Setelah selesai bermain di beberapa pantai di kawasan Gunung Kidul, kami kembali ke pusat kota Yogya. Sebenarnya ada banyak rute yang bisa dilewati. Namun kali ini, kami lewat Kota Wonosari yang merupakan ibukota Kabupaten Gunung Kidul.
Karena hari sudah menjelang malam, akhir nya di Desa Bandung,Playen, kami mampir ke sebuah restoran yang Namanya sudah lumayan kondang, yaitu Warung Simbok. Lokasinya di kilometer 5 jalan raya Wonosari- Yogyakarta.
Sekilas, tidak ada yang istimewa dengan restoran ini. Bangunannya mirip rumah joglo gaya Jawa. Dan tata ruang serta perabotannya di dalamnya juga gaya Jawa tempo dulu. Meja dan kursi dari kayu warna coklat. Biasa saja dan sederhana. Â Namun ternyata pada kesederhanaan ini lah letak kekuatan dan keunikan Warung Simbok ini. Â Warung ini juga bahkan tidak memiliki eternit sehingga dinding batako di bagian dekat atap juga terlihat jelas.
Seorang pelayan menyambut ramah, mempersilahkan duduk dan kemudian datang lagi dengan memberikan menu. Â Ketika ditanya apakah menu favorit di tempat ini, mbak tersebut menyebutkan ayam Goreng dan ayam ingkung. Selain itu juga ada ayam penyet, sop ayam, sayur Ndeso, Tumus/cah kangnkung dan juga Gudeg Manggar.
Sambil menunggu pesanan sedang dubuat, saya melihat-lihat ke sekeliling rumah makan. Di salah satu dinding ada gambar logo warung Simbok dengan gambar seorang perempuan atau ibu berkonde dan kebaya sedang menyuguhkan ayam utuh. Â Di sekelilingnya, pada tembok berlatar putih ada gambar atau sketsa makanan, minuman, termasuk sayuran, ayam,, dan bahan-masakan. Â Di bawahnya ada semacam tag line bertuliskan Jagonya Ingkung & Ayam Goreng Kampung.
Kebetulan, malam itu warung sedang sepi sehingga saya lebih leluasa menikmati sasana di sekitar. Â Di sisi dinding yang lain, masih berlatar tembok warna putih , ada sebuah foto suasana Wonosari tempo dulu.