagian tengah taman ada sebuah kolam dengan pepohonan di tengahnya. Di tepiannya ada tempat duduk warna warni kuning, ungu, dan oranye dan di dekatnya ada tempat sampah yang sudah dibedakan dengan warna hijau, biru dan oranye untuk sampah organik, yang bisa di daur ulang dan anorganik yang tidak bisa di daur ulang. 

Dan pepohonan tinggi dan rindang selalu menjadi latar belakang di mana pun kita berada di Taman ini. 

Di sini, kebetulan ada rombongan anak sekolah bersama guru-gurunya yang sedang bersantai. Mungkin mereka akan atau habis berkunjung ke Museum Pos yang kebetulan ada di dekat Taman Lansia. 

Hingga saat ini saya belum bertemu dengan seorang pun warga yang berusia lebih 60 tahunan sehingga bisa digolongkan sebagai lansia di taman ini.

Posko Lansia. Foto: Dok. Pribadi
Posko Lansia. Foto: Dok. Pribadi

Satu-satunya bangunan yang mengingatkan bahwa saya ada di Taman Lansia adalah sebuah pos atau bangunan kecil yang disebut Posko Lansia. 

Bangunan ini tertutup rapat dan sepertinya kosong.  Ada sebuah pintu yang dicat warna kuning pucat dengan lis coklat dan jendela kaca di kedua sisi pintu itu. Namun gambar dan tulisan di dinding cukup menarik untuk di simak.

Menjadi tua ....
Adalah sebuah kepastian
Tetapi menjadi dewasa pada usia tua
Adalah sebuah pilihan.

Demikian tertulis di bagian atas dinding lengkap dengan gambar taman lansia dan sepasang lansia berambut putih.

Mereka yang penuh rasa syukur
Tak akan peduli berapa usia mereka

Tulisan lain ada di bagian bawah kiri dengan gambar sepasang lansia yang sedang bertamasya.

Tetap sehat & Bugar di usia tua. Tulisan ini ada di sebelah kanan bawah dilengkapi gambar tiga orang lansia yang sedang berolah raga.

Patung Dinosaurus. Foto: Dok. Pribadi
Patung Dinosaurus. Foto: Dok. Pribadi

Pengembaraan di Taman Lansia terus berlanjut dan mulai memutar kembali ke jalan Citangkuy.  Di sini saya berjumpa dengan seekor dinosaurus yang lumayan besar. Dinosaurus ini tampak garang dengan mulut terbuka dan menunjukkan gigi dan taring yang tajam. 

Di bawahnya ada tiga buah telur dino dengan ukurannya yang besar. Di dekatnya ada tulisan larangan untuk naik ke patung.  

Wah apakah patung dinosaurus ini merepresentasikan lansia yang dianggap sebagai manusia dar zaman prasejarah, atau mungkin juga untuk menarik anak-anak agar menemani kakek dan nenek jalan-jalan di taman ini?  Namun sampai di sini un saya belum berjumpa dengan lansia di taman ini.

4 larangan. Foto: Dok. Pribadi
4 larangan. Foto: Dok. Pribadi

Di salah satu sisi taman di dekat jalur pejalan kaki, kembali ada papan himbauan dan larangan yang berisi larangan merokok, berkemih sembarangan, mabuk-mabukan dan mengonsumsi narkoba, serta berbuat asusila di taman ini. 

Kembali ada beberapa kursi tempat santai yang kosong.  Sementara di talud sungai juga ada himbauan yang kali ini dalam Bahasa Sunda berbunyi: Nyaah Yuk Tong Nyampah, dan juga dilengkapi gambar dilarang membuang sampah.

Tong Nyampah. Foto: Dok. Pribadi
Tong Nyampah. Foto: Dok. Pribadi

Saya akhirnya sampai kembali di tempat pertama masuk dan kemudian meninggalkan taman ini.  Yang menjadi pertanyaan saya adalah mengapa sama sekali tidak ada lansia di taman ini. 

Atau apakah para lansia akan datang di waktu menjelang senja nanti? Atau mungkin juga karena di taman ini ada dinosaurus sehingga kaum Lansia enggan mampir.  Hanya Sungai Cikpayang yang tahu jawabannya.

Terima kasih sudah membaca.

Bandung, Oktoner 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun