Hari menjelang senja ketika kami tiba di Queenstown, kota kedua terbesar di wilayah Otago setelah Dunedin, atau kota terbesar dan teramai ketiga di South Island setelah Christchurch dan Dunedin. Â Setelah sejenak beristirahat di hotel, kami sempatkan berjalan-jalan dan melihat-lihat situasi kota yang dinamakan berdasarkan nama lama kota Cobh di Irlandia dan juga ada sebuah kota dengan nama yang sama di Tasmania.
Perjalanan dimulai di kawasan Queenstown Mall yang merupakan jalan yang dikhususkan untuk pejalan kaki. Â Di jalan ini, suasana kota dengan orang yang lumayan ramai dapat kami rasakan setelah sebelumnya lebih banyak menjelajah kota kecil yang sepi seperti Wanaka, Cardrona maupun Arrowtown. Â Di ujung jalan di dekat Camp Street ada salah satu gerai waralaba kopi yang ada dimana-mana. Tepat di seberangnya ada gerai informasi wisata bernama Discover Queenstown Information Centre. Di sini, kami sempat mencari informasi untuk bepergian ke Milfred Sound pada keesokan harinya. Rencananya kami akan ikut tur saja.
Deretan toko yang kebanyakan hanya terdiri dari satu lantai dan hanya ada beberapa yang berlantai dua berbaris rapi di sepanjang jalan ini. Cukup nyaman jalan-jalan sambil cuci mata. Di berbagai tempat ada kursi kayu tempat pengunjung bisa duduk bersantai. Dan ada juga cafe atau restoran yang menempatkan meja dan kursinya di jalan. Â Berbagai jenis toko dan restoran juga ada di tempat ini.Â
Â
Di salah satu toko suvenir, saya sempat mampir dan membeli beberapa tanda mata seperti pajangan, tempelan kulkas, dan tentu saja T Shirt bergambar Kiwi yang khas New Zealand. Â Ah saya ingat pernah membeli T Shirt dengan gambar kiwi yang mirip sekitar 30 tahun lalu di Auckland di North Island sana.
Jalan ini tidak terlalu panjang, dan kurang dari 10 menit berjalan santai sambil melihat-lihat, kami pun sampai di ujung jalan di mana terdapat cafe yang menawarkan berbagai jenis coklat dan es krim. Saya berjalan terus dan akhirnya sampai di Marine Parade yang berada di tepian pantai danau Wakatipu. Â Dinamakan Parade karena tepian pantai di damai ini berupa kaki lima yang lebar yang nyaman dengan ramai perjalanan kaki Yang lalu lalang kian kemari.
Di tepi danau ini ada seorang lelaki yang sedang mengamen lengkap dengan kursi lipat dan peralatan berupa seperangkat drum, gendang tradisional dan juga speaker. Â Sebuah tas besar dihamparkan di atas trotoar konblok dan berisi uang receh baik logam maupun kertas pecahan 5 Dollar NZ. Â Pria ini berambut gondrong memakai topi dan sebuah jaket warna hijau diletakkan di atas kursi lipat. Sebuah tempat minum warna merah tua ada di kaki kursi lipat tersebut. Â Berbagai lagi dibawakan dengan nada yang riang.
Saya berjalan di tepian danau sambil memperhatikan airnya yang biru, bersih dan tenang. Bayang-bayang pepohonan tampak di permukaan danau dan pegunungan yang puncakmu ditutupi salju kelihatan begitu indah menjadi latar belakang panorama senja di Queenstown. Â Puluhan atau mungkin ratusan burung -burung berwarna putih beterbangan di tepian danau, bahkan sebagian melewati batas pagar ke pedestrian. Â Sementara kumpulan bebek warna hitam juga bermain sambil berenang di permukaan danau.
Saya kembali mendekati Cafe coklat dan es krim. Â Di sini ada sebuah patung seorang lelaki yang ditemani sektor domba terbuat dari perunggu. Lelaki itu memakai jubah panjang berbadan besar dan tegap dengan berewok dan kumis yang lebat. Rambutnya lebat dan ikal, sekilas penampilan lelaki ini mengingatkan saya akan Abraham Lincoln, presiden Amerika dari abad XIX yang patungnya pernah saya lihat di Washington DC dan bandara Chicago.
Di bawah patung ada prasasti yang menjelaskan sosok yang berdiri gagah di tepian Danau Wakatipu ini:
"I saw an open country, not perfectly level broken by small hills and terraces; whilst a large lake or arm of a lake, stretched away in distance, almost as far as the eyes could reach," demikian kutipan kata-kata Rees yang dikutip pada prasasti ini menggambarkan keindahan kawasan Queenstown dan danau Wakatipu yang bentuknya memang memanjang mirip huruf Z.
Di bagian  paling bawah prasasti, dijelaskan bahwa William Rees merupakan pendiri atau founder kota Queenstown yang pada 1861 bersama istrinya Frances mendirikan bangunan pertama di dekat danau di tempat ini.  Namun kemudian ketika emas ditemukan di kawasan ini, Rees harus digusur dan mendapat  ganti rugi sebesar 10 Ribu Poundsterling lalu pindah ke kawasan Kawarau Falls.
Saya kemudian sejenak beristirahat dan  duduk di kursi kayu yang ada di depan tembok Cafe di belakang patung.  Di atas jendela Cafe dengan dinding terbuat dari bata ini tertulis seruan untuk melihat cara membuat es krim dan coklat : view chocolate & Ice Cream making inside, demikian anjuran, ajakan, dan mungkin juga iklan agar pengunjung mampir ke Cafe .
Sambil duduk di kursi ini, saya berselancar  menggunakan free wifi yang tersedia di kawasan ini dan mencari lebih banyak informasi tentang William Gilbert Rees.Â
Ternyata beliau merupakan pria kelahiran Wales pada 1927 yang kemudian mengadu nasib ke Australia pada 1852 dan berprofesi sebagai peternak domba. Kemudian dia dan seorang temannya yang  bernama Nicholas von Tunzelmann menjadi orang pertama yang menjejakkan kaki di kawasan Wakatipu dan Rees dianggap  sebagai pendiri kota Queenstown.
Saya kemudian melanjutkan perjalanan di sepanjang kaki lima di tepian danau. Â Di sini banyak terdapat Hotel, restoran, kafe dan juga pertokoan. Kawasan ini menjadi pusat kota Queenstown dan di sini pula akhirnya saya membeli paket tur menuju ke Milford Sound buat keesokan harinya.
Dan di salah satu sudut tepian danau ini juga terdapat fasilitas umum berupa toilet yang dilengkapi fasilitas pengisian air minum. Cukup membawa wadah atau botol plastik sendiri. Â Dan salah satu keunikan sebagian besar toilet umum yang saya jumpai di South Island adalah toilet bersama untuk pria dan wanita alis unisex terbukti dengan gambar ikon lelaki dan pria yang digambar di depan pintu masuk toilet. Fasilitas yang mirip saya jumpai beberapa hari lalu di tepian Lake Tekapo.
Hari makin malam dan tiba waktunya untuk kembali ke hotel. Namun sebelumnya kami sempat mampir di sebuah restoran India untuk menikmati Tandoori Chicken yang lezat. Â Kini tiba waktunya untuk istirahat. Beristirahat untuk persiapan perjalanan panjang esok hari melihat keindahan alam di South Island.
South Island, New Zealand
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H