Pengembaraan Night at the Museum pada Jumat Malam berlanjut dengan menjelajah ke Museum Bahari. Â Sebelumnya kami membeli tiket seharga IDR 5000 dan mendapat sebuah brosur atau leaflet yang cukup cantik berisi informasi singkat mengenai museum yang dulunya digunakan sebagai gudang rempah-rempah.
Bersama Mbak Ira kami masuk ke dalam museum dan langsung menuju ke halaman dalam yang merupakan ruang terbuka yang cantik. Â Ada beberapa pohon kelapa di patio atau beranda tengah ini sehingga Mbak Ira pun ingat bahwa nama lama kota Jakarta adalah Sunda Kelapa. Â Yaitu berada di kerajaan Sunda yang banyak ditumbuhi pohon kelapa.
Di sini kami berada di antara dua buah gedung tua yang cantik dengan jendela-jendelanya yang besar berbaris rapi hingga jauh ke ujung. Â Saya sendiri berpendapat bahwa kalau di Semarang ada gedung yang bernama Lawang Sewu, maka bolehlah Museum Bahari ini juga dijuluki Jendela Sewu.
"Lokasi gedung dengan deretan jendela ini sering dijadikan tempat foto untuk prewedding,"" Â ujar Mbak Ira memulai ceritanya. Â Kemudian ditunjukkan juga deretan benda dari logam yang bentuknya mirip huruf Y terbalik yang oleh Mbak Ira disebut sebagai Menara Eiffel. Â Ternyata fungsi benda mirip lambang Menara Eiffel itu adalah untuk memperkukuh struktur bangunan sehingga tahan gempa. Â Bahkan bangunan Museum Bahari ini juga tahan terhadap gelombang tsunami yang diakibatkan oleh meletusnya gunung Krakatau pada 1883.
Sambil bersantai menikmati cuca malam tanpa bintang dan udara yang lumayan cerah, kami terus mendengarkan kisah-kisah tentang museum ini. Salah satu keistimewaan museum Bahari adalah mengizinkan pengunjung untuk masuk ke beranda ini bersama sepeda. Â Bayangkan kita boleh menjelajah di sini bukan hanya dengan berjalan kaki. Â Yang lebih mengasyikkan lagi saat jalan-jalan di acara Night at The Museum ini adalah, rombongan Wisata Kreatif Jakarta menjadi tamu eksklusif Museum Bahari, sehingga kita dapat menjelajah seluruh isi museum tanpa bertemu dengan pengunjung lainnya.
Dari ruang beranda tengah, kami mulai memasuki ruang demi ruang di museum Bahari yang secara garis besar terdiri dari tiga bangunan, yaitu Gedung A, B dan Gedung C. Â Kebetulan di Museum ini juga sedang ada pamean sementara dengan tema Manusia dan Bencana yang akan berlangsung hingga tanggal 26 Oktober 2022 nanti. Â Di dalam ruang pertama ini, kita bisa melihat dan menikmati pameran dengan tema-tema bencana yang pernah terjadi di negeri ini.
Salah satu yang menarik adalah syair Lampung Karam 1883 yang bercerita tentang ganasnya letusan Gunung Krakatau: