Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mengenal Aneka Ritual Tradisional di Bandung yang Bukan Jawa Barat

6 September 2022   19:40 Diperbarui: 6 September 2022   19:47 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah selesai bermain di beberapa pantai di kawasan Gunung Kidul, kami kembali ke pusat kota Yogya. Sebenarnya ada banyak rute yang bisa dilewati. Namun kali ini, kami lewat Kota Wonosari yang merupakan ibukota Kabupaten Gunung Kidul.

Karena hari sudah menjelang malam, akhir nya di Desa Bandung,Playen, kami mampir ke sebuah restoran yang Namanya sudah lumayan kondang, yaitu Warung Simbok. Lokasinya di kilometer 5 jalan raya Wonosari- Yogyakarta.

Sekilas, tidak ada yang istimewa dengan restoran ini. Bangunannya mirip rumah joglo gaya Jawa. Dan tata ruang serta perabotannya di dalamnya juga gaya Jawa tempo dulu. Meja dan kursi dari kayu warna coklat. Biasa saja dan sederhana.  Namun ternyata pada kesederhanaan ini lah letak kekuatan dan keunikan Warung Simbok ini.  Warung ini juga bahkan tidak memiliki eternit sehingga dinding batako di bagian dekat atap juga terlihat jelas.

Menu | Dokpri
Menu | Dokpri

Seorang pelayan menyambut ramah, mempersilahkan duduk dan kemudian datang lagi dengan memberikan menu.  Ketika ditanya apakah menu favorit di tempat ini, mbak tersebut menyebutkan ayam Goreng dan ayam ingkung. Selain itu juga ada ayam penyet, sop ayam, sayur Ndeso, Tumus/cah kangnkung dan juga Gudeg Manggar.

Logo Warung | Dokpri
Logo Warung | Dokpri

Sambil menunggu pesanan sedang dubuat, saya melihat-lihat ke sekeliling rumah makan. Di salah satu dinding ada gambar logo warung Simbok dengan gambar seorang perempuan atau ibu berkonde dan kebaya sedang menyuguhkan ayam utuh.  Di sekelilingnya, pada tembok berlatar putih ada gambar atau sketsa makanan, minuman, termasuk sayuran, ayam,, dan bahan-masakan.  Di bawahnya ada semacam tag line bertuliskan Jagonya Ingkung & Ayam Goreng Kampung.

Foto tempo doeloe | Dokpri
Foto tempo doeloe | Dokpri

Kebetulan, malam itu warung sedang sepi sehingga saya lebih leluasa menikmati sasana di sekitar.  Di sisi dinding yang lain, masih berlatar tembok warna putih , ada sebuah foto suasana Wonosari tempo dulu.

Mebel jadoel dan kata-kata mutiara | Dokpri
Mebel jadoel dan kata-kata mutiara | Dokpri

Namun sisi yang paling menarik adalah pojok lain warung di mana terdapat kursi dan meja jadoel  dari kayu dengan model mebel kuno yang tempat duduk dan senderan terbuat dari bahan mirip rotan.  Di belakang meja kursi tamu ini ada hiasan  pintu yang terbuka terbuat dari kayu.  Di atas kusen tertulis angka 1971 dan Warung Simbok. 

Di dinding putih di tengah pintu ada dua hiasan papan berlatar warna hitam dengan tulisan putih. Papan pertama bertuliskan Sehat & Rukun sedang papan yang kedua bertuliskan Love.   

Benar-benar pesan-pesan yang membuat damai.   Di sisi kira dan kanan pintu juga ada tulisan serupa. Kali itu bertuliskan Just You & me serta Save your Time.  Dan pada daun pintu digantung lagi tulisan: Joy, Pray dan Hard Work serta Hati yang Gembira adalah Obat.   Sederhana sekali tetapi sangat menyentuh.

Nama ritual | Dokpri
Nama ritual | Dokpri

Selain itu pada bagian dinding yang lain , ada sebuah papan besar berlatar hitam dengan puluhan tulisan yang sepertinya tidak beraturan.  Namun setelah saya perhatikan merupakan nama-nama upacara ritual tradisional Jawa. 

Ada yang saya kenal maknanya seperti Selapanan, Selametan, Ruwahan, Nyewu , Nyatus dan Tirakatan, namun lebih banyak lagi yang pernah saya dengar namun belum tahu maknanya dan banyak yang sama sekali tidak saya kenal.  Ada Mitoni, Tedak Siten, Nyadran, Jamasan, Merti Bumi, Gumbregan, Besik Kali, dan juga Labuhan. 

Sambil menunggu makanan, Rasa penasaran membuat saya mencari makna beberapa istilah yang menarik.    Salah satunya adalah Gumbregan yang ternyata merupakan suatu tradisi di Gunung Kidul yang sudah berusia ratusan tahun. Pada tradisi yang dilaksanakan untuk mengucapkan terima kasih atau bersyukur kepada sang pencipta ini ternyata hewan ternak seperti sapi diberi makan ketupat.

Selain Gumbregan , saya juga penasaran dengan istilah Merti Bumi yang kemudian diketahui merupakan suatu upacara tradisional di kawasan Sleman Yogya yang diadakan setiap Bulan Sapar. Upacara ini juga merupakan ungkapan terima kasih kepada Tuhan karena panen yang melimpah. Pada upacara ini air suci diambil di empat penjuru dan kemudian ada kirab keris pusaka yang dilengkapi dengan parade seni dan budaya dan bahkan juga pengajian. 

Ayam Goreng | Dokpri
Ayam Goreng | Dokpri

Tidak lama kemudian, beberapa pesanan pun siap dihidangkan di meja. Ada ayam goreng, nasi merah, dan juga gudeg manggar serta cah kangkung. Minumannya cukup teh hangat, baik yang manis maupun tawar. 

Hari makin malam dan warung rupanya akan segera tutup.  Kami kemudian meninggalkan Warung Simbok ini dengan membawa kesan yang sangat mendalam. Banyak pesan-pesan oral yang dapat dipelajari di dindingnya yang sederhana. Belum lagi sederet nama-nama ritual maupun upacara dan tradisi Jawa yang hingga kini terus dilestarikan baik di Kabupaten Gunung Kidul maupun daerah lain di Yogyakarta.

Tradisi itulah yang sebenarnya memperkaya dan mewarnai kehidupan. Banyaknya tradisi yang dilestarikan ini pula yang membuat Yogya selalu istimewa.

Singkatnya dengan mampir ke Warung Simbok, saya bisa sekilas menguak keistimewaan Yogya. Uniknya lokasi warung ini ada di Bandung. Tetapi bukan Bandung di Jawa Barat, meliankan Bandung di Gunung Kidul.

Gunung Kidul, Juni 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun